Penularan Virus Corona Meningkat di Jepang, Pakar Olahraga Kritisi Agenda Olimpiade Tokyo

- 14 Mei 2021, 18:49 WIB
Olimpiade Tokyo
Olimpiade Tokyo /pixabay/

PORTAL SULUT – Olimpiade Tokyo sejatinya dihelat pertengahan 2020 silam, disusul sebulan kemudian iven paralimpiade di kota yang sama.

Namun baik Olimpiade Tokyo maupun Paralimpiade Tokyo, harus ditunda lebih dari setahun menyusul pandemi virus corona yang melanda sebagian besar negara di dunia.

Kesepakatan diambil antara IOC dengan tuan rumah, Olimpiade Tokyo akan digelar mulai 23 Juli sampai 8 Agustus 2021.

Baca Juga: Saling serang, Israel Siapkan 9 Ribu Tentara Cadangan Untuk Invasi Jalur Darat

Sedangkan Paralimpiade Tokyo dihelat dari 24 Agustus hingga 5 September 2021.

Belakangan, para pakar olahraga Jepang mengkritisi rencana pelaksanaan dua multievent olahraga internasional tersebut.

Rencana pelaksanaan olimpiade dan paralimpiade musim panas tersebut diminta untuk ditinjau ulang, mengingat pandemi virus corona yang sedang melanda Jepang.

Para pakar yang mempelajari olahraga memperdebatkan apakah harus melanjutkan Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo pada musim panas ini di tengah pandemi virus korona.

Kekhawatiran semakin meningkat terkait keamanan ajang yang akan datang tersebut, akibat lonjakan penularan virus korona di Jepang dan belahan dunia lainnya.

Seperti dikutip PortalSulut.PikiranRakyat.com dari laman kantor berita Jepang, NHK, sekitar 40 pakar --termasuk dokter dan instruktur, menghadiri debat daring yang diadakan sebuah organisasi nirlaba Jepang pada Kamis, 13 Mei 2021.

“Masalahnya para pejabat Olimpiade bersikeras mengadakan ajang tersebut, tanpa dengan jelas menunjukkan kesiapan tentang cara menangani seseorang ketika hasil tesnya positif virus korona,” kata seorang dokter olahraga.

Ia mengatakan para pejabat tersebut harus memikirkan untuk apa ajang itu diadakan dan untuk siapa olahraga itu.

Seorang instruktur klub olahraga junior memberikan argumen yang juga cukup tajam.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 14 Mei 2021: Papa Chandra Suruh Nino Culik Reyna?

Menurutnya, banyak orang hanya mempertimbangkan situasi di Jepang tanpa memikirkan pandangan dunia saat membahas apakah akan melanjutkan ajang tersebut.

Profesor Universitas Chukyo, Raita Kyoko, selaku anggota Dewan Komite Penyelenggara Tokyo mengatakan IOC harus memberikan lebih banyak informasi mengenai apa yang dipikirkan oleh negara-negara anggota.

Ia juga mengatakan penyelenggara harus membuat proses pembuatan keputusan lebih terbuka, ketimbang hanya mengulangi perkataan “Situasinya aman.”

Masih menurut laporan NHK, penularan virus corona di Jepang mengalami peningkatan cukup tajam kurun beberapa waktu belakangan ini.

Ironisnya, penularan yang terbilang cepat ini terjadi di saat pemberlakuan keadaan darurat di Tokyo, Osaka, dan empat provinsi lainnya.

Para pejabat di Tokyo melaporkan, sebanyak 1.010 kasus penularan terjadi pada Kamis 13 Mei 2021.

“Angka harian tersebut untuk keempat kalinya pada bulan ini mencapai empat digit,” tulis NHK seperti dikutip PortalSulut.PikiranRakyat.com, Jumat 14 Mei 2021.

Baca Juga: Korban Tewas di Palestina Terus Berjatuhan, Israel Makin Gencar Serang Jalur Gaza

Hokkaido, provinsi di Jepang paling utara, mencatat rekor tertinggi kasus harian: 712 kasus.

Sejumlah varian yang lebih mudah menular dianggap sebagai penyebab lonjakan kasus.

Para peneliti di Institut Nasional Penyakit Menular Jepang menyebut, varian-varian yang membawa mutasi N501Y tampaknya menjadi alasan untuk sekitar 90 persen kasus baru di penjuru Jepang.***

Editor: Harry Tri Atmojo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah