Network
Jadi orang, kata UAH, ketika paham hikmah, maka ia tidak akan menilai ibadah sebagai kewajiban semata, tapi menilai itu sebagai jalan menuju kebahagiaan.
Maka dari itu, kenapa ada orang yang bertanya kenapa kita harus sholat?
Baca Juga: Dua Penyakit Umat Islam di Akhir Zaman yang Tidak Ada Obatnya, Nomor 2 Mungkin Sudah Terjadi
“Karena jawaban dari muadzin itu setiap mengumandangkan adzan adalah mengajak kita untuk melakukan sholat, dengan sholat itu kita akan mendapatkan kebahagiaan,” kata UAH.
Hal ini kata UAH, jika sudah menjadi kebiasaan, maka cukup disebutkan imannya saja, setelah itu hilanglah kalimat amal sholehnya.
Dan itu kata Ustadz Adi Hidayat dicontohkan oleh imam kita di Al-Quran surah 52 ayat 21.
“Amal sholehnya tidak disebutkan, imannya saja. Kenapa nda di sebutkan amal sholehnya? Karena orang tua ini sudah terbiasa beramal sholeh,” jelas UAH.
Jika Anda menginginkan cita-cita satu keluarga masuk surga, maka biasakan beramal sholeh di rumah kata Ustadz Adi Hidayat.
“Ajak bareng-bareng, bangun malam-malam, tunaikan jamaah, hidupkan Al-Quran di rumah, hidupkan dzikir, kalo sudah terbiasa, wariskan itu kepada anak-anak, sehingga anak-anak pun memiliki kebiasaan yang sama,” jelas UAH.
Karena itu ketika menyebutkan kalimat keturunannya, kata UAH, maka amal sholehnya tidak disebutkan, “Karena keluarga ini sudah kompak dalam beramal shaleh dalam kehidupan,” tutup Ustadz Adi Hidayat.
