Peneliti dari Enam Negara Klaim Bisa Pahami Emosi Babi, Termasuk Makna Dengusan

9 Mei 2022, 23:19 WIB
ILUSTRASI BABI /QuinceCreative/Pixabay

PORTAL SULUT - Tim peneliti dari enam negara di Eropa mengeklaim telah memahami emosi babi. Satu di antaranya mengenai ragam makna dengusan binatang itu.

Sebanyak 16 peneliti dari Denmark, Swiss, Prancis, Jerman, Norwegia, dan Republik Ceko berpartisipasi dalam penelitian yang dipimpin oleh Universitas Kopenhagen, ETH Zurich dan INRAE Prancis.

Mereka merekam 7414 suara dari 411 babi dalam skenario yang berbeda, dari lahir hingga mati pada penelitian yang hasilnya diterbitkan di Scientific Reports.

Baca Juga: Astronom Temukan 'Objek Parasit' Misterius, Perilakunya bak Kanibal Luar Angkasa, Memakan Bintang Lainnya

Para peneliti merancang algoritme yang dapat memecahkan kode apakah seekor babi mengalami emosi positif, seperti ‘senang’ atau ‘bersemangat’, atau emosi negatif, seperti ‘takut’ atau ‘stres’.

Para peneliti mendefinisikan emosi babi berdasarkan bagaimana mereka bereaksi secara alami terhadap berbagai rangsangan eksternal positif dan negatif.

Nah apakah rangsangan dapat meningkatkan (positif) atau mengancam (negatif) kehidupan mereka.

Misalnya, tanda-tanda khas dari emosi negatif pada babi adalah mereka berdiri diam, mengeluarkan banyak suara, dan mencoba melarikan diri.

Sedangkan yang positif termasuk menjelajahi sekelilingnya dan menempatkan telinganya ke depan.

Situasi positif termasuk berkerumun dengan teman tandus, menyusui, pengkondisian positif, pengayaan, reuni dengan ibu, dan berlari bebas.

Situasi negatif tersebut antara lain rindu menyusui, isolasi sosial singkat, adu babi, penumpasan babi oleh induknya, pengebirian, serta penanganan dan penantian di rumah potong hewan.

Baca Juga: Air Liur Kutu Berpotensi Jadi Obat Pereda Rasa Sakit dan Gatal

“Ada perbedaan yang jelas dalam panggilan babi ketika kita melihat situasi positif dan negatif,” ujar Associate Profesor Elodie Briefer dari Departemen Biologi Universitas Kopenhagen.

“Dalam situasi positif, panggilan jauh lebih pendek, dengan fluktuasi kecil dalam amplitudo. Dengusan, lebih khusus, mulai tinggi dan secara bertahap turun frekuensinya.”

Elodie mengtatakan, “dengan penelitian ini, kami mendemonstrasikan bahwa suara hewan memberikan wawasan yang bagus tentang emosi mereka.”

Dia juga mengatakan, timnya membuktikan bahwa suatu algoritma dapat digunakan untuk memecahkan kode dan memahami emosi babi.

"(Ini) merupakan langkah penting menuju peningkatan kesejahteraan hewan untuk ternak,” kata Elodie dikutip dari laman Universitas Kopenhagen.***

Editor: Adisumirta

Sumber: University of Copenhagen

Tags

Terkini

Terpopuler