Sedang Diet? Hati-hati dengan Kehadiran Dua 'Pembunuh Senyap'

- 1 Juli 2022, 07:56 WIB
Ilustrasi diet - Diet yo-yo bisa meningkatkan risiko dua penyakit yang dijuluki pembunuh senyap.
Ilustrasi diet - Diet yo-yo bisa meningkatkan risiko dua penyakit yang dijuluki pembunuh senyap. /Foto: pixabay/Skica911/

PORTAL SULUT - Diet ternyata dapat meningkatkan risiko dua pembunuh senyap. Sebab itu, para ahli mengingatkan untuk hati-hati saat jalani diet.

Peneliti dari Universitas Georgetown di AS menemukan bahwa diet yo-yo bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Ada dua penyakit yang mengintainya.

Diet yo-yo mengacu pada pola diet seseorang yang dengan cepat menurunkan berat badan, namun kemudian cepat pula naiknya. Bak permainan yo-yo.

Baca Juga: 3 Tips Meningkatkan Rasa Percaya Diri

Nah, para peneliti melakukan pengujian pada 6 tikus, dengan setengahnya diberi makan makanan normal dan setengahnya lagi diberi diet kalori terbatas.

Mengutip The Sun, ini adalah sekitar 60 persen dari apa yang biasanya mereka konsumsi.

Mereka menjadi sasaran tiga minggu pada setiap diet - dengan pola ini diulang tiga kali.

Tikus kemudian diberikan pemeriksaan jantung dan ginjal dan untuk menguji diabetes, mereka diberikan tes darah untuk mengukur resistensi insulin.

Para ahli menyimpulkan bahwa tikus yang menjalani diet yo-yo memiliki kesehatan jantung dan fungsi ginjal yang lebih buruk.

Hewan-hewan itu juga memiliki masalah dalam mengelola gula darah.

Dengan kata lain, mereka berisiko mengalami sakit jantuing dan diabetes. Kedua penyakit ini dijuluki silent killer atau pembunuh senyap.

"Meskipun hewan terlihat sehat setelah 'pemulihan' dari diet, jantung dan metabolisme mereka tidak sehat," kata penulis studi Dr Aline de Souza.

Baca Juga: Asah Mata: Temukan Lampu di Antara Sofa di Bidang Gambar Ini, hanya 3 dari 10 Orang Bisa Mendapatinya dalam 30

Penting untuk dicatat bahwa penelitian ini dilakukan pada tikus - dan tidak akan mencerminkan bagaimana manusia merespons tes yang sama.

Namun, sebelumnya ditemukan bahwa orang yang berdiet lebih cenderung mengalami kenaikan berat badan dalam jangka panjang.

Sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2018 menemukan bahwa diet saja tidak bisa menjadi satu-satunya pengobatan bagi mereka yang hidup dengan obesitas.

Para ahli mengatakan bahwa dokter harus 'mendukung dan mendorong pasien untuk melakukan perbaikan berkelanjutan dalam kualitas diet dan aktivitas fisik mereka'.

Studi lain, yang diterbitkan pada tahun 2016 menemukan bahwa diet yo-yo lebih berisiko daripada tetap gemuk, dengan yang lain mengklaim prosesnya menggandakan risiko kematian muda.***

Editor: Adisumirta

Sumber: The Sun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x