Perihal Azab dan Kisah Asal-usul Sejarah Puasa Ramadan, Berikut Ulasannya!!

- 28 Maret 2023, 04:35 WIB
Ilustrasi Perihal Azab dan Kisah Asal-usul Sejarah Puasa Ramadan, Berikut Ulasannya!!
Ilustrasi Perihal Azab dan Kisah Asal-usul Sejarah Puasa Ramadan, Berikut Ulasannya!! /

PORTAL SULUT - Ibadah shaum ramadan atau puasa bulan ramadan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dikerjakan oleh orang-orang beriman.

Dikatakan barangsiapa yang meninggalkan atau membatalkan puasa tanpa ada unsur yang diatur sesuai syariat, maka sungguh besar sekali azabnya.

Dikutip Portal Sulut dari Channel YouTube Hidayah Ilahi Official, disebutkan bilamana dalam sebuah hadis dikisahkan, dahulu pada saat Nabi Muhammad pernah tidur beliau tiba-tiba didatangi oleh dua sosok lelaki, lalu kedua orang itu menarik lengan dan membawa nabi untuk menaiki gunung yang terjal.

Di saat nabi sampai pada gelapnya gunung tiba-tiba muncul suara cerita yang cukup keras, kedua lelaki itu menjelaskan bahwa suara itu adalah jeritan penghuni neraka.

Di perjalanan selanjutnya tiba-tiba terlihat ada sebuah kaum yang digantung terbalik pada pergelangan kaki mereka, nampak perut mereka robek dan berdarah-darah, ternyata kaum yang di azab itu adalah orang yang berbuka atau membatalkan puasa sebelum tiba waktu berbuka, naudzubillah min dzalik.

Baca Juga: Baca Doa Ini 3 Kali, Langit dan Bumi sampai Ikan di Laut Memintakan Ampunan Dosa Untukmu, Kata Gus Baha

Sebelum puasa ramadan disyariatkan, ternyata ibadah puasa sudah ada sejak zaman Nabi Adam Alaihissalam, dijelaskan dalam Tafsir Al Tsa'laby bahwasanya dahulu Nabi Adam Alaihissalam pernah melaksanakan puasa 3 hari.
Puasa ini dikenal dengan puasa Ayyamul Bidh atau puasa hari-hari putih.

Sejarahnya dahulu ketika Nabi Adam diturunkan dari surga ke bumi maka kulit tubuh Nabi Adam terbakar matahari hingga menyebabkan berwarna hitam kulitnya, lalu datanglah Malaikat Jibril menemui Nabi Adam dan bertanya, "wahai Adam maukah bila badanmu memutih kembali?, Nabi Adam lalu menjawab, "ya tentu saja mau.

Jibril kemudian berkata, "kamu berpuasalah pada tanggal 13, 14 dan 15. Nabi Adam langsung menjalankan puasa itu, dan ajaib pada hari pertama puasa 1/3 tubuh nabi Adam memutih, lalu di hari kedua 2/3 memutih, dan di hari ketiga akhirnya seluruh tubuh Nabi Adam memutih kembali.

Di dalam tafsir Al-thabari dijelaskan bahwa Nabi Nuh Alaihissalam juga pernah melaksanakan puasa Asyura, sejarahnya di masa nabi Nuh Alaihissalam pernah terjadi banjir bandang terdahsyat sepanjang sejarah.

Nabi Nuh dan umatnya lalu menaiki kapal yang telah dibuat beserta hewan berpasang-pasang, ketika peristiwa itu Nabi Nuh dan penumpang kapal melaksanakan puasa.

Kapal Nabi Nuh diketahui berlayar selama 6 bulan sejak bulan Rajab, ketika masuk bulan Muharram tepatnya pada hari ke-10, kapal Nabi Nuh akhirnya berlabuh di gunung judi hari itu dikenal dengan hari Asyura.

Sebagai rasa syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Nabi Nuh Alaihissalam lalu melakukan ibadah puasa Asyura.

Disebutkan puasa ini tidak hanya dilakukan Nabi Nuh saja, tetapi beliau juga menyuruh para penumpang kapal untuk bersama-sama berpuasa Asyura, hal ini sebagai wujud syukur atas nikmat Allah yang diberikan kepada mereka.

Ibadah puasa, dahulu juga pernah dilaksanakan Nabi Daud Alaihissalam. Amalan ibadah puasa beliau dikenal dengan nama puasa Daud.

Praktik puasa Daud yaitu puasa selang seling, maksudnya sehari puasa sehari tidak puasa. Puasa Daud ini termasuk puasa yang paling utama di sisi Allah, model puasa ini dianggap berat karena sehari melawan nafsu sehari tidak.

Nabi bersabda, utama-utamanya puasa adalah puasanya saudaraku Daud, beliau puasa sehari dan berbuka sehari, hadis riwayat Ahmad.

Ibadah puasa juga pernah dilakukan oleh Nabi Musa Alaihissalam, dahulu Nabi Musa pernah bermunajat kepada Allah selama 40 hari dan meninggalkan umatnya dari Bani Israel, lokasi itu berada di gunung Tursina yaitu tempat di mana Nabi Musa mendapatkan Wahyu dalam kitab Taurat.

Selama 40 hari Nabi Musa berpuasa bahkan sampai sekarang tradisi puasa juga masih dikerjakan oleh orang-orang Yahudi, puasa ini juga dilakukan oleh orang-orang Nasrani, dan masih banyak kisah puasanya para nabi dan umat terdahulu.

Baca Juga: Perempuan Wajib Tahu! Kesalahan Pakai Mukena Bisa Buat Sholat Tidak Sah Kata KH Marzuqi Mustamar

Adapun sejarah disyariatkannya puasa ramadan bermula setelah hijrahnya Nabi Muhammad ke kota Yatsrib atau Madinah, saat sampai ke kota Yatsrib Nabi Muhammad mendapati orang-orang Yahudi tengah melaksanakan ibadah puasa.

Nabi lalu bertanya kepada orang Yahudi mengenai puasa apa yang dijalankan mereka, lalu orang-orang Yahudi Madinah menjawab bahwa mereka tengah mengerjakan puasa hari baik yaitu Asyura.

Alasan Yahudi Madinah berpuasa adalah bahwa pada hari itu dahulu Nabi Musa dan Bani Israil diselamatkan Allah dari para musuh hingga Firaun di tenggelamkan, dan Nabi Musa berpuasa pada hari itu sebagai rasa syukurnya.

Setelah mendengar kabar penjelasannya itu nabi Muhammad dan para sahabat lalu melaksanakan puasa Asyura.

Adapun kewajiban puasa ramadan turun pada bulan sya'ban di tahun kedua Hijriyah, Allah Subhanahu Wa Ta'ala menurunkan perintah kewajiban puasa ramadan yaitu Surah Al-Baqarah ayat 183 hingga 185.

Kewajiban puasa ramadan tertera dalam Surah Al-Baqarah ayat 183 "Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa.

Pada Surah Al-Baqarah ayat 184 dijelaskan pada awal berlakunya puasa ramadan umat Islam masih diberikan kebebasan pilihan yaitu bagia yang fisiknya kuat boleh memilih antara berpuasa atau membayar fidyah jika kesultan berpuasa, namun tetap puasa yang lebih utama.

Lalu ketika umat Islam sudah merasa terbiasa berpuasa barulah aturan pilihan fidyah dihilangkan bagi orang yang kuat berpuasa secara fisik, hal ini sebagaimana keterangan dalam Surah Al-Baqarah ayat 185, pada mulanya batas kewajiban umat Islam berpuasa adalah sampai magrib tiba, setelah berbuka mereka masih boleh untuk makan minum dan melakukan hubungan suami istri, dan itu berlaku sampai mereka salat isya dan tidur, namun setelah itu mereka tak boleh makan, minum dan berhubungan suami istri sampai waktu berbuka puasa tiba.

Namun tentulah itu terasa berat bagi umat Islam hingga banyak yang melanggar larangan berpuasa. Karena keluhan dan keberatan itu barulah Allah Subhanahu Wa Ta'ala menurunkan Surah Al-Baqarah ayat 187 yang menjelaskan kelonggaran aturan berpuasa.

Turunnya Surah Al-Baqarah ayat 187 ini tentunya sangat disambut bahagia dan senang hati oleh seluruh kaum muslimin, dan kebahagiaan nikmat itu masih bisa kita rasakan hingga sekarang ini, Wallahua'lam Bishawab.***

Editor: Harry Tri Atmojo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x