Beri Kuliah Umum di IAIN Kediri, Kepala BPIP Tekankan Jaga Persaudaraan dan Cinta Tanah Air

- 23 Agustus 2022, 10:00 WIB
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi memberikan kuliah umum di IAIN Kediri/BPIP
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi memberikan kuliah umum di IAIN Kediri/BPIP /


PORTAL SULUT - Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi menekankan pentingnya menjaga persaudaraan dan cinta tanah air. Hal tersebut disampaikannya kepada ribuan mahasiswa IAIN Kediri dalam acara Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) yang diselenggarakan oleh IAIN Kediri, Senin 22 Agustus 2022.

Melalui pidato pembukanya, Yudian menyampaikan rasa syukur dan terimakasih telah mengundangnya untuk memberikan kuliah di acara penting ini dimana para mahasiswa baru pertama kali menginjakkan kaki ke kampus. "Dengan harapan bahwa para mahasiswa disini kelak akan menjadi calon-calon pemimpin bangsa, oleh karena itu karakter dan nilai-nilai kemahasiswaan harus dibangun sejak dini melalui pembinaan ideologi Pancasila," tuturnya.

Guru Besar UIN Sunan Kalijaga tersebut juga menambahkan bahwa momentum HUT Kemerdekaan Republik Indonesia di bulan Agustus menjadi penting untuk diingat dan diteladani kembali. "Dalam sejarah dunia, Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan proklamasi terbaik dan terhebat, mengapa? Karena Proklamasi kita terjadi saat Perang Dunia II yang merupakan perang terbesar dalam sejarah umat manusia ditunjang dengan teknologi militer yang canggih, di sisi lain bangsa Indonesia sudah terjajah selama 434 Tahun terhitung sejak Malaka jatuh pada tahun 1511 Masehi dan Ternate jatuh di tahun 1512 Masehi,  ujarnya.

Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi memberikan kuliah umum di IAIN Kediri/BPIP
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi memberikan kuliah umum di IAIN Kediri/BPIP

Refleksi kebangsaan itulah yang ia tekankan pada pertanyaan substansial kepada mahasiswa baru, mengapa kita terjajah? Dari pertanyaan itu salah satu kesimpulan penting yang didapatkan dari penelitiannya adalah soal bagaimana kita bangsa Indonesia tidak memiliki teknologi militer yang canggih, juga kurikulum pendidikan yang belum memadai dalam menggembleng sumber daya manusia ke arah yang lebih maju.

"Berbeda dengan sekarang, bangsa Indonesia sudah merdeka karena jasa para pahlawan kita. Oleh karena itu kita patut bersyukur dengan cara melanjutkan perjuangan mereka. Dalam lingkup kampus sebagai mahasiswa cara bersyukur kita adalah dengan menuntut ilmu secara istiqomah atau konsisten dan bersungguh-sungguh", imbuh Yudian yang juga pernah menjabat sebagai Presiden Asosiasi Universitas Islam Se-Asia Tahun 2018-2021.

Dengan menceritakan pengalamannya dulu saat berkuliah, Yudian menjelaskan bahwa perjuangan adalah keniscayaan. Perjuangan mendapatkan ilmu itu dilaluinya tidak dengan mudah, Yudian pernah menjadi kernet bus dan penjual krupuk untuk memenuhi uang kuliah dan kebutuhan hidup.

Baca Juga: Kunker di Babel, Kepala BPIP Ajak Santri dan Dosen Jaga, Perkokoh Pancasila dan Jadi Teladan di Masyarakat

"Perjuangan tersebut tidak mudah, karena kita perlu membagi waktu dan membagi peran untuk masa depan kita. Hal tersebut juga mengajarkan kita nilai yang luar biasa untuk memaknai hidup, dan disitulah karakter kita akan terbentuk sebagai manusia yang selalu mensyukuri nikmat kemerdekaan ini, " ungkapnya.

Cerita perjuangannya itu dibingkainya dengan sejarah terjadinya sumpah pemuda dan proklamasi yang ia sebut mampu menggegerkan dunia.

Halaman:

Editor: Harry Tri Atmojo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah