Kenali Tanda-tanda Sebelum Tsunami

28 September 2020, 11:30 WIB
Dampak kerusakan akibat gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah pada 28 Septembr 2018. (Devina Andiviaty/Wikipedia.Org) /

PORTAL SULUT - Beberapa hari terakhir ini heboh soal akan adanya tsunami 202 meter.

Nah, untuk mengingatkan kembali kejadian tsunami di Indonesia, berikut beberapa tanda-tanda alam yang dapat dilihat atau dirasakan sebelum gelombang tsunami menghantam daratan.

1. Gempa Bumi

Dikutip dari wikipedia, Tsunami dapat dipicu oleh gangguan pada dasar laut yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air.Dalam proses kembalinya air yang terganggu ini menuju ekuilibrium atau keadaan tenang, suatu gelombang dapat terbentuk dan menyebar meninggalkan pusat gangguan, sehingga menyebabkan tsunami.

Peristiwa-peristiwa yang dapat menyebabkan perpindahan air seperti ini meliputi gempa bumi bawah laut, longsor yang terjadi di dasar laut, jatuhnya benda ke dalam air seperti letusan gunung, meteor, atau ledakan senjata.

Baca Juga: Tsunami 20 Meter Kapan Akan Terjadi? Dan Apa Yang Harus Dilakukan

Pemicu paling umum adalah gempa bumi yang mengakibatkan sekitar 80%–90% dari seluruh tsunami.

Gempa yang paling berpotensi menimbulkan tsunami adalah gempa yang terjadi pada zona penunjaman (daerah pertemuan dua lempeng yang membenamkan salah satu lempeng tersebut) yang dangkal.
Namun, tidak semua gempa seperti ini menyebabkan tsunami. Biasanya, hanya gempa berkekuatan di atas 7,0 skala magnitudo momen yang memiliki potensi ini. Semakin kuat suatu gempa, semakin besar pula peluang tsunami yang disebabkan oleh gempa tersebut.

Selain paling umum, tsunami seperti ini adalah satu-satunya yang dapat bertahan jauh (termasuk menyeberangi samudra) sehingga membahayakan daerah yang lebih luas.Tsunami Samudra Hindia 2004 merupakan contoh tsunami seperti ini, dipicu oleh gempa bermagnitudo 9,1 dan merupakan tsunami paling mematikan dalam sejarah.
Longsor, baik yang terjadi di daratan (gambar) maupun di dasar laut, dapat memicu tsunami dengan "melemparkan" material seperti bebatuan ke lautan.

Baca Juga: Tsunami 20 Meter Ancam Jawa, Sulawesi Hingga Sumatera. Daerah Ini Wajib Waspada

2. Tanah Longsor

Penyebab umum lainnya adalah tanah longsor, baik yang terjadi di bawah laut maupun yang terjadi di daratan tetapi memindahkan material seperti bebatuan ke laut.

Karena longsor bawah laut sering terjadi akibat gempa, longsor dapat memperparah gangguan pada air setelah gempa. Fenomena ini dapat menyebabkan tsunami bahkan pada gempa dengan kekuatan yang biasanya tidak menyebabkan tsunami (seperti gempa yang bermagnitudo sedikit di bawah 7,0), atau menyebabkan tsunami yang lebih besar dari perkiraan berdasarkan kekuatan gempa.

Contohnya, gempa bumi Papua Nugini 1998 hanya bermagnitudo sedikit di atas 7,0, tetapi menghasilkan tsunami besar dengan tinggi maksimum 15 meter. Contoh longsor daratan yang menyebabkan tsunami adalah tsunami Alaska 1958.

Baca Juga: Newcastle Tahan Imbang Hotspur

3. Aktivitas Vulkanik

Penyebab tsunami lainnya adalah aktivitas vulkanik, terutama dari gunung berapi yang berada di dekat atau di bawah laut.
Umumnya, aktivitas vulkanik menyebabkan naik atau turunnya bibir gunung berapi, memicu tsunami yang mirip dengan tsunami gempa bumi bawah laut.
Namun, dapat juga terjadi letusan besar yang menghancurkan pulau gunung berapi di tengah laut, menyebabkan air bergerak mengisi wilayah pulau tersebut dan memulai gelombang besar. Contoh tsunami akibat letusan besar seperti ini adalah tsunami letusan Krakatau 1883, yang mengakibatkan tsunami setinggi lebih dari 40 m.

Lantas apa ciri-ciri akan terjadi Tsunami:


1. Air laut surut

Sering kali setelah gempa besar melanda, air laut menjadi surut sesaat, ikan-ikan dan karang tampak di permukaan.
Tapi jangan terkecoh atau justru penasaran dan mendekati pantai, karena bisa saja itu adalah pertanda sebelum gelombang tsunami datang untuk menghantam daratan.
Dikatakan, air laut yg surut tidak selalu menjadi pertanda akan terjadinya tsunami, bisa saja gelombang besar itu datang langsung, tapi memang sering kali ditandai dengan surutnya air laut.

Kalaupun gempa besar sekitar 20 detik itu terjadi, tidak perlu mengecek lebih dulu air laut surut atau tidak, segeralah evakuasi diri ke tempat yang lebih aman.

Baca Juga: Subsidi Gaji di Rekening BCA, Bank Danamon Belum Cair?, Cek Disini

2. Gelombang berkali-kali

Jangan berpikir bahwa gelombang besar tsunami terjadi cukup sekali dan tidak ada gelombang yang lebih besar lagi, kamu pun yang tadinya sudah berada di tempat yang aman/tinggi kemudian segera turun karena merasa telah aman.
Itu bisa berbahaya, gelombang tsunami pertama biasanya bukan yang paling besar, tunggulah sampai beberapa jam karena gelombang besar yang lebih dahsyat bisa aja datang kembali dalam hitungan jam. Tunggu sampai ada info dari pihak yang berwenang bahwa kondisi telah aman, barulah kamu bisa kembali turun.

3. Suara gemuruh

Suara gemuruh seperti suara deru kereta atau pesawat jet melintas bisa menandai gelombang tsunami akan datang. Segera berlari tinggalkan segala aktivitas saat mendengar suara besar tersebut.

4. Gelombang tak sama

Di daerah berbeda tidak sama besar gelombang tsunami yang menyapu daratan. Di daerahmu bisa lebih kecil atau lebih besar dengan kampung tetangga walau begitu tetap berhati-hati dan tahu arah tujuan saat menyelamatkan diri. Dataran tinggi/bukit adalah tempat yang lebih aman. Hindari jembatan atau daerah sekitar sungai.***

Editor: Harry Tri Atmojo

Tags

Terkini

Terpopuler