Di Luar Nalar! Batu ini Ditancapkan Oleh Gajah Mada Tidak Dapat Dicabut Pakai Alat Berat

16 Mei 2022, 20:35 WIB
Batu yang ditancapkan Gajah Mada tidak bisa dicabut meski memakai alat berat. /Tangkapan layar/YouTube/WAHANA KEPOH /

PORTAL SULUT - Sebuah batu yang ditancapkan oleh Patih Gajah Mada ini ternyata sulit dicabut atau dipindahkan.

Bahkan, batu yang ditancapkan Patih Gajah Mada ini di luar nalar dan sulit dicabut pakai alat berat.

Alat berat tidak akan mampan terhadap batu yang ditancapkan Patih Gajah Mada tersebut.

Memang hal ini bikin melongo dan di luar nalar manusia normal.

Pasalnya hanya sebuah batu kecil namun sulit dicabut meski pakai alat berat.

Baca Juga: Ada Makna Penting Di Balik Kegagalan, Inilah Kisah 7 Weton Sukses Bangkit dari Keterpurukan

Memang dalam sejarah, Gajah Mada dikenal memiliki kesaktian.

Itulah mengapa batu yang berukuran kecil itu sulit dicabut pakai alat berat.

Dipercaya, ada kekuatan mistis di batu tersebut usai ditancapkan Patih Gajah Mada.

Dilansir Portalsulut.com dari kanal YouTube Wahana Kepoh, pada Senin, 16 Mei 2022, berikut ulasan sejarah batu Gajah Mada tersebut.

Baca Juga: Ini Cara Mencari Hari Baik Menikah Sesuai Perhitungan Weton

Pendopo Agung Trowulan adalah sebuah bangunan pendopo Jawa bergaya Joglo yang dibangun antara tahun 1964 sampai 1973 oleh Brawijaya melalui Yayasan Bina Mojopahit.

Selepas melewati pintu gerbang utama, kita akan disambut oleh sebuah patung Gajah Mada.

Patung Gajah Mada ini diresmikan oleh komando pusat polisi militer pada tanggal 22 Jun 1986.

Selain itu, ada juga patung Raja Brawijaya yang dinaungi sebuah payung kerajaan.

Baca Juga: Punya Ajian Sosro Birowo yang Ditakuti Makhluk Gaib, Ternyata 3 Weton ini Terus Dilindungi Khodam Sakti

Dengan struktur bangunan pendopo Agung terlihat di latar belakang.

Bangunan ini konon berada di lokasi dimana dahulu berdiri pendopo Agung Kerajaan Majapahit tempat Patih Gajah Mada mengucapkan sumpah Palapa.

Arsitektur bangunan pendopo Agung berbentuk Joglo yang tiang utamanya atau sokoguru beralaskan umpak batu peninggalan zaman Mojopahit.

Pada setiap tanggal satu suro, pendopo Agung ini menjadi pusat penyelenggaraan prosesi Grebeg Suro.

Rangkaian kegiatannya meliputi kirab pusaka, pentas seni rakyat dan pagelaran wayang kulit semalam suntuk.

Baca Juga: Sangat Sakral, 5 Weton Ini Dijelaskan Oleh Primbon Jawa Termasuk Keramat, Itu Kamu?

Lingkungan pendopo Agung cukup tertutup dan sangat nyaman sebagai tempat untuk istirahat atau tempat untuk rekreasi yang bernuansa pendidikan.

Bahkan di saat matahari terbit pun pendingin alami ini membuat udara tetap sejuk.

Karena sinar matahari tidak mampu menerobos rimbunan daun di belakang pendopo itu.

Juga terdapat halaman luas, pagar setinggi satu setengah meter, mengitari halaman yang senyap tertutup rimbun pohon-pohon besar yang tumbuh liar.

Masih di dalam Kompleks pendopo Agung, tepatnya di belakang pendopo, kita akan menjumpai sebuah tonggak yang menancap di tanah dengan kemiringan kurang lebih 60 derajat.

Konon, tonggak ini pernah digunakan sebagai tonggak tempat mengikat gajah dan kuda kendaraan Gajah Mada.

Menurut pengakuan warga sekitar kompleks pendopo Agung, tonggak atau batu ini tidak bisa dicabut.

Untuk merabah panjangnya juga cukup sulit karena saat digali tonggak atau batu itu seperti tak berpangkal.

Bagian ujung belakang kompleks terdapat sebuah petilasan panggung di Indonesia.

Bangunan Joglo berukuran lebih kecil yang letaknya di belakang pendopo yang dipisahkan oleh sebuah tembok, adalah lokasi yang dipercaya sebagai tempat di mana Raden Wijaya pernah melakukan semedi.

Itu sebelum ia membuka pemukiman di hutan, Sungai Brantas yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya kerajaan Majapahit.

Demikianlah penjelasan mengenai fenomena batu yang ditancapkan oleh Patih Gajah Mada. ***

Editor: Jaka Prasojo

Editor: Jaka Prasojo

Sumber: YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler