PORTAL SULUT - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dengan percaya diri menyebut rudal yang hantam Polandia merupakan milik Rusia.
Zelensky yakin rudal yang menyerang dan membunuh dua orang di sebuah peternakan empat mil dari perbatasan Ukraina bukanlah milik negaranya.
Dia juga meminta penyelidik Ukraina untuk diberikan akses ke lokasi ledakan dan untuk terlibat dalam analisis puing-puing.
Baca Juga: Kerang yang Diduga Musnah 40 Ribu Tahun Ternyata Masih Hidup
"Berdasarkan kredibilitas laporan militer, saya yakin itu adalah rudal Rusia," kata Zelensky seperti dikutip dari The Sun.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Rabu (16/11/2022), mengatakan, “tidak mungkin” rudal yang jatuh di sekutu NATO itu ditembakkan dari Rusia.
Namun demikian, Biden menjanjikan dukungan untuk penyelidikan Polandia atas apa yang disebutnya sebagai rudal “buatan Rusia”.
Biden menyampaikan pernytaan itu setelah pertemuan “darurat” G7 dan para pemimpin NATO di Bali, Indonesia, pada Rabu.
“Ada informasi awal yang membantahnya,” kata Biden kepada wartawan ketika ditanya apakah rudal itu ditembakkan dari Rusia.
“Kecil kemungkinan peluru itu ditembakkan dari Rusia, tapi kita lihat saja nanti,” sambung dia sebagaimana dikutip dari Associated Press.
Tiga pejabat AS mengatakan penilaian awal menunjukkan bahwa rudal itu ditembakkan oleh pasukan Ukraina ke rudal Rusia.
Para pejabat berbicara tanpa menyebut nama karena mereka tidak berwenang untuk membahas masalah ini secara terbuka, sebut Associated Press.
Baca Juga: Mengumpat kepada Wasit, Pique yang Sudah Pensiun Dilarang Bermain 4 Laga
Ukraina masih memiliki stok persenjataan buatan Soviet dan Rusia, termasuk sistem rudal pertahanan udara S-300.
Biden dibangunkan semalam oleh staf dengan berita ledakan rudal saat berada di Indonesia untuk KTT G20.
Dia menelepon Presiden Polandia Andrzej Duda Rabu pagi untuk menyatakan “belasungkawa yang mendalam” atas hilangnya nyawa.
Biden berjanji di Twitter “dukungan penuh AS untuk dan membantu penyelidikan Polandia,” dan “menegaskan kembali komitmen kuat Amerika Serikat terhadap NATO.”***