Idul Adha di Indonesia Beda 1 Hari dengan Arab Saudi, Ustadz Adi Hidayat Tegaskan Ini yang Harus Diikuti

4 Juli 2022, 23:10 WIB
Ustadz Adi Hidayat/Idul Adha di Indonesia Beda 1 Hari dengan Arab Saudi, Ustadz Adi Hidayat Tegaskan Ini yang Harus Diikuti /Tangkapan layar youtube.com / Adi Hidayat Official.

PORTAL SULUT — Ustadz Adi Hidayat memberi penjelasan tegas soal beda penetapan Idul Adha 1443 Hijriah di Indonesia dan Arab Saudi.

Ustadz Adi Hidayat mengatakan, ada riwayat yang sudah tidak perlu diperdebatkan terkait penetapan Idul Adha 1443 Hijriah.

Diketahui, waktu penetapan Idul Adha 1443 Hijriah di Indonesia dan Arab Saudi berbeda 1 hari.

Baca Juga: Auto Kaya! 3 Weton Ahli Waris Dewa Uang, Hidupnya Selalu Senang, Tak Pernah Kekurangan

Penepatan Idul Adha 1443 Hijriah di Arab Saudi jatuh pada Sabtu 9 Juli 2022.

Sedangkan di tanah air, penetapan hari raya Idul Adha 1443 Hijriah jatuh pada Minggu 10 Juli 2022.

Ustadz Adi Hidayat pun memberikan pernyataan tegas soal perbedaan penetapan waktu Idul Adha 1443 Hijriah ini.

Melansir dari kanal YouTube Surau Kita, pada Senin 4 Juli 2022, Ustadz Adi Hidayat mengatakan, Nabi Muhammad SAW pernah ditanya tentang puasa hari Arafah.

“Nabi SAW pernah ditanya tentang puasa di hari Arafah. Hari Arafah itu tanggal berapa? Sembilan. Ingat ya suka agak keliru, sebagian orang mengatakan shoum arafah. Kalau cuma disebutkan, Nabi mengatakan syiam arofah puasa arafah,” katanya.

“Arafah itu menunjuk pada momentumnya, ya momentum orang wukuf. Jadi kalau bahasanya puasa arafah, maka enggak ada penafsiran,” sambung Ustadz Adi Hidayat.

Jadi, kata Ustadz Adi Hidayat kalau berpatokan pada momentum wukuf, maka umat muslim di seluruh dunia melaksanakan puasa bersamaan dengan orang yang wukuf.

Baca Juga: 5 Weton Ini Pemilik Wahyu Cakradiningrat Menurut Primbon Jawa, Itu Kamu Bukan?

“Jadi begitu di Saudi wukuf sekarang, kita ikut puasanya di hari itu. Jelas ya, itu kalau tidak menggunakan 'Yaum',” katanya.

Menurut Ustadz Adi Hidayat, jika menggunakan kata 'Yaum’ (menunjuk pada waktu) artinya bukan ikut momentum wukuf tapi mengikuti waktunya.

“Maksudnya apa? Hadits ini ingin menegaskan, puasa ini dilakukan, bukan mengikuti momentumnya, tapi mengikuti waktunya,” tegas Ustadz Adi Hidayat.

“Waktu orang wukuf tanggal berapa, delapan apa sembilan? Jadi waktu orang wukuf di tanggal sembilan Dzulhijjah,” ujar Ustadz Adi Hidayat.

Maka, kata Ustadz Adi Hidayat, kalau di satu tempat, atau satu negara sudah masuk ke tanggal 9 Dzulhijjah, sekalipun tidak sama dengan tempat orang wukuf di Arab Saudi, maka sudah harus menunaikan puasanya.

“Jadi jatuh puasanya pada tanggalnya, bukan pada momentum wukufnya. Jelas ya,” katanya.

“Misal mohon maaf pemerintah kita menetapkan waktu misalnya, awal Dzulhijjah beda dengan Saudi, misal. Karena zonanya, misalnya ada perbedaan tertentu, dalam hal tertentu, kondisi tertentu, misal saja," sambung Ustadz Adi Hidayat.

Jadi dapat disimpulkan kata Ustadz Adi Hidayat, yang diikuti adalah waktu.

“Maka yang diikuti saat puasa Arafah itu bukan ikut ke yang wukuf, bukan waktu Saudi, tapi waktu di sini. Karena zona itu bisa berbeda,” jelasnya.

Baca Juga: Rahasia Pembuka Pintu Surga, Cukup Lakukan Hal Ini Kata Gus Baha

Ustadz Adi Hidayat menegaskan, ulama-ulama di Arab Saudi bahkan sudah memberikan fatwa jika di suatu negara zona waktunya berbeda jauh yang bisa melahirkan perbedaan waktu, maka waktu di negara itu yang diikuti.

“Kecuali kalau waktunya dekat, sekitaran teluk, gitu kan, UAE, Qatar, bahkan kami sampai ke Libya. Itu kalau Saudi musim haji, sudah ikut waktu Saudi, ya. Nggak ribut-ribut lagi. Kecuali cukup agak jauh seperti kita saat ini di beberapa tempat,” ujarnya.

“Jelas ya. Jadi nanti kalau pemerintah menetapkan waktu, misal bersamaan Alhamdulillah. Kalau tidak ikuti waktu kita,” tegas Ustadz Adi Hidayat.***

Editor: Cadavi Lasena

Sumber: YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler