Daftar Negara yang Bangkrut Karena Jeratan Utang, Akankah Indonesia Bernasib Sama?

18 April 2022, 13:48 WIB
Unjuk rasa di Sri Lanka. /Reuters/Dinuka Liyanawatte/

PORTAL SULUT - Inilah daftar negara yang bangkrut karena jeratan utang. Akankah Indonesia bernasib seperti Sri Lanka?!

Pada awal 2020, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengumumkan, jumlah utang Indonesia menempuh Rp6.713 trilliun.

Angka tersebut tentu meprihatinkan. Namun berutang juga tak bisa dihindari bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.

Baca Juga: Kapal Tanker di Hong Kong Meledak, Kesehatan Seorang ABK Asal Indonesia Belum Stabil

Negara-negara maju seperti Amerika, China dan Jepang juga berutang. Mereka menempati tiga negara dengan utang terbanyak.

Namun ajaibnya negara-negara tersebut tidak bangkrut bahkan terlihat makmur tidak seperti negara-negara lain yang pernah di umumkan bangkrut karena utang.

Ini dia daftar negara yang pernah bangkrut karena jeratan utang.
Dikutip portalsulut.pikiran-rakyat.com dari kanal YouTube MG CHANNEL 17 april 2022.

1. Yunani

Kebangkrutan negara yang penuh kisah mitologi ini terjadi pada 2015 lalu.

Bangkrutnya bukan karena Zeus, tentu saja, tapi karena gagal bayar hutang.

Pada waktu tersebut Yunani kesulitan bayar utang sejak 2012 dengan jumlah sebesar Rp1.987 trilliun.

Pada waktu tersebut, Yunani masih bertahan dengan suntikan dana dari Eropa dan juga IMF.

Namun keadaan tidak kunjung membaik hingga tahun 2015, mereka mengumumkan kebangkrutan karena utang lewat referendum.

Jumlah utang yang tidak terbayar mencapai $360 miliar atau Rp5.184 trilliun.

Baca Juga: JARANG TERJADI! Ada yang Istimewa pada Ramadhan Tahun 2030

Hal ini diakibatkan Perdana Menteri Yunani saat itu Alexis Tsipras yang mengabaikan perintah penghematan dan mengalihkan uang pinjaman tersebut untuk kebutuhan sosial.

Akibatnya Yunani mengalami berbagai kejadian buruk mulai dari jumlah tunawisma yang meroket 40 persen hingga pengangguran 26,5 persen.

Keadaan baru membaik saat presiden Prokopis Pavlopoulos melakukan strategi baru dalam pembelanjaan dan juga mengembangan Yunani.

Akhirnya tahun 2017 negara ini bangkit dan kembali masuk di pasar obligasi nasional dan hingga sekarang Yunani masih berjuang untuk keluar dari momok utang tadi.

2. Venezuela

Pada 2013 saat negara ini dinyatakan diri default, harga barang melonjak tajam. Satu tisu toilet saja mencapai 2,6 juta Bolivar yang wujudnya sudah setumpuk uang.

Kondisi ekonomi naas yang di alami Venezuela merupakan efek domino dari janji politik presiden Venezuela saat itu Hugo Chavez yang menjabat sejak 1999-2013.

Janji politik tersebut meliputi memakmurkan rakyat hingga menasiolisasi perusahan asing.

Dalam 14 tahun pemerintahannya Hugo Chavez ini mensubsidi segala hal di Venezuela yang membuktikan janjinya untuk berpihak pada rakyat.

Dia juga berhasil menasionalisasi semua perusahaan swasta di Venezuela namun semuanya tidak berjalan mulus seperti perkiraan.

Baca Juga: Pejalan Kaki Temukan Ikan 'Drakula' Bergigi Besar nan Lancip, Ternyata Predator dari 'Zona Senja'

Akibat politik Chavez yang condong ke kiri, pihak Amerika Serikat dan kapitalis pasar bebas melakukan sabotase programnya.

Selain menggulingkan Chavez, juga mengganggu produksi minyak yang merupakan andalan Venezuela.

Akibatnya krisis terus menderah Venezuela, pengeluaran terus membengkak dan tidak bisa dibendung oleh uang dalam negeri yang bertumpuk pada sektor minyak.

Hal ini diperburuk dengan turunnya ekspor minyak Venezuela yang menurunkan pendapatan negara.

Di perparah ketika presiden baru mereka Nicolas Maduro mencetak uang sebanyak-banyaknya. Akhirnya inflasi terjadi dan harga bahan-bahan naik seperti kasus tissue toilet tadi.

Nasib dari Venezuela sekarang tidak kunjung membaik setelah hampir 10 tahun bangkrut.

Negara ini masih terpuruk geng penjahat menguasai kota hingga turunnya pekerjaan sektor formal.

3. Sri Lanka

Negara ini baru saja mengumumkan default setelah gagal membayar utang yang berda dikisaran $50,7 miliar atau Rp729 trilliun.

Utang-utang ini di dapatkan Sri Lanka dari berbagai kreditur mulai dari obligasi internasional, Jepang dan juga China.

Baca Juga: Ilmuwan Kerajaan Inggris Sebut Rencana Elon Musk untuk Bangun Koloni di Mars 'Delusi Berbahaya'

China bahkan disebut-sebut sebagai negara yang menyebabkan kebangkrutan Sri Lanka dengan jebakan utang.

Jumlah utang Sri Lanka di China memang fantastis yaitu $8 miliar atau Rp115 trilliun.

Indonesia juga harus hati-hati karena utang kita pada China mencapai $20,9 miliar atau Rp296 trilliun.

Akibat krisis yang di alami Sri Lanka ini inflasi gila-gilaan pun terjadi dan menembus 17,5 persen harga satu kilo beras yang dulunya 80 rupe melonjak menjadi 500 rupe di Sri Lanka.

Selain kenaikan harga pemadaman listrik selama 12 jam penuh perhari juga terjadi yang tentu menambah masalah.

Sampai sekarang belum ada solusi pasti dari Sri lanka yang bisa memberikan ketenangan pada warga.

4. Argentina

Argentina juga pernah mengalami kebangkrutan parah pada tahun 2001.

Penyebab dari kebangkrutan ini juga mirip dengan beberapa negara sebelumnya yaitu gagal bayar hutang.

Jumlah hutang yang gagal dibayar Argentina yaitu sekitar $100 miliar atau Rp1.438 trilliun.

Baca Juga: Berikut Fakta Unik 10 Negara di Dunia, Ada yang Tidak Merayakan Ulang Tahun

Akibat kebangkrutan tersebut warga Argentina harus menerima imbas yang sangat pahit pengagguran di sana meningkat hingga 25 persen dan 40 ribu orang menjadi tunawisma.

Tak sedikit penduduk di negara ini bahkan hidup dari mengais-ngais sampah.

Setelah krisis berbahaya tadi, pada tahun 2020 kemarin Argentina terancam hal yang sama karena berpotensi gagal membayar hutang lagi

Jika benar terjadi maka Argentina akan mencetak rekor sebagai negara paling sering gagal bayar hutang.

5. Islandia

Pada 2021 kemarin negara nordik yang punya sekitar 380 ribu penduduk ini menyatakan diri bangkrut setelah tidak bisa membayar hutang.

Jumlah hutang yang dimilki sekitar $85 miliar atau Rp1.212 trilliun hal ini di perparah dengan kebangkrutan tiga bank nasional terbesar di sana yaitu Glintir, Kaupping, Landsbakin.

Kebangkrutan nahas ini disebabkan ketergantungan Islandia pada bahan bakar fosil yang membuat negara ini harus impor bahan bakar terus menerus dan akhirnya bangkrut cuma buat bahan bakar.***

Editor: Adisumirta

Sumber: YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler