WANITA di Desa ini Hanya Memotong Rambutnya Sekali Seumur Hidup, Ternyata ini Alasannya!!

19 Februari 2023, 07:48 WIB
WANITA di Desa ini Hanya Memotong Rambutnya Sekali Seumur Hidup, Ternyata ini Alasannya!! /

PORTAL SULUT - Desa Huangluo merupakan sebuah desa dengan salah satu tradisi paling unik di Tiongkok.

Penduduk desa ini dihuni oleh Etnis Red Yao yang terdiri dari sekitar 60 keluarga, dimana disebutkan bila masing-masing perempuannya wajib dan diharuskan untuk memiliki rambut panjang.

Para wanita yang tinggal di Desa Huangluo ini, memiliki panjang rambut rata-rata 1 meter, sedangkan rambut yang terpanjang diantara mereka bahkan mencapai 1,9 meter.

Baca Juga: DENSUKE, Semangka Hitam Asal Jepang ini Harganya Setara 1 Unit Mobil

Bagi wanita Etnis Red Yao, keharusan memanjangkan rambut, mempunyai arti yang sangat penting dan mendalam yang diyakini oleh etnis tersebut.

Dikutip Portal Sulut dari Channel YouTube KabarPedia, menurut mereka rambut panjang tersebut merupakan simbol umur panjang, kesejahteraan, kekayaan, kemakmuran, serta keberuntungan atau nasib baik.

Itulah sebabnya dengan keharusan memanjangkan rambut, kaum wanita di Desa Huangluo hanya dapat memotong rambutnya sebanyak satu kali seumur hidup.

Dikatakan, mereka hanya akan memotong rambutnya, tepat saat mereka berusia 16 tahun, yaitu sebelum mereka mulai menemukan pasangannya.

Baca Juga: BURUNG SEKRETARIS, Burung Cantik dengan Gelar SANG RATU yang MEMATIKAN

Kemudian setelah rambut mereka menjadi pendek, para perempuan di Huangluo itu berhak memilih pasangan hidup mereka sendiri, dimana di kemudian mereka harus memanjangkan rambutnya kembali.

Tradisi rambut panjang ini juga diiringi dengan kebiasaan merawat rambut, yang diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi.

Disebut juga bahwa sejak memasuki usia 12 tahun para gadis di desa ini telah diajarkan bagaimana cara merawat dan memelihara rambut.

Dalam merawat rambut, wanita-wanita di Desa Huangluo juga menggunakan bahan-bahan alami, seperti sisir yang terbuat dari bahan kayu, shampo yang terbuat dari air cucian beras, serta bahan-bahan herbal yang berasal dari pegunungan.

Baca Juga: Mitos AYAM CEMANI, Ayam UNIK Berjuluk LAMBORGHINI

Pemandangan musim panas di tepi sungai Huangluo selalu menarik perhatian, karena di sungai itu para perempuan Etnis Red Yao, secara bersama-sama mencuci rambut mereka.

Ritual yang dilaksanakan di setiap musim panas dan musim semi ini, pastinya selalu menjadi daya tarik dikalangan Etnis Red Yao. Hal itu karena rambut para perempuan yang ada di desa tersebut memiliki ukuran yang sangat panjang.

Uniknya lagi, meski mereka wajib memanjangkan rambut, terdapat juga aturan khusus untuk perempuan yang masih lajang. Aturan itu menjelaskan jika perempuan yang masih lajang, tidak boleh menunjukkan rambutnya kepada orang lain.

Perempuan yang masih lajang di desa ini diharuskan agar menutupi rambutnya menggunakan kain, karena orang pertama yang boleh melihat rambut perempuan lajang yang merupakan penduduk Desa Huangluo, hanyalah suaminya saja.

Dikatakan juga bilamana si suami pun baru bisa melihat rambut indah milik istrinya saat hari pernikahan.

Jika ada pria yang sembarang melihat rambut seorang gadis Huangluo sebelum pernikahan, maka risikonya pria tersebut harus tinggal di kediaman wanita itu, selama tiga tahun sebagai menantu dari keluarga perempuan tersebut.*

Editor: Harry Tri Atmojo

Tags

Terkini

Terpopuler