Ular Baruklinting ini sedang mencari bapaknya. Tapi Ki Ageng Mangir tidak mau menerima anaknya kalau tidak bertapa terlebih dahulu supaya berwujud manusia.
Mereka bertapa sambil melingkar di Gunung Merapi. Ini menjadi tolak ukur kalau siluman ular tersebut punya ukuran panjang sekali.
Menurut penduduk di sekitar Gunung Merapi, Ular Baruklinting selalu menjulurkan lidahnya.
Kemudian Ki Ageng Mangir memotong lidah Ular Baruklinting itu. Potongan lidah siluman ular tersebut menjadi pusaka tumbak kyai baruklinting.
Demikian cerita yang berkembang dalam masyarakat Jawa.***