Bertani Bikin Tubuh Nenek Moyang Orang Eropa Memendek, Peneliti Duga karena Kekurangan Gizi

- 11 April 2022, 07:03 WIB
Ilmuwan meneliti kerangka tubuh manusia purba nenek moyang orang Eropa.
Ilmuwan meneliti kerangka tubuh manusia purba nenek moyang orang Eropa. /via Daily Mail

 

PORTAL SULUT - Tubuh nenek moyang orang Eropa memendek setelah mereka beralih dari berburu menjadi bertani secara menetap.

Kesimpulan para peneliti itu berdasarkan analisis DNA dan pengukuran sisa-sisa kerangka 167 manusia purba yang merupakan nenek moyang orang Eropa.

Tulang-tulang itu dipastikan telah diberi tanggal baik sebelum, sesudah atau sekitar waktu ketika pertanian muncul di Eropa 12.000 tahun yang lalu.

Baca Juga: Peta Mengerikan Ungkap 5.000 Virus Baru Bersembunyi di Bawah Lautan

Peneliti menemukan, peralihan dari gaya hidup pemburu-pengumpul ke pertanian 'memangkas' rata-rata 1,5 inci (3,8 cm) tinggi badan mereka.

Menurut peneliti, tinggi badan yang lebih pendek merupakan indikator kesehatan yang lebih buruk.

Alasannya, hal itu menunjukkan bahwa mereka tidak mendapatkan nutrisi yang cukup alias kurang gizi untuk mendukung pertumbuhan yang tepat.

Para petani Eropa awal ini kemungkinan besar mengalami 'nutrisi yang buruk dan beban penyakit' yang menghambat pertumbuhan mereka.

'Penekanan' kerangka lain yang mungkin dialami para petani termasuk 'hiperostosis lorotik'.

Kondisi itu, seperti dikutip PortalSulut.com dari Daily Mail, ditandai dengan area jaringan tulang berpori di tengkorak.

Studi baru ini dipimpin oleh Stephanie Marciniak, asisten profesor penelitian di Departemen Antropologi Universitas Penn State di State College, Pennsylvania.

Profesor Marciniak mengatakan, studi terbaru mencoba untuk mengetahui efek DNA pada tinggi badan.

Baca Juga: Jamur Bisa Ngobrol dengan Sesamanya, Miliki 50 Kosakata, Klaim Ilmuwan Inggris

Selain itu, Marciniak dan rekan-rekan juga mengukur tulang individu purba, serta kontribusi genetik.

"Kami mulai memikirkan pertanyaan lama seputar peralihan dari berburu, mengumpulkan dan mencari makan ke pertanian menetap," kata dia.

"Kami memutuskan untuk melihat pengaruh kesehatan dengan ketinggian sebagai proxy," Profesor Marciniak menambahkan.

"Pendekatan kami unik karena kami menggunakan pengukuran tinggi dan DNA purba yang diambil dari individu yang sama," sambung dia.***

Editor: Adisumirta

Sumber: Daily Mail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah