Bahkan, Sayyidina Umar tidak akan sungkan mencambuk orang yang berbicara tentang takdir, karena perkara takdir bukanlah persoalan yang perlu dibahas.
Baca Juga: Jangan Salah! Begini Penjelasan Makna Kata Kafir yang Sesungguhya, Menurut Quraish Shihab
Kata takdir sendiri mulai popular ketika wabah menyerang dataran jazirah Arab. Hingga satu ketika, Sayyidina Umar yang hendak berangkat ke Syam (Damaskus) pun membatalkan perjalanannya akibat wabah tersebut.
Ketika itu, seorang sahabat nabi bernama Abu Ubaidah Ibn Jarrah, bertanya kepada Sayyidina Umar. Ia berkata: Kamu lari dari takdir wahai Umar?
Umar pun menjawab: Saya lari dari takdir menuju takdir yang lain.
Tetapi ketika Sayyidina Umar terbunuh karena ditikam, beliau berkata:
Wa Kaana Qadarullahi Qodaran Maqduura. Artinya: yang ditakdirkan Allah itu tidak bisa kita mengelak darinya.
Peristiwa tersebut, kata Quraish Shihab, merupakan gambaran bahwa nabi dan sahabat-sahabatnya tidak bicara tentang takdir, dalam arti tidak menjelaskannya, dan tidak mendiskusikannya. Baik itu dalam cara pendiskusian ulama-ulama al-kalam, ataupun para teolog.
Berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, bersumber dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA, Nabi bersabda;
“Tidak ada seorangpun diantara kamu kecuali telah diketahui oleh Allah SWT, dimana tempatnya, di surga atau neraka”