Di Luar Nalar! Batu ini Ditancapkan Oleh Gajah Mada Tidak Dapat Dicabut Pakai Alat Berat

- 18 Desember 2021, 15:43 WIB
Batu yang ditancapkan Gajah Mada tidak bisa dicabut meski memakai alat berat. /Tangkapan layar/YouTube/WAHANA KEPOH
Batu yang ditancapkan Gajah Mada tidak bisa dicabut meski memakai alat berat. /Tangkapan layar/YouTube/WAHANA KEPOH /

PORTAL SULUT - Ada sebuah batu yang ditancapkan oleh Patih Gajah Mada sangat sulit dicabut atau dipindahkan.

Bahkan, dicabut pakai alat berat sekalipun tidak akan mampan terhadap batu yang ditancapkan Gajah Mada ini.

Memang hal ini di luar nalar manusia normal. Pasalnya hanya sebuah batu kecil namun sulit dicabut meski pakai alat berat.

Baca Juga: DASYAT! 3 Weton Pahing Ditakdirkan Jadi Orang Sukses, Penguasa Dan Disegani, Apakah Anda Salah Satunya?

Memang dalam sejarah, Gajah Mada dikenal memiliki kesaktian.

Itulah mengapa batu yang berukuran kecil itu sulit dicabut pakai alat berat.

Dipercaya, ada kekuatan mistis di batu tersebut usai ditancapkan Patih Gajah Mada.

Dilansir Portalsulut.com dari kanal YouTube Wahana Kepoh, berikut ulasan sejarah batu Gajah Mada tersebut.

Pendopo Agung Trowulan adalah sebuah bangunan pendopo Jawa bergaya Joglo yang dibangun antara tahun 1964 sampai 1973 oleh Brawijaya melalui Yayasan Bina Mojopahit atau Majapahit.

Baca Juga: Jangan Berani Ganggu 5 Weton ini! Doanya Paling Mustajab dan Cepat Terkabul, Kamu Bakal Kena Sial

Selepas melewati pintu gerbang utama, kita akan disambut oleh sebuah patung Gajah Mada.

Patung Gajah Mada ini diresmikan oleh komando pusat polisi militer pada tanggal 22 Jun 1986.

Selain itu, ada juga patung Raja Brawijaya yang dinaungi sebuah payung kerajaan.

Dengan struktur bangunan pendopo Agung terlihat di latar belakang.

Bangunan ini konon berada di lokasi dimana dahulu berdiri pendopo Agung Kerajaan Majapahit tempat Patih Gajah Mada mengucapkan sumpah Palapa.

Arsitektur bangunan pendopo Agung berbentuk Joglo yang tiang utamanya atau sokoguru beralaskan umpak batu peninggalan zaman Mojopahit.

Baca Juga: Seram, Pasar para Dukun Sedunia, sampai Ada yang Jual Potongan Tubuh Manusia

Pada setiap tanggal satu suro, pendopo Agung ini menjadi pusat penyelenggaraan prosesi Grebeg Suro.

Rangkaian kegiatannya meliputi kirab pusaka, pentas seni rakyat dan pagelaran wayang kulit semalam suntuk.

Lingkungan pendopo Agung cukup tertutup dan sangat nyaman sebagai tempat untuk istirahat atau tempat untuk rekreasi yang bernuansa pendidikan.

Bahkan di saat matahari terbit pun pendingin alami ini membuat udara tetap sejuk.

Karena sinar matahari tidak mampu menerobos rimbunan daun di belakang pendopo itu.

Baca Juga: Wajar Cepat Kaya! 4 Weton Ini Ternyata Dijaga Khodam Kanjeng Ratu Kidul, Rezekinya Seluas Samudera

Juga terdapat halaman luas, pagar setinggi satu setengah meter, mengitari halaman yang senyap tertutup rimbun pohon-pohon besar yang tumbuh liar.

Masih di dalam Kompleks pendopo Agung, tepatnya di belakang pendopo, kita akan menjumpai sebuah tonggak yang menancap di tanah dengan kemiringan kurang lebih 60 derajat.

Konon, tonggak ini pernah digunakan sebagai tonggak tempat mengikat gajah dan kuda kendaraan Gajah Mada.

Menurut pengakuan warga sekitar kompleks pendopo Agung, tonggak atau batu ini tidak bisa dicabut.

Untuk merabah panjangnya juga cukup sulit karena saat digali tonggak atau batu itu seperti tak berpangkal.

Bagian ujung belakang kompleks terdapat sebuah petilasan panggung di Indonesia.

Bangunan Joglo berukuran lebih kecil yang letaknya di belakang pendopo yang dipisahkan oleh sebuah tembok, adalah lokasi yang dipercaya sebagai tempat di mana Raden Wijaya pernah melakukan semedi.

Itu sebelum ia membuka pemukiman di hutan, Sungai Brantas yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya kerajaan Majapahit. ***

Editor: Jaka Prasojo

Editor: Jaka Prasojo

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah