Gusdurian Minahasa Bahas Kisah Eksil di Minahasa Abad XIX

15 Juli 2022, 15:39 WIB
Gusdurian Minahasa /

PORTAL SULUT — Pada 12 Juli 2022, bertempat di Yama Resort Tondano, komunitas Gusdurian Minahasa menyelenggarakan diskusi dengan tema menarik.

Diskusi tersebut bertajuk Kemajemukan dan Kebahagiaan: Kisah-kisah Eksil di Minahasa Abad XIX dengan narasumber Roger Kembuan, dosen sejarah dari Universitas Sam Ratulangi. Roger Kembuan adalah peneliti yang menulis tesis berjudul "Bahagia di Pengasingan" Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Buangan di Kampung Jawa Tondano (1830-1908).

Dalam diskusi selama hampir tiga jam, Roger mengungkapkan jika cerita orang-orang buangan (eksil) di Minahasa Abad XIX berasal dari banyak tempat di Indonesia.

Baca Juga: Sulut Ketambahan Satu Kasus Baru COVID-19

Salah satunya disebabkan posisi strategis Tondano atau Minahasa yang jauh juga terisolir dan berhubungan juga dengan berkurangnya kontrol politik Belanda terhadap Tanjung Harapan di Afrika dan Ceylon atau Srilanka.

Sosok sentral yang bekerja di balik penentuan Tondano sebagai wilayah pembuangan dan pengasingan adalah Pieter Merkus, mantan gubernur Ambon yang pernah berkunjung ke Tondano. Saat itu ia ditugaskan Van Den Bosch.

Selain rombongan Kiai Mojo di Kampung Jawa, atau Tuanku Imam Bonjol, juga terdapat orang-orang buangan kolonial yang berasal dari Aceh, Palembang, Banjarmasin, Banten, Padang hingga Saparua (Maluku). Kebanyakan sebab-sebab pembuangan mereka karena melawan dan menciptakaan ancaman terhadap “rust en orde” dari tatanan kolonial.

Roger juga mengatakan jika kekuatan terbesar orang -orang buangan ini adalah kemapuan melakukan adaptasi sosio-kultural. Terutama warisan pembelajaran dari rombongan Kiai Mojo yang melahirkan kampung Jawa Tondano.

Boleh dikata, kampung Jawa Tondano adalah saksi kultural dari perjumpaan orang buangan dan penduduk local yang melahirkan penyatuan baru tanpa menghilangkan asal-usulnya.

Praktik adaptasi itu adalah pernikahan dengan wanita setempat, memperkenalkan penggunaan bajak dalam pertanian, penggunaan Bahasa asli (Bahasa Tondano) dan berkurangnya penggunaan Bahasa Jawa serta Islam menjadi identitas yang kuat dan teguh dipertahankan dalam kehidupan masyarakat buangan. Praktik adaptasi inilah yang memungkinkan orang-orang buangan paskaperang Jawa (1825-1830) meraih kebahagiaan di Tondano, Minahasa.

Kemampuan adaptasi dalam kemajemukan inilah yang mestinya menjadi pembelajaran bagi bagi generasi hari ini dalam mengembakan praktik-praktik hidup yang memelihara kemajemukan dan kebersamaan sesama anak bangsa.

Walau begitu, ada banyak cerita dari orang-orang buangan ini, terutama yang berada di luar Tondano, yang belum terdokumentasikan dengan baik sehingga membutuhkan kerja riset yang kolaboratif.

Saba, salah satu inisiator Jaringan Gusdurian Minahasa, mengatakan jika jaringan ini merupakan komunitas anak muda lintas iman yang otonom, berporos pada keswadayaan, dan meneruskan nilai-nilai yang sudah diwariskan Gusdur dengan hati yang gembira.

Baca Juga: BREAKING NEWS: Seorang Pria Bacok Sejumlah Warga Hingga Sapi Kuban, Terjadi di Kotamobagu

“Gusdurian Minahasa adalah rumah bagi anak-anak muda yang majemuk ini untuk mencari dan mengembangkan kerja-kerja kolaboratif antara ajaran-ajaran Gusdur dengan nilai-nilai universal yang tumbuh dalam keminahasaan,”tambahnya.

Novelia, salah satu peserta diskusi, menyampaikan apresiasinya yang positif.
Baginya diskusi berlatar sejarah orang buangan ini telah membuka wawasan akan masa lalu yang begitu penting, terutama dari kerjasama antar orang buangan dan warga lokal yang memungkinkan terbentukan subkultur dalam kebudayaan besar Minahasa. Sesuatu yang tidak mudah.

Diskusi bertema sejarah orang buangan abad XIX ini merupakan seri pembuka dari rangkaian diskusi bulanan jaringan Gusdurian Minahasa. Selain seri diskusi, jaringan kultural ini juga merencanakan kegiatan Ekspedisi Kultural dan Kunjungan Kemajemukan.

Dua kegiatan yang dimaksudkan untuk menemukenali dan menghidupkan kembali praktik-praktik hidup Tou Minahasa yang selaras dengan nilai-nilai universal.***

Editor: Harry Tri Atmojo

Tags

Terkini

Terpopuler