Network
dalam kasus Jakarta penduduk turut membantu kota ini tenggelam lebih cepat.
Pembangunan yang tak terkendali dan tanpa perencanaan matang, serta kurangnya saluran pembuangan, menjadi faktornya beban bangunan jelas melebihi daya dukung tanah di Jakarta.
Tahun 2020 penduduk Jakarta kekurangan akses air ledeng, oleh karena itu tidak mengherankan jika proses ekstraksi air tanah menjadi sangat cepat.
Kepala pusat konservasi air tanah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, isnuri Setiawan, mengatakan bahwa ekstraksi secara ilegal merupakan cara termudah dan termurah untuk mengambil air.
Menurut Sulistiawan, mengebor air dapat diambil dari sumur tanpa membayarnya, pengambilan air tanah tidak mudah untuk dipantau, karena lubang bor mungkin tersembunyi dan sudah ditemukan.
Selain proses ekstraksi air tanah, Sulistiawan juga menyebutkan adanya aktivitas tektonik dan beban bangunan yang berat, yang diduga menjadi pemicu permukaan tanah berpindah dan tenggelam.
Penurunan permukaan tanah penyebab Jakarta tenggelam, salah satunya penurunan permukaan tanah.
Berdasarkan riset tim peneliti geodesi Institut Teknologi Bandung di Jakarta Utara telah tenggelam 2,5 m dalam 10 tahun.
Sementara itu setiap tahunnya telah terjadi penurunan permukaaan mencapai 25 cm.
Penurunan tanah tidak hanya terjadi di Jakarta Utara tetapi di seluruh DKI Jakarta.
