Pengguna Mobil Listrik di Negara Ini Hampir 100 Persen! Mulai Tahun 2022 Tidak Lagi Menjual Mobil BBM

- 11 November 2021, 12:14 WIB
Ilustrasi mobil listrik.
Ilustrasi mobil listrik. /Pexels.com/Ed Harvey

PORTAL SULUT – Bila sejumlah negara dunia baru mulai beralih ke penggunaan mobil listrik, ternyata sudah ada negara yang mulai tahun 2022 bahkan tidak lagi menjual mobil ber-Bahan Bakar Minyak (BBM).

Tidak akan ada penjualan lagi mobil memakai BBM mulai tahun 2022 di negara dimaksud, karena hampir 100 persen penduduknya sudah beralih memakai mobil listrik.

Bila itu terjadi, maka hampir dipastikan bahwa negara tersebut akan menjadi negara pertama di dunia yang 100 persen memakai mobil listrik, sekaligus menghapus penjualan mobil BBM.

Baca Juga: Dokumen yang Harus Disiapkan Pemberkasan PPPK Guru 2021, Daftar Gaji Setelah Terangkat

Seperti diketahui, pada KTT perubahan iklim COP26 di Glasgow, Inggris dan beberapa negara lain berkomitmen untuk melarang penjualan mobil berbahan bakar minyak di negara maju pada tahun 2035 dan di negara berkembang pada 2040.

Dilansir PortalSulut.PikiranRakyat.com dari berbagai sumber, sedikitnya ada 20 negara di dunia telah mengumumkan rencana untuk menghapus mobil BBM lebih awal.

Perusahaan pembuat mobil sendiri telah mengubah produksi mereka menjadi mobil listrik, seperti yang dilakukan Volvo, Ford di Eropa, dan bahkan Rolls Royce.

Mereka berkomitmen menjual kendaraan yang semuanya bertenaga listrik pada tahun 2030.

Pabrikan lainnya, termasuk General Motors dan Volkswagen, segera menyusul.

Perlombaan penghapusan produksi mobil BBM sudah mulai.

Di Eropa dan Inggris saat ini satu dari 10 mobil yang terjual merupakan mobil listrik.

Adapun negara yang kini memimpin penjualan mobil listrik di dunia, yakni Norwegia.

Setidaknya, tiga perempat mobil baru yang terjual tahun lalu di negara tersebut adalah mobil listrik.

Baca Juga: 4 Hari Lagi SKB CPNS 2021, Simak Syarat yang Harus Ditaati, Ada yang Baru?

Penjualan mobil listrik sebagai kendaraan ramah lingkungan ini, terus bertumbuh melampaui penjualan mobil ber-BBM.

Bahkan semasa pandemi COVID-19, penjualan mobil listrik tumbuh karena penjualan mobil BBM turun.

Banyak negara yang menyatakan keinginan untuk menandatangani perjanjian larangan mobil bertenaga BBM, juga telah memiliki infrastruktur pengisian baterai yang lebih berkembang.

Sebuah laporan dari The Blueprint Institute menunjukkan, pada tahun lalu belum cukup 100 stasiun pengisian baterai per sejuta orang di Australia, sementara di Eropa sudah ada 400 stasiun per sejuta orang.

Amerika Serikat sendiri, yang sama-sama tertinggal dalam mobil listrik dan tidak berniat menandatangani larangan mobil BBM pada 2035, ternyata mengoleksi dua kali lebih banyak stasiun pengisian baterai dibanding Australia.

Pemerintah Indonesia sendiri mulai serius dalam membangun industri mobil listrik nasional.

Salah satu keseriusannya dengan keluarnya aturan Presiden Joko Widodo (Jokowi), melalui Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019.

Perpres tersebut mengaturtentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battey Electric Vehicle) untuk transportasi jalan.

Menanggapi hal tersebut, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) merilis dua aturan baru, yakni Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27 Tahun 2020 tentang Spesifikasi, Peta Jalan Pengembangan, dan Ketentuan Penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri Kendaraan Bermotor Dalam Negeri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle).

Serta Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 28 Tahun 2020 tentang Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai dalam Keadaan Terurai Lengkap dan Keadaan Terurai Tidak Lengkap.

Terkait hal tersebut, pemerintah sudah menyiapkan road map (peta jalan) untuk skema importasi Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) dalam kondisi terurai lengkap dan terurai tidak lengkap.***

Editor: Harry Tri Atmojo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah