Begitu pun dalam menghadapi perselisihan, Allah SWT sudah memberikan jalan keluar yang terbaik melalui kalam-Nya, yaitu Q.S. AsySyura (42) ayat 40:
Arab:
وَ جَزٰٓؤُا سَیِّئَۃٍ سَیِّئَۃٌ مِّثۡلُہَا ۚ فَمَنۡ عَفَا وَ اَصۡلَحَ فَاَجۡرُہٗ عَلَی اللّٰ اِنَّہٗ لَا یُحِبُّ الظّٰلِمِیۡنَ
Arab latin:
"Wajazaa-u sai-yi-atin sai-yi-atun mitsluhaa faman ‘afaa wa-ashlaha fa-ajruhu ‘alallahi innahu laa yuhibbuzh-zhaalimiin(a)"
Artinya:
“Dan Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik. Maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai orang-orang yang zalim” (Q.S. Asy-Syura (42): 40).
Islam justru menganjurkan setiap orang untuk memberi maaf atas kezaliman yang diperbuat orang lain. Karena kezaliman tidak akan berhenti dengan sendirinya tanpa ada usaha dari kita untuk menghentikannya.
Bahkan dalam ayat tersebut Allah SWT, langsung menjamin pahala bagi kita yang mampu membalas kejahatan dengan perbuatan baik ataupun memaafkan.
Padahal sesama muslim adalah saudara. Jadi, sudah seharusnya kita menghindari hal-hal yang dilarang agama.