Tak Disangka, Cina Ubah Gurun Pasir Jadi Lahan Pertanian, 4 Teknologi Canggih yang Diakui Dunia

6 Mei 2022, 21:00 WIB
Ilustrasi pertanian/pexels.com/Sergei A /

PORTAL SULUT - 4 teknologi canggih pertanian Cina yang diakui dunia.

Negeri tirai bambu ini memiliki beberapa gurun yang luas totalnya lebih dari seperempat daratan Cina dan juga termasuk dalam gurun terluas di dunia.

Namun tak disangka, para ilmuwan Cina membuat teknologi canggih untuk membuat padang gurun bisa ditanami berbagai tanaman.

Baca Juga: Netflix Digugat Sejumlah Pemegang Saham Dikarenakan Masalah Ini

Berikut 4 teknologi canggih pertanian Cina yang diakui dunia yang dikutip dari kanal YouTube Young Agropreneur 1 tahun lalu

1. Teknologi pasta revolusioner

Diketahui cina mempunyai 1 teknologi menghijaukan gurun pasirnya yang digunakan untuk membangun lahan pertanian.

Cina telah berhasil merubah padang pasir gersang menjadi lahan pertanian yang subur melalui eksperimen yang telah dilakukan sejak 2013 di perfektur htan, wilayah otonom Xijiang Uygur.

Sebuah proyek di gurun cina utara ini telah mendapat hasil positif hanya dalam waktu enam bulan.

Dilaporkan oleh cinaDaily, Zhijian Yi dan Zhao Chaohua 2 ilmuwan di Chongqing Jiaotong Universitytelah mencipatakan pasta revolusioner yang terbuat dari bahan sama dengan yang ditemukan pada dinding sel tanaman.

Mereka membentuk ikatan elastis di antara butiranpasir mengubahnya menjadi semcam jaring yang dapat menumbuhkan tanaman.

Baca Juga: MIRIS! Punya Kekayaan Alam Tapi Masih Susah, Inilah 7 Negara Paling Miskin di Dunia Berdasarkan PDB

Bila pasta dikombinasikan dengan pasir gurun di lingkungan yang gersang dapat menyimpan air dan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman.

Dari pegujian yang dilakukan memperlihatkan pertumbuhan yang normal pada tanaman jagung, kentang dan berbagai tanaman lainnya.

Bunga dann sayuran tumbuh normal di hampir 500 hektar pasir dengan teknologi baru ini yang pada dasarnya membuat lahan menjadi subur di iklim yang sangat panas.

2. Kotak jaring tanaman

Sementara di provinsi Ningxia mereka memiliki akal untuk menstabilkan pasir di tepi gurun.

Dengan kisi-kisi kotak jerami berukuran sekitar 1 meter persegi yang berfungsi untuk menahan tanaman yang baru ditanam agar tidak terbang ditiup angin gurun yang kencang sehingga beberapa spesies rumput dan tanaman lainnya bisa membesar.

Pohon dan buah-buahan seperti anggur sekarang telah tumbuh di gurun cina ini, selama lebih dari 60 tahun para pekerja telah menanam 500.000 hektar rumput.

Dengan menggunakan teknologi irigasi tetes sebagai sumber air mereka juga membudidayakan ribuan hektar bunga

Seperti lavender, verbena, krisan dan mengubah gurun menjadi lautan bunga yang juga menjadi situs wisata gurun.

3. Teknologi padi gurun

Selama ini cina adalah produsen padi terbesar di dunia namun akibat perubahan iklim luas lahan yang tersedia untuk budidaya padi di dalam negara semakin menyusut dan menurunkan produksi.

Kekhawatiran tersebut telah mendorong para ilmuwan yang dipimpin oleh Yuan Longping yang dikenal sebagai “bapak padi hibrida” untuk mencari cara baru dalam menumbuhkan biji-bijian pokok.

Yuan telah berhasil mengembangkan varietas benih padi yang bisa tumbuh di gurun pasir dan air laut.

Merekea merayakan kesuksesan menanam padi di padang pasir dan air laut, Yuan mengatakan bahwa varietas padi yang dikembangkan ini menghasilkan lebih dari tiga ton perhektar.

Baca Juga: Inilah 10 Negara Baru yang Bermunculan Dekat Indonesia

4. Teknologi greenhouse

Menanam tanaman sebelumnya tidak pernah menguntungkan bagi para petani di gurun desa Shahe provinsi Gansu.

Pada 2009 distrik Suzhou di Jiuquan yang meliputi Shahe meluncurkan program untuk membangun kebun greenhouse di gurun.

Sehingga petani dapat menanam tanaman komersial seperti sayuran, jamur yaang dapat dimakan dan anggur.

Aplikasi pertanian 4.0 juga dikembangkan sehingga dapat memantau dan mengontrol lingkungan dirumah kaca.

Greenhouse Gobi menggunakan irigasi tete dan semprot yang bisa menghemat air hampir 50% dibandingkan pertanian biasa.

Program ini telah membantu menghasilkan pendapatan rata-rata sekitar $72.300 (1.053.000.000) per hektar setiap petani.***

Editor: Harry Tri Atmojo

Tags

Terkini

Terpopuler