5 Falsafah Jawa Presiden Soeharto Yang Kamu Belum Tahu, Menurut Pakar Spiritual Jawa

14 Oktober 2021, 17:38 WIB
Mantan Presiden Soeharto /Instagram/@hputrasoeharto

PORTAL SULUT – Mbah Yadi selaku pakar spiritual Jawa membocorkan kehidupan mistis serta falsafah hidup dari presiden kedua Indonesia, yaitu Soeharto.

Soeharto adalah salah satu tokoh dengan bakat spiritual tinggi. Beliau juga akhli laku tirakat.

Sebelum jadi presiden, Soeharto rajin puasa Senin-Kamis juga puasa weton Jawa. Sebab Soeharto menjunjung tinggi adat dan budaya Jawa.

Baca Juga: 20 Mimpi Pertanda akan Dapat Rezeki Besar menurut Primbon Jawa, Kamu Pernah Mengalami yang Mana?

Karena terbiasa melakukan laku tirakat, maka pak Soeharto punya daya spiritual yang tinggi. Itulah yang membuatnya bertahan selama 32 tahun sebagai presiden.

“Di samping pro dan kontra, kita harus menghormati beliau yang betul-betul memperjuangkan Indonesia,” jelas Mbah Yadi sebagaimana dikutip Portalsulut.Pikiran-Rakyat.com dari Youtube ESA Production.

Selama masa kecil, Soeharto hidup dengan sederhana di wilayah pedesaan.

Karena itu tidak heran Soeharto menggenggam falsafah kalau hidup harus selalu selaras dengan alam.

Makanya tidak heran di masa kepemimpinan Soeharto, kebijakan yang diunggulkan adalah ketahanan pangan.

Ketika itu banyak dibangun bendungan-bendungan untuk irigasi, kemudian bagaimana pertanian maju supaya bisa swasembada pangan.

Baca Juga: Enam Syarat Rumah Idaman Pembawa Rezeki dan Hoki, Pemiliknya Bisa Hidup Bahagia Menurut Primbon Jawa

Di samping itu presiden Soeharto selalu didampingi oleh leluhur Nusantara. Terutama dari raja trah Mataram.

Yang jelas ketika menjabat presiden, Soeharto selalu didampingi Kanjeng Ratu Kidul.

Karena itulah kekuatan maritim dan angkatan laut cukup ditakuti. Sehingga tidak berlebihan mengatakan Indonesia sebagia Macan Asia.

Yang paling terpenting lagi, untuk mencapai kesuksesan beliau sebagai presiden selama 32 tahun, itu mempunyai prinsip serta falsafah Jawa yang dijadikan pedoman kehidupan.

Selain olah kebatinan Soeharto sangat kuat, beliau juga sangat kuat menjunjung dan merawat adat serta tradisi Jawa.

Apa saja prinsip falsafah Jawa yang selalu dijunjung presiden Soeharto? Berikut bocor Mbah Yadi:

1. Ojo gumunan, ojo kagetan, ojo dumeh

Inilah falsafah Jawa yang dijunjung Seoharto. Pertama, orang itu jangan sampai kagetan dan jangan sampai heran. Lalu jangan mentang-mentang atau ojo dumeh.

Inti dari ajaran Jawa kuno ini adalah mendidik kita agar menjadi sabar, tenang, dan menjadi tidak sombong dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: 5 Arti Mimpi Dikejar Orang Gila Menurut Primbon Jawa

2. Hormat kelawan gusti, guru, ratu, lan wong atuwa karo

Ini artinya presiden Soeharto sangat berbakti kepada Tuhan yang Maha Kuasa, para guru, para ratu, dan sangat menghormati orangtua.

Yang dimaksud ratu dalam falsafah ini adalah pemimpin bangsa-bangsa selain Indonesia dalam konteks hubungan global.

3. Sa-sa-sa

Yang artinya adalah sabar, saleh, dan sareh. Yakni sabar, selalu taat beragama, lalu selalu berbuat kebijaksanaan.

Prinsip falsafah Jawa ini sering diterapkan Soeharto. Dalam menghadapi situasi apa pun harus selalu sabar, mendekatkan diri dengan Tuhan, dan selalu berperilaku arif.

Baca Juga: Lakukan Ini Maka Rezeki Akan Menghampiri Anda

4. Mikul duwur mandem jero

Artinya adalah menjunjung tinggi dan menanam dalam-dalam. Jadi ini adalah wujud bakti seorang anak.

Seorang anak harus selalu menjaga nama baik kedua orangtua serta keluarganya.

Memendam dalam-dalam, artinya apabila orangtua punya kesalahan, maka harus dimaafkan. Jangan diungkit-ungkit.

5. Sugih tanpo bondo

Falsafah lengkapnya adalah ‘sugih tanpo bondo, digdoyo tanpo aji, wuruk tanppo bolo, menang tanpo ngasorake’.

Kalau dijabarkan, orang kaya adalah orang yang selalu dalam keadaan ikhlas menerima apa yang sudah ada dengan syukur.

Digdoyo tanpa aji artinya kita mesti punya prinsip yang sangat kuat dalam menjalani kehidupan.

Wuruk tanpo bolo, artinya tidak menjadi kuat hanya karena bisa mengalahkan seseorang. Menundukkan orang lain tidak harus memakai militer, tapi bisa dengan prinsip yang kuat.

Menang tanpo ngasorake, meskipun kelihatan kita menang tapi orang yang dikalahkan tidak merasa dikalahkan. Akhirnya terjadi hubungan yang baik dan damai di atas bumi manusia.***

Editor: Harry Tri Atmojo

Tags

Terkini

Terpopuler