Marhaban Ya Ramadhan! Inilah Tradisi Unik Di Indonesia Sambut Datangnya Bulan Suci Ramadhan

5 Maret 2024, 13:49 WIB
Marhaban Ya Ramadhan! Inilah Tradisi Unik Di Indonesia Sambut Datangnya Bulan Suci Ramadhan /YouTube Asep Droid

PORTAL SULUT - Sebentar lagi masyarakat muslim di dunia akan menyambut bulan suci Ramadhan, mulanya disambut suka cita oleh seluruh orang, tidak terkecuali di Indonesia.

Indonesia negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia memiliki tradisi unik ketika menyambut bulan suci Ramadhan.

Beberapa tradisi tersebut secara turun-temurun selalu dilakukan di beberapa daerah di Indonesia, meski memiliki tradisi yang berbeda-beda namun tujuannya tetap sama yaitu sebagai bentuk rasa syukur datangnya bulan Ramadhan.

Baca Juga: Banjir Cuan Dibulan Maret, 5 Zodiak Ini Rezekinya Terbuka Lebar Hingga Akhir Tahun 2024

Tradisi unik apa sajakah yang dilakukan umat muslim Indonesia untuk menyambut bulan suci Ramadhan?

Dikutip Portal Sulut dari channel youtube Art is Data, simak ulasannya dibawah ini:

  1. Meugang di Aceh

Meugang merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Aceh berupa kegiatan menyembelih hewan ternak.

Biasanya penyembelihan hewan dilaksanakan dua hari menjelang Ramadhan, setelah disembelih sebagian lagi akan dibagikan kepada para tetangga dan disantap bersama keluarga.

Tradisi meugang sudah dilaksanakan sejak ratusan yang lalu di Aceh sejak masa kerajaan kalau itu tahun 1672 Masehi, Sultan Iskandar Muda memotong hewan dalam jumlah banyak.

Dagingnya dibagikan secara gratis kepada seluruh rakyatnya, hal ini dilakukan sebagai rasa syukur atas kemakmuran rakyatnya dan rasa terima kasih kepada rakyatnya setelah kerajaan Aceh ditaklukan oleh Belanda.

Pada tahun 1873 tradisi ini tidak lagi dilaksanakan oleh raja, namun karena hal ini telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Aceh maka meugang tetap dilaksanakan hingga saat ini dalam kondisi apapun.

Pantang jika keluarga tidak melaksanakan meugang, meugang memiliki nilai religius karena dilakukan pada hari-hari suci umat Islam.

Masyarakat Aceh percaya bahwa apa yang dicapai selama sebelas bulan ini wajib disyukuri dalam bentuk tradisi meugang.

  1. Dugderan di Semarang

Dugderan merupakan tradisi dimana masyarakat Semarang melakukan festival sebagai tanda akan dimulainya Ramadhan.

Baca Juga: Keadaan 5 Weton Ini Malah Semakin Memburuk, Ini Penyebabnya!

Tradisi ini digelar sekitar 1-2 minggu sebelum puasa, dugderan dikenal sebagai pesta rakyat.

Tradisi ini identik dengan momentum meriam, kembang api, kuda lumping, arak-arakan, tabuh bedug dan ritual pengumuman awal puasa.

Untuk tetap mempertahankan suasana sebagaimana zamannya, dugderan meriam kini diganti dengan petasan.

Tradisi dugderan ini telah diadakan sejak tahun 1882 pada masa Kabupaten Semarang dibawah kepemimpinan Tumenggung Ario Purbaningrat, perayaannya telah dimulai sejak zaman kolonial ini.

Dahulu dipusatkan di kawasan Masjid Agung Semarang atau masjid besar Semarang Masjid Kauman yang berada di pusat kota lama Semarang dekat Pasar Johar.

Pada perayaan ini beragam barang dijual semacam pasar malam, ada satu mainan yang selalu dikaitkan dengan festival ini yang dinamakan warok ngendok dimaksudkan sebagai sarana hiburan juga sebagai sarana dakwah islam.

Kirab Budaya ini dimulai di halaman balaikota Semarang Jawa Tengah diikuti oleh peserta dari berbagai kalangan, tak ketinggalan pula dari paguyuban Tri Tunggal Semarang.

  1. Balimau dari Sumatera Barat

Balimau adalah tradisi mandi menggunakan jeruk nipis yang berkembang di kalangan masyarakat Minangkabau.

Biasanya dilakukan pada kawasan tertentu yang memiliki aliran sungai dan tempat pemandian, diwariskan secara turun-temurun tradisi ini dipercaya telah berlangsung selama berabad-abad.

Latar belakang dari balimau adalah membersihkan diri secara lahir dan batin sebelum memasuki bulan suci Ramadhan.

Baca Juga: Hati-hati! Meski Diramal Banyak Rezeki, Namun 3 Zodiak ini Diintai Masalah Kesehatan di bulan Maret 2024

Sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu menyucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa.

Menyucikan diri dengan mandi yang bersih, zaman dahulu tidak setiap orang bisa mandi dengan bersih karena tidak ada sabun wilayah yang kekeringan angin dan sebab yang lainnya saat itu pengganti sabun beberapa wilayah Minangkabau adalah jeruk nipis karena sifatnya yang melarutkan minyak atau keringat.

Di Banten upacara serupa dengan nama yang sama balimau ini juga terdapat pula di provinsi Lampung.

Dalam tradisi ini sebetulnya perempuan tidak perlu mandi di sungai agar tidak bercampur dengan lelaki tetapi bisa di sumur umum.

Namun dalam perkembangan, kebiasaan ini kemudian berkembang di masyarakat yang tidak beragama Islam, tradisi ini dilakukan di sungai dengan alasan untuk berekreasi sehingga bercampur antara lelaki dan perempuan.

Kebiasaan baru inilah yang bertentangan dengan agama Islam, sedangkan pada dasarnya tradisi balimau tidak seperti itu.

  1. Apeman di Yogyakarta

Tradisi apeman sudah dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Apeman dimulai dengan ziarah terlebih dahulu untuk mendoakan keluarga yang telah meninggal, setelah itu memasak kue tradisional kue apem dan kemudian dibagikan kepada keluarga serta tetangga.

Baca Juga: Anak Lagi Batuk Pilek? Ini 5 Rekomendasi MPASI yang Bisa Diberikan, Yuk Cobain Moms!

Kue yang terbuat dari tepung beras ini menyimbolkan permohonan maaf atas dosen pernah dilakukan, pada awalnya apeman diadakan untuk merayakan naiknya Sultan ke tahta kerajaan sebagai ucapan rasa terima kasih dan rasa syukur pada yang maha kuasa.

Namun seiring berjalannya waktu makna dari apeman mengalami pergeseran, di antara sederet kabupaten dan desa di Yogyakarta Sosromenduran mungkin menjadi salah satu wilayah yang memahami betul makna dari tradisi apeman.

Karena warganya tidak pernah melewatkan kesempatan untuk berpartisipasi tiap tahunnya dan tetap membawa unsur-unsur asli dari tradisi apeman.

Di hari istimewa ini warga akan berkumpul di sekitar Jalan Sosrowijayan jelang Ramadhan untuk memasak ratusan kue apem, kemudian akan dibagikan ke warga setempat serta turis yang lalu lalang disekitar Malioboro.

  1. Nyadran di Jawa Tengah

Nyadran adalah pembersihan makam sekaligus ziarah ke makam keluarga untuk mendoakan mereka yang telah meninggal.

Nyadran tak hanya dalam bentuk ziarah tapi juga dilakukan di masjid atau mushola, tradisional nyadran dilakukan oleh masyarakat Jawa ini sudah diwariskan sejak zaman Walisongo dan berasal dari tradisi hindu-budha sejak abad ke-15.

Para Walisongo menggabungkan tradisi tersebut dengan dakwah agama islam dapat dengan mudah diterima, pada awalnya parawali berusaha meluruskan kepercayaan yang ada pada masyarakat Jawa saat itu tentang pemujaan roh yang dalam agama islam itu sangat dilarang dan musrik agar tidak berbenturan dengan tradisi Jawa.

Baca Juga: 5 Weton Punya Karir Paling Cemerlang di Maret! Kerja Keras Mereka di 2 Bulan Sebelumnya Terbayar Lunas!

Maka para wali tidak menghapuskan adat tersebut melainkan menyelaraskan dan mengisinya dengan ajaran Islam yaitu dengan pembacaan AlQuran, Tahlil, dan doa yang dan dipahami sebagai bentuk hubungan antara luhur, sesama manusia dan Tuhan.

  1. Nyorog di Betawi

Masyarakat Betawi di Jakarta memiliki tradisi nyolog dalam menyambut bulan suci Ramadhan.

Tradisi ini dilakukan dalam rangka mempererat tali silahturami antar keluarga, biasanya setiap orang akan membagi-bagikan bingkisan kepada keluarga.

Bingkisan tersebut berisi bahan makanan, daging, ikan, dan lain sebagainya.

Sekarang bingkisan dari nyorog itu berupa makanan khas Betawi yang dimasukkan ke dalam rantang hanya saja perlu diakui nyorog dulu dan sekarang sudah berbeda.

Kebanyakan tradisi nyorog saat ini dikemas lebih sederhana tapi tetap tujuan destinasinya orang sebagai ajang untuk saling silaturahmi satu sama lain.

  1. Munggahan di Jawa Barat

Munggahan tradisi lakukan masyarakat Jawa Barat sehari sebelum puasa Ramadhan, di setiap kota di Jawa Barat memiliki sedikit perbedaan dalam menjalani tradisi ini.

Bentuk pelaksanaannya bervariasi, umumnya berkumpul bersama warga dan kerabat, makan bersama, saling bermaafan dan berdoa bersama.

Baca Juga: Bikin Cepat Haus, 4 Jenis Makanan dan Minuman Ini Ternyata jadi Pemicu Dehidrasi!

Selain itu, ada pula yang mengunjungi tempat wisata bersama keluarga biasanya arah ke makam atau mengamalkan sedekah munggahan pada sehari menjelang bulan puasa.

Munggahan berasal dari bahasa Sunda unggah yang berarti naik yang bermakna naik ke bulan suci atau tinggi derajatnya, dari tradisi munggahan dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala serta membersihkan diri dari hal-hal yang buruk selama sebelas bulan sebelumnya dan agar terhindar dari perbuatan yang tidak baik selama menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Itulah pembahasan menarik tentang  7 tradisi unik yang dilakukan umat muslim Indonesia untuk menyambut bulan suci Ramadhan.***

Editor: Jaka Prasojo

Tags

Terkini

Terpopuler