Sanksi Barat terhadap Rusia bak Aksi Bunuh Diri, Peneliti China: Bawa dalam Kehancuran

- 3 Juni 2022, 11:01 WIB
PENELITI China sebut Barat rugi akibat konflik Rusia - Ukraina. (Foto Dok.)
PENELITI China sebut Barat rugi akibat konflik Rusia - Ukraina. (Foto Dok.) /Reuters

PORTAL SULUT - Peneliti China sebut koalisi Barat kini menghadapi kerugian besar akibat sanksi dan perang ekonomi yang dilancarkan dalam konflik Rusia dan Ukraina.

Menurut China, serangkaian sanksi yang dijatuhkan pihak Barat kepada Rusia justru membawa petaka bagi negara-negara sekutu itu.

Bahkan China mengibaratkan sanksi-sanksi itu sebagai 'aksi bunuh diri' lantaran membawa negara-negara Barat itu dalam kehancuran.

Baca Juga: Viral, Gadis Ini Diculik dan Wajahnya Ditato Nama Mantan Pacarnya

Sanksi Barat juga diperparah dengan janji mereka sendiri yang akan jor-joran memberikan senjata pada Ukraina yang memakan biaya tak sedikit.

China melihat keberadaan Barat malah tidak bisa diandalkan mengeluarkan Ukraina dari kemarahan Rusia yang mengakibatkan munculnya operasi khusus militer sejak 24 Februari 2022.

Dalam artikel di surat kabar Global Times China, Beijing mengatakan jika Barat gagal dalam menjalankan misi membela dan mengeluarkan Ukraina dari pertempuran.

Seperti yang dicatat surat kabar itu, setelah penerbitan paket keenam sanksi Uni Eropa.

Sanksi itu mencakup embargo minyak Rusia, beberapa negara Eropa diperkirakan akan menghadapi kesulitan serius dengan sumber daya energi di musim dingin mendatang.

Pada saat yang sama, China melihat solidaritas Barat terpecah akibat pengumuman pembatasan baru.

Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan bahwa persatuan UE “mulai runtuh” karena beberapa negara menolak embargo.

“Ada tanda-tanda yang berkembang bahwa koalisi Barat melawan Moskow sangat rapuh dan menjadi semakin tidak dapat diandalkan karena para anggotanya harus menghadapi kerugian praktis,” kata Global Times.

Baca Juga: 250 Peti Berisi Harta Karun Ditemukan, Isinya Bikin Kaget

Seperti yang dikatakan Lu Xiang, seorang peneliti di Akademi Ilmu Sosial China, kepada publikasi tersebut, Eropa tidak mungkin dapat bertindak sebagai front persatuan dalam sanksi terhadap Rusia.

Dia melihat persatuan Barat adalah konsep "setengah kosong".

Dia mencatat bahwa untuk beberapa waktu Uni Eropa, terutama Jerman, malah mengembangkan hubungan baik dengan Rusia. Hal itu kata dia jelas tidak menyenangkan Washington.

Kemudian Amerika Serikat, membalas sikap Jerman dengan memprovokasi krisis di Ukraina, yang justru jadi keuntungan tersendiri dibanding negara Eropa lainnya.

"Barat mungkin terus mengklaim bahwa sanksinya berhasil, tetapi semakin banyak bukti menunjukkan sebaliknya. AS dan Eropa gagal dalam perang ekonomi dengan Rusia," kata Lu Xiang.

DISCLAIMER: Artkel ini sebelumnya tayang di Pikiran-Rakyat.com dengan judul "China mengumumkan kegagalan perang ekonomi antara Barat dan Rusia."***

Editor: Adisumirta

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah