Jangan Anggap Remeh Leptospirosis, Bisa Picu Kematian Lho, Yuk Kenali Penyebabnya

21 Mei 2022, 19:55 WIB
Ilustrasi gejala penyakit Leptospirosis pada manusia /sharon-mccutcheon/Unsplash/

PORTAL SULUT - Leptospirosis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri berbentuk spiral yang disebut dengan Leptospira interrogans.

Bakteri ini dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi. Beberapa hewan yang bisa menjadi perantara penyebaran Leptospirosis adalah tikus, sapi, anjing, kuda dan babi.

Bakteri ini dapat hidup selama bertahun-tahun dalam ginjal hewan-hewan tersebut tanpa menimbulkan gejala. Selama berada di dalam ginjal hewan, bakteri Leptospira sewaktu-waktu dapat keluar bersama urine sehingga mengkontaminasi air dan tanah.

Baca Juga: Kecil sih, tapi Luar Biasa! Inilah 8 Manfaat Bawang Putih untuk Kesehatan Tubuh

Di air dan tanah tersebut, bakteri Leptospira dapat bertahan hidup dalam hitungan bulan bahkan tahun. Perlu juga diketahui bahwa penularan Leptospirosis kerap meningkat saat terjadi banjir. Hal ini dikarenakan genangan air saat banjir berisiko membawa dan menyebarkan bakteri Leptospirosa ke seluruh penjuru kawasan.

Pada kasus yang berat, Leptospirosis bisa menyebabkan komplikasi berupa kerusakan ginjal, gangguan denyut jantung, pneumonia, infeksi berat, bahkan kematian. Oleh karena itu, penyakit ini perlu diwaspadai dan dicegah penularannya.

Penularan
Penularan Leptospirosis pada manusia dapat terjadi akibat:
• Kontak langsung antara kulit dengan urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri Leptospira

• Kontak antara kulit dengan air dan tanah yang terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri Leptospira

• Tergigit binatang yang terinfeksi bakteri leptospira

• Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi urine hewan yang terinfeksi bakteri Leptospira.
Bakteri Leptospira dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka, baik luka kecil seperti luka lecet, maupun luka besar seperti luka robek. Bakteri ini juga bisa masuk melalui mata, hidung, mulut, dan saluran pencernaan. Leptospirosis bisa juga menular antar manusia melalui ASI atau hubungan seksual, tetapi kasus semacam ini sangat jarang terjadi.

Baca Juga: Demi Kesehatan Usus Rutinkan Makanan Minuman Ini Pagi Hari, dr. Zaidul Akbar: Obat Gangguan Pencernaan

Faktor risiko
Leptospirosis sangat umum terjadi dan dapat ditemukan di berbagai belahan dunia. Namun, penyakit ini lebih banyak ditemui di negara-negara beriklim tropis dan subtropis, seperti Kepulauan Karibia, Kepulauan Pasifik, Amerika Tengah, Amerikan Selatan dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Hal ini karena iklim yang panas dan lembab dapat membuat bakteri Leptospira bertahan hidup lebih lama. Penyakit ini juga lebih banyak ditemukan di kawasan dengan pemukiman kumuh atau kawasan yang tidak memiliki saluran air dan sanitasi yang baik. Selain itu, Leptospirosis juga lebih sering menyerang pada orang-orang yang:

• sering berinteraksi dengan hewan, seperti peternak, dokter hewan, tukang daging, pekerja rumah potong hewan atau pemilik hewan peliharaan

• memiliki pekerjaan yang berkaitan dengan saluran pembuangan atau selokan seperti pekerja saluran pipa, peternak ikan, pembersih septi tank dan sebagainya.

• menghabiskan sebagian besar waktunya di luar ruangan, seperti tentara, pekerja tambang, petani, dan sebagainya.

• tinggal di daerah rawan banjir.

• sering melakukan aktivitas olahraga air seperti berenang, berselancar, snorkeling, diving dan sebagainya atau rekreasi air di alam bebas.

Gejala
Pada beberapa kasus, Leptospirosis tidak menampakkan gejala sama sekali. Namun, pada kebanyakan penderita, gejala penyakit ini muncul dalam 2 hari sampai 4 minggu setelah terpapar bakteri Leptospira. Gejala Leptospirosis sangat bervariasi pada setiap individu dan awalnya sering kali dianggap sebagai gejala penyakit lain, seperti flu atau demam berdarah,

Gejala Leptospirosis dapat dibagi menjadi dua fase yaitu:

Fase pertama
Pada fase ini, gejala akan muncul selama 5 hingga 7 hari yang dimulai secara mendadak dengan gejala-gejala antara lain:
- Demam tinggi dan menggigil
- Sakit kepala
- Mual, muntah, dan tidak nafsu makan
- Diare
- Nyeri otot, terutama pada paha, betis dan punggung bawah
- Sakit perut
- Ruam
- Bintik-bintik merah pada kulit yang tidak hilang saat ditekan

Fase kedua
Setelah melewati fase pertama, fase kedua penyakit ini akan muncul 1 atau 2 minggu kemudian. Fase kedua Leptospirosis disebut dengan penyakit Weil dengan gejala yang lebih parah.
Pada fase ini, gejala-gejala yang biasanya muncul antara lain:
- Demam kuning (menguning di kulit dan mata)
- Gagal ginjal
- Peradangan selaput otak (meningitis)
- Mata merah
- Sulit buang air kecil
- Pembengkakan pada tangan dan kaki
- Perdarahan, seperti mimisan atau batuk berdarah
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Detak jantung tidak teratur
- Lemas dan keringat dingin
- Sakit kepala dan leher kaku

Baca Juga: Manfaat Dan Khasiat Daun Sirih Cina Untuk Kesehatan Ternyata Sangat Luar Biasa, Bisa Mencegah Penyakit Akut

Pencegahan
Agar Sobat Sehatku tidak terjangkit penyakit Leptospirosis, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi risiko penyebarannya, antara lain:
1. Menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan lingkungan rumah bebas dari tikus
2. Mencuci tangan setiap sebelum makan dan setelah melakukan kontak dengan hewan
3. Melakukan vaksinasi hewan peliharaan atau ternak
4. Menutup luka dengan plester tahan air, terutama sebelum kontak dengan air dan tanah/lumpur di alam bebas
5. Gunakan pakaian pelindung, sarung tangan, sepatu bot, dan pelindung mata saat bekerja di kawasan yang berisiko menularkan bakteri Leptospira
6. Gunakan alas kaki tertutup saat melintasi lumpur atau genangan air ketika banjir
7. Hindari kontak langsung dengan air yang terkontaminasi, seperti berenang atau berendam
8. Hindari mengonsumsi air langsung dari danau atau sungai. Hanya konsumsi air yang sudah terjamin kebersihannya
9. Gunakan disinfektan untuk membersihkan permukaan benda yang sering kita gunakan.
10. Segera bersihkan urine hewan yang melekat pada pakaian dan perlengkapan

Pengobatan
Infeksi Leptospirosis pada umumnya tidak memerlukan penanganan khusus. Pada kondisi yang ringan, infeksi penyakit ini dapat sembuh sendiri dalam tujuh hari. Pengobatan biasanya ditujukan untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi.
Jika gejala sudah timbul, dokter akan memberikan obat-obatan untuk meredakan gejala dan untuk mengatasi infeksi bakteri. Beberapa obat yang biasanya diberikan adalah:
• Obat antibiotik, seperti penisilin, amoxicillin, ampicillin, doxycycline, atau azithromycin
• Obat penurun demam dan pereda nyeri, seperti paracetamol atau ibuprofen

Nah… itulah serba-serba tentang penyakit Leptospirosis yang perlu Sobat Sehatku pahami. Dengan pemahaman yang baik, mudah-mudahan Sobat Sehatku dapat menerapkan pola hidup sehat untuk mencegah terserang penyakit Leptospirosis ini. Ingat pesan Nenek : lebih baik mencegah daripada mengobati!

Semoga bermanfaat.***

Editor: Harry Tri Atmojo

Tags

Terkini

Terpopuler