Yuk Kenali Tuberkulosis, Penyakit Menular Paling Mematikan setelah Covid-19

- 9 Juni 2022, 05:11 WIB
Mengenali gejala tuberkulosis dan cara penyebaran infeksi, lakukan pencegahan dini agar tidak tertular.
Mengenali gejala tuberkulosis dan cara penyebaran infeksi, lakukan pencegahan dini agar tidak tertular. /PEXELS/Towfiqu barbhuiya

PORTAL SULUT - Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit Tuberkulosis atau juga dikenal dengan istilah TB merupakan penyakit dengan urutan ke–13 yang paling banyak menyebabkan kematian, dan menjadi penyakit menular nomor dua yang paling mematikan setelah COVID-19.

WHO juga mencatat Indonesia menempati peringkat 3 jumlah penderita TB terbanyak setelah India dan Tiongkok .

Sobat Sehatku, Yuks kenali apa itu tuberkulosis (TB), gejala, penyebab, cara penularan, dan pencegahannya berikut ini!

Baca Juga: Tak Sekadar Cantik, Aglonema Punya Ragam Manfaat untuk Kesehatan, NASA: Bisa Hisap Racun

Apa sih Tuberkulosis?
TB adalah penyakit menular akibat infeksi mycobacterium yang biasanya menyerang paru-paru, meskipun sebenarnya dapat mengenai organ apa pun di dalam tubuh seperti ginjal, tulang belakang, dan otak.
Bakteri TB membunuh jaringan dari organ yang terinfeksi dan membuatnya sebagai kondisi yang mengancam nyawa jika tidak dilakukan terapi. Meski begitu, dalam banyak kasus, TB dapat disembuhkan dan bisa dicegah.

Terdapat dua tingkatan dari TB :
• TB laten
TB laten terjadi ketika penderitanya memiliki kuman di tubuh tetapi sistem imun berhasil mencegahnya supaya tidak menyebar. Penderitanya pun tidak memiliki gejala apapun, dan tidak menular.

• TB aktif
TB Aktif terjadi ketika bakteri mulai memenangkan perlawanan terhadap sistem pertahanan tubuh dan mulai menyebabkan gejala. Saat bakteri menginfeksi paru-paru, TB aktif dapat menyebar dengan mudah ke orang lain. 90% kasus aktif pada orang dewasa berasal dari infeksi TB laten.

Gimana ya cara penularannya?
Bakteri penyebab TB menyebar dari orang ke orang melalui percikan ludah (droplet) saat seseorang yang terinfeksi TB bersin, batuk, berbicara, tertawa, meludah, menyanyi dan sebagainya. Oleh karena itu, risiko penularan penyakit ini relatif tinggi pada orang yang tinggal serumah dengan penderita TB.
Penyebab dan faktor risiko TB itu apa?

Penyebab utama tuberkulosis adalah bakteri tumbuh-lambat yang disebut Mycobacterium tuberculosis. Setiap orang dapat terinfeksi oleh tuberkulosis. Namun terdapat sejumlah faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan tertular bakteri penyebab penyakit TB, di antaranya:
• Sistem daya tahan tubuh yang rendah, seperti yang dialami oleh individu dengan HIV/AIDS, diabetes, kanker jenis tertentu, menjalani pengobatan kanker seperti kemoterapi, gizi buruk, dan sebagainya

Baca Juga: Selain Wortel, Kata dr Inggrid Tania, 2 Bahan Ini Bisa Dijadikan Ramuan Herbal untuk Kesehatan Mata
• Malnutrisi
• Obat-obatan yang menekan sistem kekebalan juga dapat membuat orang berisiko terkena penyakit TB aktif, termasuk obat-obatan yang membantu mencegah penolakan transplantasi organ.
• Perokok dan konsumsi alkohol untuk jangka waktu yang lama
• Mereka yang memiliki sedikit akses hingga tidak mempunyai akses sama sekali terhadap pelayanan kesehatan yang memadai
• Lokasi tempat tinggal yang padat atau kurang ventilasi
• Bepergian ke tempat-tempat dengan angka kejadian tuberkulosis yang tinggi
Trus, apa gejala seseorang menderita TB?
Kuman penyebab tuberkulosis bersifat khusus, karakteristiknya perkembangan lambat dibandingkan penyakit lain.

Pada jenis TB laten sebagian besar tidak mengalami gejala. Berbeda dengan TB aktif yang biasanya menyebabkan banyak gejala. Biasanya gejala berhubungan dengan sistem pernapasan yang dapat memengaruhi bagian tubuh lainnya, tergantung di mana bakteri TB tumbuh.

Gejala umum ditimbulkan oleh TB di paru-paru antara lain:
• Batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu
• Batuk darah atau dahak (dahak)
• Sakit/nyeri dada
• Mudah lelah dan lemah
• Demam
• Panas dingin
• Berkeringat lebih di malam hari
• Kehilangan nafsu makan
• Penurunan berat badan

Sementara, apabila TB sudah menyebar ke organ lain dapat menyebabkan:
• Darah dalam urin dan kehilangan fungsi ginjal, jika TB mempengaruhi ginjal
• Sakit punggung dan kekakuan, kejang otot, dan ketidakteraturan tulang belakang jika TB mempengaruhi tulang belakang
• mual dan muntah
• Kebingungan
• Kehilangan kesadaran, jika TB menyebar ke otak.

Bila sudah terserang TB, apa terapi pengobatannya?
Orang yang terdiagnosis dengan tuberkulosis aktif umumnya disarankan untuk mengonsumsi kombinasi pengobatan selama enam bulan atau lebih. Lamanya konsumsi obat bergantung dari berbagai hal, termasuk lokasi infeksi, riwayat mengalami tuberkulosis sebelumnya, dan sebagainya.

Obat-obatan yang dikonsumsi pada individu dengan tuberkulosis aktif terkadang dapat menyebabkan beberapa efek samping, di antaranya penurunan nafsu makan, perubahan warna urine, baal atau kesemutan, mual dan muntah, kuning pada kulit, atau nyeri perut. Apabila efek samping ini mengganggu sebaiknya konsultasikan dengan dokter.

Baca Juga: Jangan Anggap Remeh, Ini Dampak Negatif Sering Begadang Bagi Kesehatan, Bisa Turunkan Gairah Seksual Lho...

Apa saja upaya untuk mencegah tuberculosis?
Faktanya, 10% masyarakat Indonesia memiliki bakteri TB. Namun, apakah infeksi bersifat laten atau aktif tergantung pada kondisi penderitanya. Jika mereka memiliki sistem imun yang baik, maka penyakit ini bisa sembuh bahkan sebelum gejala tersebut muncul.

Maka dari itulah, pencegahan utama agar tidak terjangkit tuberculosis (TB) adalah menjaga pola hidup, makan cukup, tidur cukup, menghindari kontak dengan orang yang sedang sakit TB, memakai masker saat berada di tempat ramai dan berhenti merokok,

Apabila Sobat Sehatku memiliki anak, jangan sampai melewatkan vaksin BCG atau Bacillus Calmette–Guérin untuk mencegah TB. Selain untuk bayi dan anak-anak, vaksin ini juga bisa diberikan pada orang dewasa berusia 16–35 tahun, terutama untuk mereka yang berisiko tinggi terpapar TB di tempat kerja.
Terakhir, jangan lupa untuk selalu melalui medical check up untuk mendeteksi berbagai jenis penyakit, termasuk TB. Ketika mengalami salah satu atau beberapa gejalanya, jangan ragu untuk mengonsultasikan diri ke dokter, ya!

Semoga informasi ini bermanfaat.***

Editor: Harry Tri Atmojo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah