Dalam tradisi lisan tentang Palelindhon, gempa yang terjadi siang hari pada bulan Rajab dianggap memberi pertanda wabah penyakit, kesulitan, dan kesengsaraan rakyat di suatu daerah.
Ternyata, dalam buku Primbon Betaljemur Adammakna, gempa tersebut juga memberi isyarat adanya wabah penyakit pada hewan ternak.
Sedangkan manuskrip lontar dari Bali yang berjudul Pawukon Taliwangke koleksi FSUI pun menyebutkan bahwa gempa ini sebagai pertanda bahaya, karena terjadi di Sasi Kasanga.
Disebutkan bila gempa terjadi di Sasi Kasanga sebab "Bhațarī Dūrga mayoga". Di lontar Palalindon Palintangan koleksi Pusdok Bali, disebutkan bahwa gempa tersebut sebagai "hudan apuy" atau hujan api.
Baca Juga: Jadwal, Kuota dan Syarat Kartu Prakerja Gelombang 24, Ternyata Ini 4 Alasan Tak Lolos Gelombang 23
Ilmu titen atau mengamati pertanda alam yang tertulis pada primbon-primbon di atas memberi kita sedikit informasi.
Yang perlu kita baca, bahwa leluhur kita bangsa Indonesia sebetulnya telah merumuskan cara membaca alam untuk mengantisipasi banyak kejadian.***