Sebab Hilangnya Pahala Puasa, Buya Yahya: Mari Jaga Lisan Kita

24 April 2022, 16:13 WIB
Buya Yahya /Tangakapan layar Youtube Al Bahjah TV

 

PORTAL SULUT - Dalam tausiyah pendek yang disampaikan oleh Buya Yahya, akan mengkaji mengenai sebab hilangnya pahala puasa yang kita kerjakan di bulan Ramadhan.

“Ada hal yang tidak membatalkan puasa, tetapi menjadikan hilangnya pahala puasa, sehingga seorang hamba yang berpuasa itu tidak mendapatkan kecuali lapar dan dahaga,” kata Buya Yahya seperti dilansir portalsulut.com melalui kanal YouTube Al- Bahjah TV tanggal 30 April 2021.

Rukun puasa sudah jelas jika hal tersebut adalah puasa dhohir, seperti kata Nabi Muhammad SAW tentang puasa batin yang maknanya menjaga sesuatu yang menjadikan pahala terhapus karena perilaku yang tidak kita sadari.

Baca Juga: Manfaatkan Waktu Habis Makan Sahur dengan Amalan ini, Syekh Ali Jaber: Sekali pun Dosa Besar akan Diampuni

Pahala ini tidak kelihatan, tidak bisa dibeli, dan hanya Allah SWT yang tahu mengenai hal tersebut.

Nabi Muhammad SAW dalam hadits Abu Hurairah, bersabda:

“Hendaknya puasa itu menjadikan tameng dalam kemaksiatan, dosa dan neraka.”

“Kalau berpuasa ini hendaknya kita hindari dari kalimat-kalimat kotor atau jorok, membangkitkan syahwat, menjadikan sebab pertikaian, menjadikan sebab orang bermaslahat,” kata Buya Yahya.

Jahal adalah melakukan sesuatu yang tidak pernah kita renungkan yang mengakibatkan sesuatu yang membahayakan, kalimatnya menjadikan adu domba dan terjadi pertikaian.

Buya Yahya juga mengatakan bahwa dalam berpuasa hendaknya kita waspada dalam menjaga lisan kita, puasa yang dikerjakan sah, tetapi apabila setiap hari berkata kotor, menggunjing orang, meremehkan orang, kadang tanpa disadari kita merendahkan orang, padahal hal tersebut menjadikan pahala puasa kita terhapus.

Baca Juga: 3 Golongan yang Doanya Tidak Ditolak dan Cepat Dikabul Allah Kata Ustadz Adi Hidayat, Nomor 2 Paling Istimewa

Bahkan begitu pentingnya kita menjaga lisan kita agar tidak mengutuk, sekalipun kita didzolimi, Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita untuk tidak membalas cacian mereka, dan mengatakan ‘inni shoimun’ sebanyak 2 kali dan diucapkan dengan kekhusyukan.

Inni shoimun yang pertama kali kita ucapkan adalah untuk mengingatkan diri kita, bahwa kita sedang puasa, sehingga kita tidak boleh membalas cacian tersebut, yang kedua diucapkan untuk mengingatkan orang yang mencaci kita, agar berhenti untuk berkata kotor.

Maknanya adalah agar kita tidak terpancing emosi yang terjadi akibat kesalahan orang lain, jika kita terpancing sudah pasti hinaan dan cacian yang keluar dari mulut kita akan menghapus pahala puasa kita.

“Maka dari itu hendaknya dalam berpuasa kita bisa menghindarkan diri dari hal-hal yang membuat Allah SWT murka,”kata Buya Yahya.

Selama berpuasa, hendaknya lisan kita harus dijaga, melatih emosi kita sehingga ketika keluar dari bulan Ramadhan kita tidak mudah terpengaruh oleh berita apapun yang sampai ke telinga kita, diantaranya adalah berkata bohong dan menjerumuskan atau melakukan sesuatu tindak kebohongan.

Baca Juga: Bolehkah Berdoa Minta Seseorang Jadi Jodoh Kita? Begini Penjelasan Ustadz Salim A Fillah

“Mari di bulan Ramadhan ini kita jaga lisan kita, agar tidak berkata bohong, tidak mengucapkan kalimat yang menjadikan seseorang bermusuhan, dan yang menyakiti orang,” kata Buya Yahya.

Tetapi di zaman sekarang ini ulama mengatakan bahwa lisan ada dua, yaitu lisan yang diucapkan dan lisan dari pena atau tulisan.

Ketikan yang kita tulis dalam kolom komentar YouTube, Instagram atau Facebook juga termasuk lisan pena.

“Maka mari kita jaga, dan di jaga sebisa mungkin, ingat kalau kita sedang puasa, dan kita sedang berada di bulan mulia bulan Ramadhan dan semoga Allah SWT mudahkan kita dalam meninggalkan segala hal yang menjadikan sebab pahala ibadah kita terhapus dan menjadikan murka Allah SWT,” ucap Buya Yahya mengakhiri tausiyahnya.***

Editor: Randi Manangin

Tags

Terkini

Terpopuler