Inilah Beragama dan Bernegara Ala Mbah Moen, Menjaga NKRI Dengan Mencontoh Rasulullah

21 Juli 2023, 16:26 WIB
Inilah Beragama dan Bernegara Ala Mbah Moen, Menjaga NKRI Dengan Mencontoh Rasulullah /Tangkap layar Instagram @khmaimunzubair

PORTAL SULUT – Artikel kali ini akan membahas tentang menjaga NKRI yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan mencontoh Rasulullah.

Menjaga keutuhan NKRI adalah wajib bagi setiap warga negara Indonesia, sebab Bangsa Indonesia merupakan kumpulan berbagai suku, agama dan golongan yang rawan terhadap perpecahan.

Jika umat Islam tidak mampu menjaga NKRI maka umat yang paling dirugikan adalah umat Islam karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam.

Baca Juga: Bukan Sembarang Penyakit! Inilah Penyakit Manusia Penyebab Pahala Habis, Ini Kata Ustadz Adi Hidayat

Oleh karenanya wajib untuk menjaga keutuhan NKRI agar tidak terpecah belah.

Dalam menjaga NKRI, kita patut mencontoh yang diajarkan oleh Mbah Moen.

Pasalnya, sikap dan perilaku dalam beragama dan bernegara Mbah Moen menjadi rujukan nomor ‘wahid’ bagi umat  Islam.

Kecintaan Mbah Moen terhadap negara Indonesia ditunjukan dengan rumahnya dipasang lambang negara Burung Garuda Pancasila bukan bendera NU.

Diketahui Mbah Moen adalah Kiai Kharismatik yang disegani di kalangan Nahdlatul Ulama.

Mbah Moen dalam satu pengajian menjelaskan falsafah lima jari.

Mbah Moen semasa hidupnya mengajari umat Islam hidup bernegara dengan benar di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ber Bhineka Tunggal Ika.

Baca Juga: Kerjakan 1 Amalan Ini, Janji Allah Dimudahkan Urusan dan Rezeki Menurut Ustadz Adi Hidayat

Mbah Moen mengatakan hidup bernegara dengan beraneka ragam suku, agama dan ras sebaiknya mencontoh kehidupan Kanjeng Nabi.

Seperti yang dikutip Portal Sulut, 29 April 2022 dari Youtube Ngaji Sejarah, Mbah Moen menceritakan kehidupan Kanjeng Nabi Muhammad waktu dulu.

Menurutnya, saat itu tidak ada negara Islam di dunia, kecuali negara di bawah Kanjeng Nabi.

Mbah Moen mengatakan, semua negara pasti bukan Islam, dan belum banyak mengenal Islam.
Tetapi Kanjeng Nabi bisa bergaul dan bersahabat, bahkan dapat titian hadiah dari negara-negara yang belum menganut Islam.

"Ingat, Kanjeng Nabi pada waktu itu Islam sendirian, namun kenyataanya bisa bergaul,” terangnya.

Baca Juga: Kapan Puasa Asyura? Ini Kata Buya Yahya

“Orang-orang Islam di Indonesia harus mencontoh Kanjeng Nabi cara bergaul dengan agama lain, selain Islam,” tegasnya.

Mbah Moen menuturkan, kita harus tahu, bahwa negara kita adalah negara Pancasila. Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, bukan Tuhan tetapi Ketuhanan.

Kata Mah Moen, yang berketuhanan itu manusianya, dengan Ketuhanan itulah yang bisa mempersatukan semua agama.

Mbah Moen menjelaskan dalam sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa digambarkan bintang segi lima.

"Segi lima itu dalam agama Islam harus dihormati, dan mempunyai arti,” jelasnya.
Lanjut Mbah Moen, Segi pertama yaitu segi jiwa.

“Manusia itu harus sama-sama menjadi jiwa, maka tidak boleh saling bunuh membunuh walaupun beda agama,” tuturnya.

Segi ke dua itu akal. "Semua manusia dan rakyat harus dididik, jangan sampai akalnya tidak dipergunakan,” jelasnya.

Baca Juga: Satu Doa Yang Sudah Banyak Dilupakan Namun Sebenarnya Mudah Dikabulkan Allah SWT, Diungkap Buya Yahya

Segi yang ketiga keturunan atau anak.

"Anak harus dihasilkan dari pernikahan, menikah itu menurut agama masing-masing. Jadi orang Kristiani di gereja, orang Muslim di masjid dan seterusnya,” ungkap Mbah Moen

Segi yang ke empat, kita wajib menjaga hak milik.

“Hak milik harus dijaga dan dirawat dengan sebaik-baiknya, begitu juga harus digunakan dengan cara yang baik jangan untuk rizywah ( suap),” ungkap Pendiri Pondok Pesatren Sarang Rembang.

Segi Kelima, sebagai umat Islam harus menjunjung tinggi martabat kemanusiaan, saling menghargai dan mengahormati.

"Tidak boleh merendahkan satu sama lain, apalagi merendahkan agamanya sendiri,” paparnya.

“Bintang segi lima di sila pertama Ketuhanan saling berhubungan satu sama lain dalam hidup bernegara,” tegasnya.

Mbah Moen menegaskan hubungan antara manusia dengan Tuhan jangan dibicarakan, karena  masing masing agama berbeda, agar tidak terjadi pertengkaran.

Baca Juga: Inilah Penyebab Rezeki Terputus! Kata Habib Novel Alaydrus: Jangan Berhenti Lakukan Ini

Lanjut Mbah Moen, jangan sampai membicarakan yang benar agama Islam dengan orang yang beragama lain. "Biarlah lakum dinukum waliyadin, artinya bagimu agamamu bagiku agamaku,” tandasnya.

Mbah Moen menyarankan antar umat beragama tidak saling menjelekkan, maka itu perlu dibangun yaitu teologi kerukunan.

“Dan kalau ini dibangun terus, pasti umat Islam akan semakin bertambah besar,” jelasnya.

Kembali Mbah Moen menegaskan faktanya masjid-masjid bertambah banyak. "Jadi harus dijaga mengenai kelestarian, Ketuhanan Yang Maha Esa yang mempunyai segi 5.

Mbah Moen mengungkapkan, masalah hubungan manusia dengan Tuhan menurut agamanya masing masing, jangan sampai mencampuri urusan agama lain.

“Dalam Al Quran sudah jelas. Lakum dinukum waliyadin,” tutupnya.***

Editor: Jaka Prasojo

Tags

Terkini

Terpopuler