Alat pendeteksi poligraf yang super canggih ini pertama kali ditemukan oleh Jamss Mckenzie pada tahu 1902, kemudian dikembangkan kembali pada tahun 1921 oleh petugas kepolisian Berkeley, Jhon Larson.
Baca Juga: 4 Bansos Dihapus di Tahun 2023, 6 Macam Pengantinya Menggiurkan Masyarakat, Ini Rinciannya
Alat pendeteksi kebohongan atau poligraf yang mendeteksi kebohongan Ferdy Sambo Atas kematian Brigadir J ini, juga didasarkan pada tes tekanan darah sistolik yang dikembangkan oleh psikolog Harvard, William Mouton Marston yang kemudian dikenal sebagai mesin pendeteksi kebohongan.
Marston meyakini bahwa perubahan tekanan darah dapat menunjukkan apakah seseorang sedang berbohong atau tidak.
Sementara poligraf modern tak hanya mengukur tekanan darah, tetapi juga berbagai perubahan fisik seperti denyut nadi dan pernapasan.
Hingga saat alat pendeteksi kebohongan poligraf terus dikembangkan oleh Negara-negara yang menggunakannya.
Dengan adanya Poligraf, memudahkan bagi penegakan hukum untuk mengungkapkan kebohongan suatu peristiwa.
Di Indonesia sendiri, poligraf mejadi banyak perbincangan masyarakat ketika digunakan untuk mendeteksi kasus pembunuhan brigadir J yaitu Ferdy Sambo.***