Jangan Abaikan, Ini 10 Tanda Anak Perlu Bantuan Psikolog

- 19 Juni 2022, 18:44 WIB
Ilustrasi Jangan Abaikan, ini 10 Tanda Anak Perlu Bantuan Psikolog
Ilustrasi Jangan Abaikan, ini 10 Tanda Anak Perlu Bantuan Psikolog /pexels/pixabay

 

PORTAL SULUT - Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan mental merupakan landasan untuk berpikir, mengekspresikan emosi, berinteraksi, mencari nafkah, dan menikmati hidup Kesehatan mental mempengaruhi pikiran, perasaan, tindakan, cara mengatasi stress, hubungan dengan orang lain, serta pembuatan keputusan yang sehat.

Berbicara tentang gangguan kesehatan mental, kondisi tersebut rupanya tak hanya terjadi pada orang dewasa. Hal tersebut juga bisa dialami oleh anak-anak lho!

Gangguan kesehatan mental pada anak mesti segera diatasi dengan baik. Salah satu caranya orang tua perlu berkonsultasi dengan tenaga profesional, seperti psikolog.

Baca Juga: Tekanan Darah Rendah, Sempoyongan, Pusing Disebabkan 3 Makanan Ini, dr. Zaidul Akbar: Kalau Kliyengan Stop

Berikut ini beberapa hal yang dapat menjadi tanda orang tua perlu mengajak si kecil berkonsultasi ke psikolog anak, sebagaimana disarikan dari berbagai sumber.

1. Tantrum hingga melukai diri sendiri dan anak Lain
Tanda paling umum anak perlu konseling ke psikolog adalah jika anak mengalami apa yang disebut Tantrum.

Tantrum adalah periode di mana seseorang menunjukkan amarah tidak terkontrol yang tiba-tiba, biasanya dalam wujud menangis kencang, menjerit, berteriak, membangkang, berguling-guling, menghentakkan kaki, memukul-mukul, dan sebagainya.

Tantrum merupakan salah satu cara anak mengekspresikan rasa frustrasi dan rasa marah mereka.Tantrum termasuk bagian dari perkembangan anak yang normal, biasanya terjadi pada tahun kedua kehidupan anak, saat perkembangan bahasa anak mulai berkembang.

Namun ada kondisi tertentu yang membuat gejala tantrum perlu diwaspadai, yaitu bila tantrum membuat anak sampai melukai diri sendiri dan orang lain, seperti memukul diri sendiri, membenturkan kepala ke dinding, memasukkan benda ke dalam tubuh atau memukul/menendang anak lain.

2. Menunjukan kekhawatiran dan kesedihan yang berlebihan
Melansir Verywell Family, tanda paling jelas dari anak perlu ke psikolog adalah rasa kekhawatiran atau kesedihan yang berlebihan.

Kekhawatiran dan kesedihan memang hal yang normal. Namun, hal tersebut menjadi tidak sehat jika muncul secara berlebihan , sulit dikontrol, dan mulai menguasai diri maupun pikiran mereka sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, saat itulah orang tua harus mengambil tindakan.

3. Mendadak sangat diam
Kondisi ini tak akan membuat Anda terlalu khawatir jika anak kita memang seorang pendiam. Namun, lain ceritanya jika anak yang biasanya suka bercerita, kemudian tiba-tiba menjadi diam dalam waktu lama.
Hal ini juga merupakan merupakan tanda adanya masalah pada anak yang perlu penanganan lebih lanjut.

Baca Juga: Atasi Susah Tidur Atau Insomnia dengan 2 Bahan Alami Ini Kata dr. Zaidul Akbar

4. Menjadi lebih manja dan bergantung secara berlebihan
Normalnya anak bila ditinggal sebentar masih baik-baik saja karena asyik bermain, setelah agak lama baru mencari orang tuanya.

Kalau tiba-tiba pengen nempel terus pada orang tuanya, tidak bisa jauh barang sebentar atau pengen dekat selalu dengan orang tuanya, kondisi ini juga termasuk kondisi perlu diwaspadai, jangan-jangan anak-anak kita sedang ada masalah atau takut dengan sesuatu.

5. Menangis
Menangis merupakan luapan emosi anak yang normal, semua anak kadang menangis.

Menjadi tidak wajar jika anak menangis tanpa sebab, misalnya ketika dia akan berangkat ke sekolah.
Hal ini bisa jadi sebuah tanda bahwa anak mengalami masalah yang tidak bisa diatasi sendiri.

6. Perubahan signifikan pada pola tidur
Perhatikan kebiasaan tidur anak . Anak yang sehat dan ceria biasanya lebih mudah untuk diajak tidur.
Hanya dengan dongeng, minum susu, atau menimangnya. Jika anak mengalami sulit tidur atau sering mimpi buruk yang terjadi terus-menerus, bisa saja ini adalah tanda bahwa anak sedang mengalami masalah. Sama seperti orang dewasa, anak-anak kalau lagi stres biasanya susah tidur, tidak nyenyak tidurnya atau bermimpi buruk.

7. Prestasi akadamik menurun drastis
Gangguan mental dapat mempengaruhi kadar energi, konsentrasi, optimisme, motivasi, dan ketahanan seseorang, sehingga tidak mengherankan bila sebagian anak yang mengalami masalah mental memiliki prestasi akademik yang relatif rendah.

Studipun menunjukkan bahwa salah satu gangguan kesehatan mental, yaitu depresi, berkaitan dengan nilai rata-rata akademik yang rendah.

8. Menutup atau menarik diri
Apakah anak Anda benar-benar menarik diri dari lingkungan sosial? Jika ya, hal ini mungkin menjadi tanda bahwa si kecil perlu melakukan konseling ke psikolog anak.

Sebagian anak kesulitan memperoleh teman karena mereka terlalu malu untuk mendekati anak lain untuk diajak berkawan. Sikap malu ini bisa jadi merupakan karakter alami sang anak. Walau demikian, tidak jarang sifat tersebut juga diiringi rasa cemas berlebihan yang merupakan wujud dari gangguan kesehatan mental.

Rasa cemas dan khawatir ini biasanya merupakan perpanjangan dari rasa takut akan penolakan. Misalnya takut jika tidak disukai teman lain, takut bila orang lain berteman karena terpaksa/kasihan, atau takut bila orang tersebut tidak ingin menjadi teman kita dan sebagainya.

Baca Juga: Kulit Cerah Bercahaya Alias Glowing, Coba Resep Ampuh Ini ala dr. Zaidul Akbar

9. Bersikap rendah diri
Rendah diri adalah kondisi di mana seseorang menganggap rendah kemampuan mereka serta diri mereka sendiri.

Orang yang rendah diri memiliki rasa percaya diri yang relatif kurang. Mereka umumnya merasa kurang kompeten, tidak pantas dicintai, dan tidak cukup baik. Anak semacam ini biasanya takut membuat kesalahan dan takut mengecewakan orang lain.

Kondisi yang satu ini perlu ditangani dengan tepat karena dalam jangka panjang, sikap rendah diri ini bisa membawa dampak lanjutan di masa depan seperti menjauh dari pergaulan sosial, tumbuh rasa benci terhadap diri sendiri, terlalu sensitif terhadap kritik, dan menyimpan masalah sendirian.

10. Berbicara tentang kematian
Hal normal jika anak bicara soal kematian dan penasaran dengan konsep kematian. Namun, jika pembicaraan tentang kematian ini terus berulang, maka Anda harus waspada.

Perhatikan setiap pernyataan tentang bunuh diri dalam bahasa anak atau tentang membunuh orang lain. Setiap pembicaraan soal mengakhiri hidup seperti ini membutuhkan pertolongan seorang ahli segera.

Nah, sudah sepatutnya kita sebagai orang tua bisa peka terhadap permasalahan buah hati. Cari tahu setiap perubahan yang dialami anak, baik dari segi fisik maupun mental. Jika ia menunjukkan tanda-tanda tersebut dan disertai tingkah laku yang mencurigakan, lebih baik jangan tunda untuk mengajaknya konseling ke psikolog anak.

Semoga artikel ini bermanfaat.***

Editor: Harry Tri Atmojo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah