Apa Itu Ogoh-Ogoh ! Inilah Sejarah, Pengertian dan Fungsi Ogoh-Ogoh

3 Maret 2022, 10:53 WIB
Apa Itu Ogoh-Ogoh ! Inilah Sejarah, Pengertian dan Fungsi Ogoh-Ogoh /@ogohogoh/instagram

PORTAL SULUT - Sudah menjadi tradisi di Bali bahwa sehari sebelum perayaan hari raya Nyepi adalah hari pengrupukan.

Hari pengrupukan ini sangat identik sekali dengan mengarak ogoh-ogoh keliling desa oleh masyarakat Bali sebelum hari raya Nyepi.

Dilansir portalsulut.pikiran-rakyat.com melalui video unggahan di channel YouTube @Ady MIX Bali Channel, Kesempatan kali ini kita akan membahas tentang pengertian ogoh-ogoh dan fungsinya, beserta sedikit sejarah ogoh-ogoh Kenapa ogoh-ogoh bisa eksis sampai saat ini.

Baca Juga: 8 Ucapan Hari Raya Nyepi 2022 Tahun Baru Saka 1944, Gunakan Bahasa Bali Bisa Untuk Update Status Media Sosial

Ogoh-ogoh itu sendiri diambil dari sebutan ogah-ogah dalam bahasa Bali artinya sesuatu yang digoyang-goyangkan.

Tahun 1983 merupakan bagian penting dalam sejarah ogoh-ogoh di Bali. Pada tahun itu mulai dibuat bentuk wujud Buto Kaloh yang berkenaan dengan ritual perayaan hari raya Nyepi di Bali.

Pada saat itu ada keputusan Presiden yang menyatakan Nyepi sebagai hari libur nasional, semenjak saat itu masyarakat mulai membuat perwujudan onggokan yang kemudian disebut ogoh-ogoh.

Di beberapa tempat di Denpasar budaya baru ini semakin menyebar ketika ogoh-ogoh diikutkan dalam pesta kesenian Bali ke-12.

Bagi sebagian masyarakat ogoh-ogoh hanyalah sebuah boneka raksasa yang diarak keliling desa pada saat menjelang malam sebelum hari raya Nyepi atau hari pengerupukan, diiringi dengan gamelan Bali yang disebut Baleganjur Kemudian ogoh-ogoh tersebut selanjutnya dibakar.

Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Buto Kaloh. Dalam ajaran Hindu Dharma, Buto Kaloh merepresentasikan kekuatan alam semesta dan waktu yang terukur dan tak terbantahkan.

Baca Juga: 10 Twibbon dan Ucapan Hari Raya Nyepi 2022 dalam Bahasa Bali, Baik Dibagikan Lewat Medsos Sebagai Ucapan

Perwujudan patung yang dimaksud, Buto Kaloh digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan, biasanya dalam wujud raksasa.

Selain wujud raksasa, ogoh-ogoh juga sering pula digambarkan dalam wujud makhluk makhluk hidup yang ada di mayapada, surga dan neraka, seperti naga, gajah, bidadari bahkan dalam perkembangannya ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat.

Dalam kamus umum bahasa Indonesia edisi tahun 1986 ogoh-ogoh didefinisikan sebagai ondel-ondel yang beraneka ragam dengan bentuk yang menyeramkan.

Laura Noszlopy meneliti pesta kesenian Bali, budaya politik dan kesenian kontemporer Indonesia untuk yayasan At of Africa mendefinisikan ogoh-ogoh sebagai berikut

"Ogoh-ogoh adalah patung yang berukuran besar yang terbuat dari bubur kertas dan bahan pelekat, biasanya dibuat oleh kaum remaja Bali sebagai suatu bagian dari perayaan tahunan upacara pembersihan atau pengrupukan yang dilaksanakan sehari sebelum perayaan Nyepi Tahun Baru Hindu atau hari Nyepi."

Cendekiawan Hindu Dharma mengambil kesimpulan bahwa proses perayaan ogoh-ogoh melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dahsyat.

Baca Juga: 12 Twibbon Hari Raya Nyepi 2022, Lengkap Dengan Cara Pakainya

Kekuatan itu dapat dibagi menjadi dua, pertama kekuatan Bhuana Agung yang artinya kekuatan alam raya, dan kedua adalah kekuatan Bhuana Alit yang berarti kekuatan dalam diri manusia.Kedua kekuatan ini dapat digunakan untuk menghancurkan atau membuat dunia bertambah Indah.

Ogoh-ogoh sebetulnya tidak memiliki hubungan langsung dengan upacara hari raya Nyepi. Sejak tahun 80-an umat Hindu mengusung ogoh-ogoh yang dijadikan satu dengan acara mengelilingi desa dengan membawa obor atau yang disebut dengan ngerupuk.

Sebelum memulai pawai ogoh-ogoh para peserta upacara atau pawai biasanya melakukan minum minuman keras tradisional yang dikenal dengan nama arak

Pada umumnya ogoh-ogoh diarak menuju suatu tempat yang diberi nama seme atau tempat persemayaman umat Hindu sebelum dibakar dan saat pembakaran mayat. Kemudian ogoh-ogoh yang sudah diarak mengelilingi desa tersebut dibakar.

Karena bukan sarana upacara ogoh-ogoh itu diarak setelah upacara pokok selesai dengan diiringi Irama gamelan khas Bali yang diberi nama Baleganjur.

Patung yang dibuat dengan bahan dasar bambu kertas kain dan benda-benda yang sederhana itu merupakan kreativitas dan spontanitas masyarakat yang murni sebagai cetusan rasa semarak untuk memeriahkan upacara ngerupuk.

Karena tidak ada hubungannya dengan hari raya Nyepi maka jelaslah ogoh-ogoh tidak mutlak ada dalam upacara tersebut. Namun benda itu tetap boleh dibuat sebagai pelengkap kemeriahan upacara.

Fungsi ogoh-ogoh adalah sebagai representasi Buto Kaloh yang dibuat menjelang hari Nyepi dan diarak beramai-ramai keliling desa saat senja di hari pengerupukan, sehari sebelum hari raya Nyepi.

Baca Juga: Cek Disini! Link Twibbon Hari Raya Nyepi 2022, Lengkap Dengan Ucapan Bahasa Bali dan Artinya

Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dahsyat.

Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung atau alam raya dan Bhuana Alit ke atau diri manusia.

Dalam pandangan filsafat kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran.

Namun semuanya tergantung pada niat luhur manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia. ***

Editor: Jaka Prasojo

Tags

Terkini

Terpopuler