Inilah Deretan Habaib yang Berperan Penting dalam Kemerdekaan Republik Indonesia

17 Agustus 2022, 11:56 WIB
HUT RI ke-77 /SETPRES

PORTAL SULUT – Kemerdekaan Indonesia merupakan jasa masyarakat Indonesia yang saat itu berjuang dan berkorban dengan tenaga, pikiran, dan nyawa.

Karena perjuangan dan pengorbanan mereka, hingga saat ini kita bisa menikmati kemerdekaan dari banyaknya pahlawan yang membantu membela dalam kemerdekaan Indonesia.

Ternyata dibalik itu semua, ada banyak sosok ulama yang ikut berjuang di dalamnya.

Baca Juga: Profil Farel Prayoga, Anak Kecil yang Sukses Bikin Jokowi Ambyar Pakai Lagu Jawa di Upacara HUT RI ke 77

Peran ulama yang merupakan keturunan Rasulullah SAW, dan bergelar habib ini tidak banyak yang tahu, sehingga nama mereka begitu asing di telinga kaum muda zaman sekarang.

Bung karno sendiri mengingatkan akan hal ini di dalam pidatonya dengan melontarkan kata “Jas Merah” yang berarti jangan sampai kita melupakan sejarah Indonesia. Hal ini dikarenakan di dalamnya terdapat jerih payah perjuangan para pahlawan.

Berikut diantara beberapa ulama bergelar habib yang sempat berperang dalam perjuangan kemerdekaan diantaranya:

1. Al-Habib Ali al-habsyi

Al Habib Ali al- habsyi lahir di Jakarta 20 April 1870. Beliau merupakan salah satu yang berperan dalam kemerdekaan dalam penentu hari dan waktu proklamasi.

Presiden pertama Indonesia Soekarno, sebelum memproklamasikan kemerdekaan, terlebih dahulu sebelum menemui Habib Ali, pada saat itu Soekarno meminta pendapat hari dan waktu yang tepat untuk membacakan proklamasi. Beliau wafat pada tanggal 10 Oktober tahun 1968 di Jakarta.

2. Al-Habib Idrus Al-Jufri

Habib Idrus Al-Jufri lahir di Tarim Yaman 15 Maret 1892 masehi. Beliau merupakan ulama yang menggagas bendera pusaka merah putih.

Beliau keturunan Al-Imam Al-Hasan bin Abu Bakar Al-Jufri. Pada tanggal 28 Desember 1969 masehi, dirinya wafat di Palu Sulawesi Tengah (Sulteng).

3. Al-Habib Syarif Sultan Abdul Hamid 2

Sultan Abdul hamid 2 Pontianak, lahir pada tanggal 12 Juli 1913 masehi. Beliau adalah perancang lambang negara Elang Rajawali Garuda Pancasila.

Selain itu, beliau merupakan salah satu peserta Konferensi Meja Bundar saat Belanda akhirnya bersedia menerima kedaulatan negara Republik Indonesia (RI).

Selain itu, dirinya ditugaskan oleh Bung Karno untuk merencanakan merancang dan merumuskan gambar lambang negara kita. Dan beliau wafat di Jakarta pada 30 Maret 1978.

Baca Juga: Gerakan 10 Juta Bendera Merah Putih di Jakbar Dalam Peringati HUT RI ke-77

4. Al-Habib Husein Mutoha

Diberi penghormatan negara Bintang Mahaputra atas jasanya menyelamatkan bendera pusaka merah putih dan juga memiliki gerilya bintang atas jasanya ikut berperang gerilya pada tahun 1948 hingga 1949.

Nama Al-Habib Husein Mutahar menjadi perbincangan di kala itu. lelaki kelahiran Semarang, 5 Agustus 1916 masehi ini dikenal sebagai bapak pramuka Indonesia, dan pencipta lagu kebangsaan.

Lagu kebangsaan yang sampai saat ini masih dikumandangkan dan masih terkenal, yakni Hymne Syukur musch hari merdeka, dirgahayu Indonesia dan 17 Agustus.

Selain itu, beliau sendiri menyiapkan dan membina pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka).

Tim yang beranggotakan pelajar dari berbagai penjuru di Indonesia yang mengatur bendera pusaka dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Selain itu, habib Muthohar juga aktif dalam kegiatan kepanduan, ia merupakan salah satu orang tokoh ulama Pandu rakyat Indonesia, gerakan kepanduan independen yang berhaluan nasionalis pada 9 Juni 2004 beliau wafat.

5. Al-Habib Ahmad Assegaf

Tokoh ulama terakhir yang berperan penting dalam kemerdekaan yakni Al-Habib Ahmad Assegaf, lahir di Yaman 1879.

Dikenal sebagai wartawan, sejarawan, dan sastrawan keturunan Arab yang terkenal pada masa kemerdekaan Republik Indonesia.

Aksinya tersebut banyak menyerang pemerintah kolonial Belanda lewat tulisan-tulisannya, untuk melengkapi data tulisannya, ia pernah mendatangi berbagai tempat di Indonesia untuk bertemu dengan tokoh masyarakat, ulama, maupun sejarawan.

Al-habib Ahmad Assegaf wafat di Jakarta pada 1949, dan dirinya sempat ikut menyiapkan ar robithoh Alawiyah yakni sebuah kepengurusan yang mencatat nasab mulia Baginda Nabi Muhammad SAW.

Penjelasan ini dikutip Portalsulut.com dari kanal YouTube ZIBUS CHANNEL pada Rabu, 17 Agustus 2022.***

Editor: Harry Tri Atmojo

Tags

Terkini

Terpopuler