Kabar keberhasilan mereka menyebar ke seluruh desa, menginspirasi orang lain untuk mengikuti jejak mereka.
“Saya bekerja di SBI sebelumnya, sebagai insinyur jaringan. Kantor saya memiliki internet berkecepatan tinggi dan saya biasa menonton video YouTube di sana,” kata Shukla kepada kantor berita ANI.
Baca Juga: 'Manusia Jas Hujan' di Jepang Curi 360 Ponco Plastik Wanita, Alasannya Bikin Geleng-geleng Kepala
“Saya sudah menyukai film. Pada 2011-12, versi baru YouTube diluncurkan. Pada saat itu, ada sangat sedikit saluran di YouTube," tambah Shukla.
Dia mengaku tidak puas dengan pekerjaan kantorannya, "Jadi saya meninggalkan pekerjaan dan mulai dengan YouTube.”
Sekitar 40 persen penduduk desa kini terlibat dalam pembuatan konten video untuk platform seperti YouTube, TikTok atau Instagram.
Usia termuda 15 tahun dan tertua nenek 85 tahun. Sedikitnya 40 atau lebih saluran utama yang berbasis di desa Tulsi berkisar dari komedi dan musik hingga pendidikan dan DIY.
Saluran yang paling populer berjumlah lebih dari 100.000 pelanggan di YouTube saja.***