Ia terus menangis tak percaya dan berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu tidak mungkin terjadi.
Sekembalinya ia ke kerajaan Lumajang dan pulang ke rumahnya, ternyata ia benar-benar mendapati ayahnya sedang bercumbu dengan istrinya sendiri.
Ia pun meraih golok yang ia miliki untuk membunuh ayahnya. Namun, sang ayah bisa menghindar. Dalam keadaan emosi ia lalu berlari ke hutan sambil terus meratapi nasibnya.
Berhari-hari tubuhnya pun menjadi kurus. Tak berani bunuh diri, Ia memutuskan mencari guru untuk melakukan moksa, alias melepaskan diri dari urusan duniawi. Namun, Ia juga tetap ingin membunuh bapaknya sebagai balas dendam.
Hingga suatu hari ia bertemu dengan seorang kakek tua yang mengajarinya moksa, dan mengatakan bahwa setiap bulan purnama tubuhnya akan menyusut.
Lelaki itu pun melakukan apa yang dikatakan oleh Sang Guru. Ratusan Purnama ia lalui. Tubuhnya semakin hari semakin menyusut. Semakin lama ia semakin mengecil selayaknya bentuk janin dalam kandungan yang berumur empat bulan yang belum memiliki ruh.
Sang Guru lalu datang dan tertawa. Ia mengatakan, sejatinya seseorang yang dipenuhi rasa dendam tidak akan pernah tenang sebab tubuhnya telah dikuasai oleh iblis.
Rambut kuku dan taringnya tetap memajang sebab ketiga bagian tubuh itu tidak memiliki ruh. Lelaki itupun kini telah menjelma menjadi siluman jenglot.