Kisah Pertaubatan Abunawas dan Syairnya yang Sangat Tulus kepada Tuhan

- 8 Februari 2022, 08:45 WIB
Ilustrasi Kisah Pertaubatan Abus awas dan Syairnya yang Sangat Tulus kepada TuhanKisah Pertaubatan Abus awas dan Syairnya yang Sangat Tulus kepada Tuhan
Ilustrasi Kisah Pertaubatan Abus awas dan Syairnya yang Sangat Tulus kepada TuhanKisah Pertaubatan Abus awas dan Syairnya yang Sangat Tulus kepada Tuhan /Pixabay/mnega16/
 
PORTAL SULUT - Abunawas digambarkan sebagai penyair multivisi, penuh canda, berlidah tajam, pengkhayal ulung, dan toko terkemuka sastrawan, dalam al Wasit fi al Adab al 'Arabi wa Tarikhi.
 
Kepandaianya dalam menulis Puisi menarik perhatian khalifa Al Rasyid, dan Abunawas dipanggil untuk menjadi Penyair istana pada jamannya.
 
Kehidupan istana mengubah Abunawas yang menganut faham hedonisme.
 
 
Dilansir Portalsulut.Pikiran-rakyat.com dari kanal Youtube Lensa Aswaja pada 7 Februari 2022.
 
Kisah pertobatan Abunawas yang sangat tulus kepada Tuhan banyak dituangkan ke dalam berbagai syair.
 
Berikut kutipan syair pertobatan Abu Nawas.
 
"Wahai Tuhanku.. Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim. Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku, sesunguhnya Engkau maha pengampun dosa yang besar".
 
Kedekatan Abunawas dengan kekuasaan membuatnya juga pernah merasakan penjara.
 
Karena, suatu ketika Abunawas pernah membaca puisi Bani Midhor yang dianggap menyingung Khalifa pada saat itu.
 
Tentu saja Khalifa murka kepadanya dan lantas memenjarakannya.
 
Dan. Hidup dipenjara telah mengubah titik balik kehidupan Abunawas.
 
Selama dipenjara syair Abunawas berubah menjadi lebih religius.
 
Jika sebelumnya dia sangat pengah dengan duniawi, yang penuh dengan hura-hura.
 
Kini dia lebih pasrah pada kekuasaan Allah SWT.
 
Kisah lain juga mengatakan pada saat pertaubatan Abunawas.
 
Karena sifatnya yang urak-urakan dan tidak patuh kepada perintah agama.
 
Membuat Abunawas diasingkan dari kaum agamawan dan kaum beradab lainnya.
 
Sampai pada malam Qadar yaitu pada bulan Ramadhan, dan Abunawas masih melakukan kebiasaannya.
 
 
Yaitu, mabuk-mabukan dan minum minuman keras pada usianya yang sudah tidak mudah lagi.
 
Lalu, ada seorang pria yang tidak dia kenal mendatanginya dan berkata.
 
Tanpa banyak bicara orang itu langsung bicara kepada Abunawas.
 
"Wahai Abu Hani, Jika engkau tidak mampu menjadi garam yang melezatkan hidangan, maka janganlah engkau menjadi lalat yang menjijikan, yang merusak hidangan itu".
 
Mendengar perkataan itu Abunawas terhentak dan tersadar.
 
Dia merasa hidupnya selama ini penuh dengan kubangan dosa.
 
Bahkan, Abunawas langsung mengibarkan dirinya lebih hina dari seekor lalat.
 
Sejak peristiwa malam itu, Abunawas menganti syairnya menjadi dzikir dan perkataan yang baik.
 
Dia mengubah kebiasaan buruknya, tadinya dia menghabiskan malam di bar, kini dia menghabiskan malam di masjid.
 
Kisah pertaubatan Abu Nawas ini bisa kita jadikan sebagai penyemangat agar jangan pernah berputus asa mengharap rahmat dan ampunan dari Allah SWT, karena rahmat dan ampunan dari Allah SWT lebih luas dari murkannya.***

Editor: Harry Tri Atmojo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x