Wow ! Inilah 10 Budaya dan Tradisi Unik, Hingga Terbilang Ekstrim Di Indonesia

12 Maret 2022, 10:49 WIB
Aksi debus para seniman sunda di Kuningan saat menyuarakan aspirasinya ke kantor DPRD Kuningan terkait kasus Arteria /Sihabudin/Kuningantalk

PORTAL SULUT - Indonesia adalah salah satu Negera memiliki berbagai macam keanekaragaman budaya yang ada di dunia.

Keberagaman ini mulai dari budaya, suku, dan bahasa dari Sabang sampai Merauke.

Namun hebatnya semua saling menghormati dan menghargai karena ikatan Bhineka Tunggal Ika.

Baca Juga: Jakarta Auto Week 2022 Tawarkan Mobil dengan Promo PPnBM, Gaikindo: Prokes Ketat

Selain itu setiap budaya memiliki tradisi berbeda - beda sesuai adat dan keyakinan masing-masing.

Sebagai warga negara Indonesia tentunya bangga dengan keberagaman budaya dan keunikan serta ciri khas di Negeri ini.

Dilansir portalsulut.pikiran-rakyat.com melalui laman YouTube @MG Channel, berikut 10 tradisi budaya di Indonesia yang pasti membuat kita merinding, yuk simak ulasannya.

1. Ikipali


Ikipali adalah ungkapan kesedihan dengan memotong jari, ini adalah salah satu tradisi suku di daerah Papua yakni suku Dani.

Tradisi ini terbilang ekstrim karena dilakukan bila ada salah satu anggota keluarga atau kerabat dekat yang meninggal dunia, seperti suami, istri, Ayah, Ibu, anak, dan adik.

Dalam tradisi ini suku Dani wajib memotong jarinya sebagai simbol sakitnya saat kehilangan anggota keluarga.

Selain itu tradisi ini dipercaya suku Dani untuk mencegah terulang kembali malapetaka yang telah merenggut nyawa anggota keluarga mereka.

2. Debus


Debus merupakan tradisi yang di gelar di daerah Banten. Saat ini tradisi Debus sering menjadi ajang pertunjukan oleh masyarakat Banten.

Pertunjukan tradisi suku Banten ini terbilang cukup unik dan ekstrim.

karena setiap anggota yang ikut dalam tradisi debus melakukan adegan seperti menusuk perut dengan tombak, menyayat bagian anggota tubuh dengan golok, memakan tampi, menusukan jarum kawat kelidah, kulit pipi, atau anggota tubuh lainnya hingga tembus.

Hebatnya tradisi ini meski ditusuk hingga tembus tetapi tidak mengeluarkan darah.

3. Pukul Sapu


Walaupun berdarah kita tetap ramah, pukul menyapu atau bekupukul menyapu merupakan tradisi unik dari Maluku Tengah.

Tradisi ini biasanya dipentaskan di desa Mamala, dan desa Morela, Maluku Tengah.

Pertunjukan ini digelar setiap hari ketujuh Syawal setelah hari raya Idul Fitri.

Tradisi ini dilakukan oleh anggota desa dengan saling memukul menggunakan Sapu Lidi Hingga berdarah.

Tapi hebatnya suasana tetap akrab setelah aktrasi.

Filosofi dari tradisi ini adalah sebagi pengingat pasukan Teluka Besi sat bertempur mempertahankan benteng Kapahaha dari serbuan penjajah.

4. Perang Pandan Makare-Kare


Tradisi ini merupakan bentuk persembahan kepada dewa perang.

Di daerah Bali khususnya terdapat tradisi atau upacara adat yang merupakan bagian sasih sembah yaitu sebuah upacara adat berupa perang dengan menggunakan daun pandan sebagai senjata dan rotan sebagai tameng.

Setiap pemain akan bertarung memukul secara bergantian, di Bali tradisi ini merupakan bentuk pemujaan masyarakat Tenganan kepada Dewa Indra sang Dewa Perang.

Karena itulah masyarakat Bali melakukan tradisi ini tanpa rasa dendam sedikit pun.

5. Pasola


Pasola merupakan tradisi asal daerah Sumba. Tradisi ini digelar sebagai upaya perayaan panen dan memulai masa tanam baru, dalam kepercayaan Prabu.

Tradisi ini telah diwariskan selama berpuluh puluh tahun lamanya dengan cara berperang menggunakan tombak dan kuda.

Adapun filosofinya, setiap pemain terkena tombak dan berdarah maka darah tersebut bisa menyuburkan tanah yang berarti akan panen dan sukses.

Tapi sebaliknya jika ada salah satu pemain yang mati dalam tradisi ini maka korban tersebut berarti mendapatkan hukuman dari para dewa karena telah melakukan suatu pelanggaran atau kesalahan.

6. Passiliran


Ditanah Toraja ada tradisi unik yaitu memakamkan bayi yang meninggal didalam batang pohon Tarra.

Konon pohon Tarra ini dianggap suci oleh suku tanah Toraja, tapi bayi yang dimakamkan hanya khusus bayi berumur dibawah 6 bulan saja.

Suku Toraja meyakini bahwa bayi yang meninggal sebelum tumbuh gigi adalah bayi masih paling suci.

Sehingganya perlu dikembalikan kepada rahim ibunya dengan cara memasukannya kedalam pohon Tarra.

7. Ritual Manene


Tradisi yang satu ini juga berasal dari tanah Toraja, tradisi ini sempat menghebokan pemberitaan dunia yaitu tradisi Manene.

Sebuah ritual permandian, perawatan sampai penggantian baju baru bagi para kerabat terdahulu yang telah meninggal dunia.

Setelah itu para mayat akan diarak berkeliling kampung, tradisi ini digelar setiap 3 tahun sekali.

Filosofi tradisi ini adalah suku tanah Toraja masih menganggap bahwa jasad orang yang telah meninggal perlu dirawat dan dihormati.

Meskipun jasad tersebut sudah tidak berbentuk lagi.

8. Ritual Tiwah


Bagi suku dayak yang menganut kepercayaan agama kaharingan, setelah kematian orang yang meninggal dunia belum bisa masuk langsung kedalam surga.

Maka dari itu sebuah proses kematian perlu dilanjutkan dengan ritual lanjutan penyempurnaan agar tidak menganggu ketentraman orang yang masih hidup.

Menurut suku dayak, Ritual Tiwah merupakan prosesi mengantarkan roh leluhur, sanak saudara yeng telah meninggal dunia ke alam baka.

Suku Dayak melakukan tradisi ini dengan cara menyucikan dan memindahkan jasad dari liang kubur, menuju tempat bernama Sandung atau Rumah Kecil dengan tidak menyentuh tanah.

9. Kerik Gigi

Setiap wanita pasti ingin dirinya cantik, namun bagi wanita suku Mentawai kecantikan itu harus siap berkorban dan melewati rasa sakit.

Salah satunya adalah proses Kerik Gigi tanpa alat bius yang dilakukan oleh pimpinan adat.

Filosofi tradisi ini adalah dengan memodifikasi gigi seperti hiu.

Tradisi kerik suku Mentawai ini menggambarkan sebagai pengantar jiwa gadis Mentawai menuju kedamaian.

Pesona kecantikan gadis Mentawai muncul dari keyakinan, bahwa untuk mendapatkan kebahagiaan dan keinginan jiwa harus sejalan dengan bentuk tubuh.

10. Lamafa


Di daerah lembata Nusa Tenggara Timur, terdapat sebuah tradisi turun temurun yang sudah dikenal di penjuru dunia.

Tradisi tersebut adalah berburu paus biru yang sudah dilakukan sejak abad ke 16.

Dimana masa perburuan hiu berkisar dari bulan Mei sampai Oktober.

Bagi Masyarakat Nusa Tenggara Timur berburu paus bukan sekedar sebagai sumber kehidupan mereka.

Baca Juga: Ini Ramalan Primbon Weton Watak Hari Sabtu, Apakah Hari Lahir dan Pekerjaanmu Sesuai?

Namun mereka menganggap tradisi berburu paus adalah bentuk perhelatan besar yang bisa dinikmati oleh orang sekampung.

Sejatinya paus yang diburu hanya bertujuan untuk bertahan hidup, bukan sebuah komoditas dagang untuk diambil keuntungannya.

Maka dari itu pemerintah membolehkan budaya tersebut meski di tentang oleh berbagai aktivis mamalia laut.

Semoga artikel ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita. ***

Editor: Muhamad Zakir Mokoginta

Tags

Terkini

Terpopuler