Konon Dipindahkan dari India Karena Bumi Tidak Seimbang, Ternyata Ini Sisi Lain Legenda Gunung Semeru

21 Desember 2021, 08:13 WIB
Ini Legenda dan sejarah Gunung Semeru /Instagram.com/@wisatalumajang

PORTAL SULUT – Setelah Gunung Semeru mengalami erupsi yang sangat dahsyat beberapa waktu yang lalu, banyak pihak yang mengaitkannya dengan hal-hal mistis.

Gunung Semeru adalah sebuah gunung berapi berbentuk kerucut yang berada di Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Jawa Timur dan merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa.

Puncak Gunung Semeru sering disebut dengan nama Mahameru dan memiliki tinggi 3.676 mdpl dan merupakan gunung api twertinggi ke 3 di Indonesia setelah Gunung Kerinci dan Gunung Rinjani.

Di kutip dari kanal YouTube Berbagi Tahu, berikut ini merupakan sejarah dan legenda Gunung Semeru yang terkenal sebagai atap Pulau Jawa.

Baca Juga: GAWAT! Indigo Dewi Diadiva Ungkap Jawa Tengah-Jawa Barat akan Digoncang Bencana Ini Tahun 2022

Kawah di puncak Semeru dikenal dengan sebutan Cungkring Saloko dan seringkali menghebuskan gas beracun yang sering disebut dengan Wedhus Gembel.

Menurut kisah legenda Gunung Semeru dalam kitab Tantu Pagelaran konon keadaan bumi miring sebab keberadaan Gunung Meru di India terlalu berat sehingga membuat Pulau Jawa terombang ambing oleh ombak yang begitu ganas.

Melihat keadaan Pulau Jawa yang sangat tidak menentu tersebut, membuat para Dewa bersepakat untuk memaku Pulau jawa dengan cara memindahkan Gunung Meru di India ke Pulau Jawa.

Baca Juga: RAJA HOKI! Inilah 7 Weton Terbaik yang Sukses Hingga Akhir Hayat Kata Primbon Jawa

Untuk memudahkan tugas mereka, para Dewa merubah dirinya menjadi berbagai wujud.

Dewa Wisnu merubah dirinya menjadi Kura-kura Raksasa, Dewa Brahmana Merubah dirinya menjadi Ular yang sangat panjang. Selanjutnya Gunung Meru diletakan di punggung Kura-kura raksasa laluUlar raksasa melilit mereka sehingga Gunung Meru tidak terjatuh selama perjalanan.

Setelah sampai di Pulau Jawa, Gunung Meru diletakan di bagian barat Pulau Jawa, akan tetapi tidak seimbang karena bagian timur terangkat ke atas. Lalu dipindahkanlah Gunung Meru ke bagian timur.

Saat memindahkan Gunung Meru ke arah timur, bagian-bagian dari Gunung Meru terjatuh dan membentuk barisan pegunungan dari barat ke timur Pulau Jawa.

Sesampainya di timur Pulau Jawa, ternyata kondisi Pulau Jawa masih tetap miring, akhirnya para Dewa memotong sebagian Gunung Meru dan memenpatkannya di bagian barat laut yang konon dikenal dengan nama Gunung Penanggungan atau Gunung Pawitra sedangkan bagian utama dikenal dengan Gunung Semeru yang dikenal sebagai tempat bersemayam Dewa Siwa.

Dalam kisah lain, Thomas Stanford Rafles dalam bukunya The History of Java menyebutkan bahwa pemerintahan tertua berada di kaki Gunung Semeru, tepatnya di di Giling Besi yang didirikan oleh Tritresta sebagai penguasa pertama.

Baca Juga: Cantik dan Mempesona, 7 Weton Ini Wanita Disebut Jelmaan Bidadari

Semeru disebutkan di dalam prasasti Pasru Jambe di Kabupaten Lumajang bahwa dahulu daerah tersebut merupakan padepokan tempat tingal resi tepatnya di Dusun Munggir.

Resi Pasopati adalah penyebar ajaran Hindu di Pulau Jawa yang disebut moksa di Gunung Semeru.

Menurut masyarakat Hindu di Bali dan Pulau Jawa, pemindahan Gunung Meru merupakan pemindahan khayangan para Dewa dan nilai-nilai luhur dalam agama Hindu.

Karena sebelum dipindahkan Gunung Meru dipercaya merupakan tempat bersemayamnya para Dewa sekaligus tempat terhubungnya bumi dan khayangan.

Umat Hindu di Bali mempercayai bahwa Gunung Agung yang ada di Pulau Bali merupakan anak dari Gunung Semeru, sehingga untuk menyembah para Dewa, umat Hindu di Bali dan Tengger mendirikan Pura Mandara Giri Semeru Agung.

Upacara sesaji untuk para Dewa seringkali dilakukan 5 atau 8 tahun sekali apabila ada yang mendengar suara Dewa Agung Gunung Semeru.

Dikenal sebagai Gunung yang suci, tentunya Gunung Semeru juga menyimpan misteri yang menyelimutinya, salah satunya adalah Arcapada atau Arcopodo yang dikenal sebagai pos terakhir pendakian Gunung Semeru.

Nama Arcopodo ini berasal dari kata Arca dan Pada yang berarti arca yang sama. Konon katanya Arcapada ini menjaga sebuah gapura ghoib yang hanya bisa dilihat oleh orang tertentu yang memiliki ilmu tinggi alam ghoib.

Arcopodo pertama kali ditemukan oleh Norman Edwin dan Herman Kolantang, Mapala Universitas Indonesia pada tahun 1984. 2 tahun kemudian, Norman kembali ke tempat Arca berada dan menuliskan temuannya di majalah Suara Alam pada tahun 1986 dan setelah itu Arcapada menghilang dan tidak diketahui keberadaannya.

Baca Juga: Kiamat Kubro di Depan Mata! Rentetan Bencana ini Akan Terjadi di 2022, Ada Kekuatan Air dan Api

Pada bulan November 2011 tim Ekspedisi Cincin Api Kompas melakukan penelusuran untuk membuktikan keberasaan Arcapada yang hilang salaam hampir 25 tahun tersebut menemukan kedua arca tersebut tetap pada tempatnya dan tidak pernah hilang.

Kedua arca ini berdiri tepat menghadap kea rah utara tepatnya mengarah ke puncak Mahameru.

Menurut pada buku yang ditulis oleh Prof. Sukmono keberadaan Arcapada merupakan jelmaan dari Dewa Kala dan Manukala yang bertugas menjaga gerbang gapura candi pada gerbang sebelah barat. Sementara untuk gerbang sebelah timur dijaga oleh Dewa Ghana, gapura selatan dijaga oleh Dewa Agasti dan disebelah utara dijaga oleh Dewa Gauri.

Baca Juga: Lebih Bahaya Dibanding Semeru, Diprediksi Gunung ini akan Meletus 3 Kali Beruntun di Tahun 2022

Dwi Cahyono, salah satu dosen arkeolog di Universitas Negeri Malang, Arcapada merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit. Menurutnya salah satu Arca merupakan wujud dari Bima dalam kisah Pandawa. Bima dalam kisah Pandawa bertugas untuk menolak bala, dalam hal ini Bima bertugas menghalau bencana dari puncak Gunung Semeru yang aktif.

Kini Gunung Semeru sudah dikenal dikalangan banyak pendaki, sebagai tempat yang suci bagi umat Hindu, sudah sepantasnya para pendaki mematuhi aturan dan norma-norma yang sudah di tetapkan oleh pihak penjaga kawasan taman nasional.***

 

Editor: Rensa Bambuena

Sumber: YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler