MAKIN MEPET!! Ini Batas Waktu Bayar Hutang Puasa atau Puasa Qadha Ramadhan 2023

15 Maret 2023, 09:57 WIB
Ilustrasi qadha puasa Ramadan /Freepik/freepik

PORTAL SULUT - Kurang 8 hari lagi umat Islam memasuki bulan suci Ramadhan. Nah apakah anda masih punya hutang puasa ramadhan tahun lalu atau tahun-tahun sebelumnya?

Berikut bacaan niat bayar hutang puasa atau puasa qadha serta batas akhir membayar hutang puasa tersebut.

Qadha puasa Ramadhan adalah sebuah puasa pengganti yang dilakukan oleh seseorang untuk membayar hutang puasa. Seperti yang telah diketahui kalau ada beberapa orang dalam keadaan tertentu yang boleh meninggalkan puasa di bulan Ramadhan. Tapi haruskah menggantinya di lain hari atau disebut sebagai hutang.

Baca Juga: Bekal Ramadhan! Amalkan 5 Kali Sehari! Syafaat Khusus di Hari Kiamat dari Rasulullah, Kata Syekh Ali Jaber

Dikutip dari laman NU Online, ketika seseorang masih mempunyai utang puasa Rajab, maka diperbolehkan untuk meng-qadha-nya bersamaan dengan puasa sunnah Rajab.

Bagaimana bacaan niatnya?

Puasa Rajab sama dengan puasa sunnah lainnya, sah hukumnya jika dilakukan dengan niat berpuasa secara mutlak tanpa menentukan jenis puasanya, cukup dengan melafalkan niat "Saya niat berpuasa karena Allah", tidak harus ditambahkan "karena melakukan kesunahan puasa Rajab".

Sedangkan, jika hendak qadha puasa Ramadhan, maka wajib ditentukan jenis puasanya karena tergolong puasa wajib.

Adapun niat puasa qadha Ramadhan, yaitu:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin 'an qadhā'I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta'âlâ.

Artinya:

"Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT."

Jika, ingin menggabungkan niat puasa Rajab dengan puasa qadha Ramadhan, maka hukumnya sah atau diperbolehkan, pahala keduanya pun bisa didapatkan.

Bahkan menurut Syekh al-Barizi, walapun eseorang hanya niat mengqadha puasa Ramadhan, secara otomatis pahala berpuasa Rajab bisa didapatkan.

Baca Juga: Baca Surah Ini, Agar Terhindar dari Perbuatan yang Ingin Usahamu Jatuh, Menurut Syekh Ali Jaber

Hal ini sebagaimana yang didasarkan dari keterangan dalam kitab Fathul Mu'in beserta hasyiyahnya, I'anatuth Thalibin sebagai berikut:

وبالتعيين فيه النفل أيضا فيصح ولو مؤقتا بنية مطلقة كما اعتمده غير واحد (وقوله ولو مؤقتا) غاية في صحة الصوم في النفل بنية مطلقة أي لا فرق في ذلك بين أن يكون مؤقتا كصوم الاثنين والخميس وعرفة وعاشوراء وأيام البيض أو لا كأن يكون ذا سبب كصوم الاستسقاء بغير أمر الإمام أو نفلا مطلقا (قوله بنية مطلقة ) متعلق بيصح فيكفي في نية صوم يوم عرفة مثلا أن يقول نويت الصوم ( قوله كما اعتمده غير واحد) أي اعتمد صحة صوم النفل المؤقت بنية مطلقة وفي الكردي ما نصه في الأسنى ونحوه الخطيب الشربيني والجمال الرملي الصوم في الأيام المتأكد صومها منصرف إليها بل لو نوى به غيرها حصلت إلخ زاد في الإيعاب ومن ثم أفتى البارزي بأنه لو صام فيه قضاء أو نحوه حصلا نواه معه أو لا وذكر غيره أن مثل ذلك ما لو اتفق في يوم راتبان كعرفة ويوم الخميس انتهى

Artinya:

Dan dikecualikan dengan persyaratan ta'yin (menentukan jenis puasa) dalam puasa fardhu, yaitu puasa sunah, maka sah berpuasa sunnah dengan niat puasa mutlak, meski puasa sunah yang memiliki jangka waktu sebagaimana pendapat yang dipegang oleh lebih dari satu ulama. Ucapan Syekh Zainuddin, meski puasa sunah yang memiliki jangka waktu, ini adalah ghayah (puncak) keabsahan puasa sunah dengan niat puasa mutlak, maksudnya tidak ada perbedaan dalam keabsahan tersebut antara puasa sunnah yang berjangka waktu seperti puasa Senin-Kamis, Arafah, Asyura' dan hari-hari tanggal purnama. Atau selain puasa sunah yang berjangka waktu, seperti puasa yang memiliki sebab, sebagaimana puasa istisqa dengan tanpa perintah imam, atau puasa sunnah mutlak. Ucapan Syekh Zainuddin, dengan niat puasa mutlak, maka cukup dalam niat puasa Arafah dengan niat semisal, saya niat berpuasa. Ucapan Syekh Zainuddin, sebagaimana pendapat yang dipegang oleh lebih dari satu ulama, maksudnya lebih dari satu ulama berpegangan dalam keabsahan puasa sunah dengan niat puasa mutlak. Dalam kitabnya Syekh al-Kurdi disebutkan, dalam kitab Al-Asna demikian pula Syekh Khatib al-Sayarbini dan Syekh al-Jamal al-Ramli, berpuasa di hari-hari yang dianjurkan untuk berpuasa secara otomatis tertuju pada hari-hari tersebut, bahkan apabila seseorang berniat puasa beserta niat puasa lainnya, maka pahala keduanya berhasil didapatkan.

Dalam kitab Al-I'ab ditambahkan, dari kesimpulan tersebut, Syekh al-Barizi berfatwa bahwa apabila seseorang berpuasa qadha (Ramadhan) atau lainnya di hari-hari yang dianjurkan berpuasa, maka pahala keduanya bisa didapat, baik disertai niat berpuasa sunnah atau tidak.

Ulama lain menyebutkan, demikian pula apabila bertepatan bagi seseorang dalam satu hari dua puasa rutin, seperti puasa hari Arafah dan puasa hari Kamis. (Syekh Zainuddin al-Malibari dan Syekh Abu Bakr bin Syatha, Fathul Mu'in dan Hasyiyah I'anatuth Thalibin, Surabaya, al-Haramain, tanpa tahun, juz 2, halaman: 224)

Kapan batas akhir puasa qadha Ramadhan?

Batas waktu Puasa Qadha adalah sebelum satu atau dua hari terakhir bulan Sya'ban.

Baca Juga: Sebarkan Hal Ini di Medsos Akan Dapat Pahala Ujar Ustadz Adi Hidayat

Sebaiknya tak membayar utang puasa terlalu mepet dengan penetapan Bulan Ramadan karena hari terakhir di Bulan Syaban itu disebut sebagai hari syak atau hari yang meragukan.

Umat muslim dianjurkan untuk meng-qadha puasa sesegera mungkin dengan mempertimbangkan hari esok adalah sebuah misteri sehingga kita tak pernah tahu, kapan ajal menjemput.

Meski begitu ada aturan dalam mengerjakan puasa qhada yaitu tidak boleh dilakukan pada hari-hari tertentu seperti Idul Fitri, Idul Adha dan hari tasyrik yaitu tanggal 11-13 bulan Dzulhijah. Selain hari yang disebutkan di atas, puasa qadha dapat dilakukan di hari apa saja, baik itu secara acak, selang-seling, maupun berurutan.***

Editor: Harry Tri Atmojo

Tags

Terkini

Terpopuler