6 Pilihan Lafal Niat Puasa Ramadhan dalam Bahasa Arab, Latin dan Terjemahannya

- 9 Maret 2024, 21:42 WIB
Ilustrasi puasa. 6 Pilihan Lafal Niat Puasa Ramadhan dalam Bahasa Arab, Latin dan Terjemahannya
Ilustrasi puasa. 6 Pilihan Lafal Niat Puasa Ramadhan dalam Bahasa Arab, Latin dan Terjemahannya /Pixabay/mohammed_hassan


PORTAL SULUT - Bulan suci Ramadhan 2024 segera tiba. Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan 1445 H pada Senin 11 Maret 2024. Dikutip dari laman resminya, keputusan tersebut dilakukan dengan metode hisab Wujudul Hilal Hakiki.

Penetapan 1 Ramadhan 1445 H telah tertuang dalam Maklumat Nomor 1/MLM/I.0/E/2024. Maklumat ini ditandatangani oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti pada 12 Januari 2024.

Sementara Organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) puasa Ramadhan 1445 H memprediksi jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024.

Sementara melansir laman resmi Kemenag RI, sidang isbat penetapan awal puasa Ramadhan 2024 akan dilaksanakan pada Minggu, 10 Maret 2024.

Baca Juga: Agar Sesuai Sunnah Rasulullah Ini Hal Yang Harus Dilakukan Ziarah Kubur Menjelang Ramadhan

Oleh karena itu, awal puasa Ramadhan versi pemerintah hanya akan diketahui setelah sidang isbat dilaksanakan.

Sebelum melaksanakan ibadah puasa Ramadhan, kita harus membaca lafal niat. Hal itu sangat penting, karena merupakan salah satu rukun puasa. Lafal niat juga merupakan pembeda antara ibadah yang satu dengan yang lainnya.

Lafal niat puasa Ramadhan harus dibaca pada malam hari, yaitu sejak terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar.

Ada beberapa pilihan lafal niat yang bisa kita baca, yaitu:

1. نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāna hādzihis sanati lillāhi ta‘ālā.

Artinya: Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.

Lafal niat di atas dikutip dari Kitab Minhajut Thalibin dan Perukunan Melayu. Kata “Ramadhana” merupakan mudhaf ilaihi sehingga dibaca khafadh dengan tanda baca akhirnya berupa fathah, sedangkan kata “sanati” diakhiri dengan tanda baca kasrah sebagai tanda khafadh atau tanda jarr dengan alasan lil mujawarah.

2. نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةَ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāna hādzihis sanata lillāhi ta‘ālā

Artinya: Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.

Lafal niat di atas terdapat dalam Kitab Asnal Mathalib. Kata “Ramadhana” pada niat tersebut menjadi mudhaf ilaihi sehingga dibaca khafadh dengan tanda fathah, sedangkan kata “sanata” diakhiri dengan fathah sebagai tanda nashab atas kezharafannya.

3. نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāni hādzihis sanati lillāhi ta‘ālā.

Artinya: Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.

Lafal niat di atas dikutip dari Kitab Hasyiyatul Jamal dan Kitab Irsyadul Anam. Kata “Ramadhani” dianggap sebagai mudhaf ilaihi yang juga menjadi mudhaf sehingga diakhiri dengan kasrah yang menjadi tanda khafadh atau tanda jarr-nya. Sementara kata “sanati” diakhiri dengan kasrah sebagai tanda khafadh atau tanda jarr atas musyar ilaih kata "hādzihi" yang menjadi mudhaf ilaihi dari "Ramadhani".

Baca Juga: Ustadz Adi Hidayat Jelaskan 2 Hal ini Ketika Ziarah Kubur Hari Raya Idul Fitri Maupun Jelang Puasa

4. نَوَيْتُ صَوْمَ رَمَضَانَ

Nawaitu shauma Ramadhāna

Artinya: Aku berniat puasa bulan Ramadhan.

5. نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ مِنْ/عَنْ رَمَضَانَ

Nawaitu shauma ghadin min/'an Ramadhāna

Artinya: Aku berniat puasa esok hari pada bulan Ramadhan.

Lafal niat 4 dan 5 diambil dari Kitab I’anatut Thalibin.

6. نَوَيْتُ صَوْمَ الْغَدِ مِنْ هَذِهِ السَّنَةِ عَنْ فَرْضِ رَمَضَانَ

​​​​​​​Nawaitu shaumal ghadi min hādzihis sanati ‘an fardhi Ramadhāna

Artinya: Aku berniat puasa esok hari pada tahun ini perihal kewajiban Ramadhan.

Niat nomor 6 ini dikutip dari Kitab Asnal Mathalib.

Kemudian dalil yang menjelaskan niat puasa Ramadhan dilakukan pada malam hari adalah sabda Nabi Muhammad saw sebagai berikut:

مَنْ لَمْ يَجْمَعِ الصِّيَامَ قَبْلَ اْلفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ

Artinya: Siapa yang tidak membulatkan niat mengerjakan puasa sebelum waktu fajar, maka ia tidak berpuasa (Hadits Shahih Riwayat Abu Daud, al-Tirmidzi, dan al-Nasa’i: 2293).

Itulah 6 pilihan lafal niat puasa Ramadhan yang dapat kita baca, sebagaimana dilansir dari NU Online.***

Editor: Harry Tri Atmojo

Sumber: NU Online


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah