Gusdurian Minahasa Bahas Kisah Eksil di Minahasa Abad XIX

- 15 Juli 2022, 15:39 WIB
Gusdurian Minahasa
Gusdurian Minahasa /

Praktik adaptasi itu adalah pernikahan dengan wanita setempat, memperkenalkan penggunaan bajak dalam pertanian, penggunaan Bahasa asli (Bahasa Tondano) dan berkurangnya penggunaan Bahasa Jawa serta Islam menjadi identitas yang kuat dan teguh dipertahankan dalam kehidupan masyarakat buangan. Praktik adaptasi inilah yang memungkinkan orang-orang buangan paskaperang Jawa (1825-1830) meraih kebahagiaan di Tondano, Minahasa.

Kemampuan adaptasi dalam kemajemukan inilah yang mestinya menjadi pembelajaran bagi bagi generasi hari ini dalam mengembakan praktik-praktik hidup yang memelihara kemajemukan dan kebersamaan sesama anak bangsa.

Walau begitu, ada banyak cerita dari orang-orang buangan ini, terutama yang berada di luar Tondano, yang belum terdokumentasikan dengan baik sehingga membutuhkan kerja riset yang kolaboratif.

Saba, salah satu inisiator Jaringan Gusdurian Minahasa, mengatakan jika jaringan ini merupakan komunitas anak muda lintas iman yang otonom, berporos pada keswadayaan, dan meneruskan nilai-nilai yang sudah diwariskan Gusdur dengan hati yang gembira.

Baca Juga: BREAKING NEWS: Seorang Pria Bacok Sejumlah Warga Hingga Sapi Kuban, Terjadi di Kotamobagu

“Gusdurian Minahasa adalah rumah bagi anak-anak muda yang majemuk ini untuk mencari dan mengembangkan kerja-kerja kolaboratif antara ajaran-ajaran Gusdur dengan nilai-nilai universal yang tumbuh dalam keminahasaan,”tambahnya.

Novelia, salah satu peserta diskusi, menyampaikan apresiasinya yang positif.
Baginya diskusi berlatar sejarah orang buangan ini telah membuka wawasan akan masa lalu yang begitu penting, terutama dari kerjasama antar orang buangan dan warga lokal yang memungkinkan terbentukan subkultur dalam kebudayaan besar Minahasa. Sesuatu yang tidak mudah.

Diskusi bertema sejarah orang buangan abad XIX ini merupakan seri pembuka dari rangkaian diskusi bulanan jaringan Gusdurian Minahasa. Selain seri diskusi, jaringan kultural ini juga merencanakan kegiatan Ekspedisi Kultural dan Kunjungan Kemajemukan.

Dua kegiatan yang dimaksudkan untuk menemukenali dan menghidupkan kembali praktik-praktik hidup Tou Minahasa yang selaras dengan nilai-nilai universal.***

Halaman:

Editor: Harry Tri Atmojo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah