Terungkap! Mitos Cerita Larangan Menikah Orang Sunda dan Jawa, Ternyata Ini Alasannya

- 23 Oktober 2021, 07:19 WIB
Ilustrasi menikah
Ilustrasi menikah /Emma Bauso./Pexels.com

PORTAL SULUT - Zaman dulu, terdapat mitos yang berkembang di masyarakat luas, tentang larangan orang Sunda dan Jawa untuk melangsungkan pernikahan.

Dewi Sundari selaku praktisi kejawen menerangkan, dulunya ada mitos yang melarang orang Sunda menikah dengan orang Jawa, dilansir dari kanal yotubenya.

kalau sampai hal tersebut terjadi, maka hidup pasangan ini tidak akan bahagia, melarat dan ditimpah nasib buruk.

Baca Juga: Pernah Mimpi Terbang? Menurut Primbon Jawa Ada Buruknya Juga Lho!

Ia mengatakan, saat ini juga sudah tidak banyak yang mempercayai mitos tersebut. Karena namanya sebuah hubungan melalui kecocokannya, bukan sekedar belakang rasial saja.

Akan tetapi, tahukah anda kenapa larangan ini sampai muncul?

"Banyak pihak yang mempercayai, larangan menikah antara orang Sunda dan Jawa ini berasal dari peristiwa perang bubat yang tejadi pada zaman majapahit dulu," ucapnya

Peristiwa ini sendiri berasal dari niatan Prabu Hayam Wuruk untuk memperistri Dyah Pitalokah Citraresmi, putri kerajaan Sunda.

Sang Prabu tertarik pada sang putri setelah melihat lukisannya, yang dibuat oleh seniman kondang bernama Sungging Prabangkara.

Tambah Dewi, selain karena ketertarikannya ini, Hayam Wuruk menyadari bahwa pernihakan politik akan memperkuat persekutuan antara Majapahit dengan Sunda.

Maka lamaran pun dikirimkan dan upacara pernikahan menurut rencana akan dilangsungkan di Majapahit.

Baca Juga: Menentukan Hari Baik untuk Mencari Rezeki Menurut Primbon Jawa, Begini Caranya

"Beserta rombongannya, Maharaja Linggabuana berangkat ke Majapahit. Lalu diterima dipesangrahan bubat, beserta permaisyuri dan putri Dyah Pitaloka yang hendak dinikahkan," kata Dewi

Lanjutnya, Kidung Sundaya mengisahkan, bahwa Patih Gajah Mada kemudian memiliki niat untuk memiliki kerajaan Sunda.

Sebab ia ingin memenuhi sumpah palapa yang dulu dibuatnya sebelum Prabu Hayam Wuruk naik tahta.

Di seantero nusantara kala itu, memang hanya kerajaan Sunda lah yang belum takluk pada Majapahit. Gajah Mada menganggap kedatangan gerombolan Sunda di pesanggrahan Bubat sebagai bentuk penyerahan diri.

Jadi, sang Pati juga mendesak agar Hayam Wuruk menerima Dyah Pitaloka sebagai tanda takluk, bukan sebagai pengantin.

Dewi Sundari menambahkan, versi lain mengatakan, bahwa sejak awal Hayam Wuruk sudah dijodohkan dengan Hindu Dewi.

Sehingga mau tidak mau, memang Dyah Pitaloka hanya dapat dinikahi sebagai tanda takluk.

Tentu saja pihak kerajaan Sunda tidak terima, bila kedatangan jauh - jauh ke Majapahit hanya sebagai pengakuan takluk.

"Terjadilah perselisihan yang membesar, antara pasukan Bhayangkara yang dipimpin Gajah Mada dan pengawal Maharaja Linggabuana," katanya

Dalam perselisihan bersenjata ini, Raja Linggabuana tewas, demikian juga dengan para menteri dan kerabat kerajaan Sunda.

Sedangkan putri Dyah Pitaloka, karena kedukaan hatinya kemudian memilih untuk bela pati.

Baca Juga: CEPAT! Ambil Langkah Seribu Jika Mencium Bau Ini, Tandanya Ada Mahluk Halus di Dekatmu

Apa itu bela Pati ?

Bela Pati adalah suatu ritual bunuh diri yang dilakukan kasta Ksatria, mana kala kaum lelakinya gugur.

Hal ini dilakukan untuk membela diri dan kesucian mereka. Karena dikhawatirkan menghadapi kemungkinan dipermalukan, diperkosa, dianiaya atau bahkan diperbudak setelah kekalahan.

Kematian sang putri Dyah Pitaloka diratapi oleh Prabu Hayam Wuruk.

Dewi Sundari menjelaskan, bahwa diyakini, peristiwa bahwa Perang Bubat ini merupakan penyebab mengapa hubugan Hayam Wuruk dan Gajah Mada merenggang.

Hingga bertahun tahun setelahnya, hubungan Majapahit dan Sunda tidak pernah pulih.

Penerus tahta Sunda selanjutnya, yaitu Prabu Niskalawatu Kencana, memutuskan hubungan diplomatik dengan Majapahit dan menerapkan isolir terbatas antara kedua negara.

"Maka diberlakukanlah larangan estri ti luaran atau beristri dari luar," ujarnya.

Baca Juga: 5 Weton Ini Dikawal Khodam Penunggu Gunung Berapi, Rezekinya Berkobar Bagai Api

Ia menjelaskan, ada yang mengartikan sebagai larangan untuk menikah pihak diluar lingkungan kerabat Sunda.

Ada juga yang secara spesifik mengartikannya sebagai larangan menikah dengan orang Majapahit.

"Dengan demikian munculah larangan menikah antara orang Sunda dan Jawa," tutup Dewi

Sebenarnya, ada juga yang meragukan keabsahan Perang Bubat. Benarkah peristiwa ini terjadi, atau sekedar karangan pihak Belanda dijaman penjajahan saja?

Sebagai upaya untuk memecah belah antara Sunda dan Jawa pada masa kolonial.***

Editor: Harry Tri Atmojo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x