INGIN TAHU ! Cara Mencari Barang Yang Hilang Di Dalam Rumah, Menurut Kepercayaan Jawa.

6 Desember 2021, 16:47 WIB
Ilustrasi Pencuri. Cara Mencari Barang Yang Hilang Di Dalam Rumah, Menurut Primbon Jawa. /pixabay/Jette55/

PORTAL SULUT – Kebanyakan Masyarakat Jawa, Dalam Kehidupan sehari-hari banyak berpedoman kebiasaan dari  leluhur, termasuk dalam mencari barang yang hilang.

Rasa kebingunan dan penasaran sering  terjadi apabila kehilangan barang terutama barang yang disayangi. Namun barang yang hilang yang dimaksud adalah barang yang berada di dalam rumah kita bukan diluar rumah.

Dilansir Portal Sulut, Senin 6 Desember 2021 dari youtube kanal  Gandul TV, akan mengulas cara mencari barang hilang, Berikut penjelasaanya :

Baca Juga: Mudah Mengetahui Pencuri Barang Menurut Primbon Jawa, Ini Caranya

Sebelum mencari barang yang  hilang, kita lebih dulu di sarankan untuk intropeksi diri, dalam Bahasa Jawanya disebut dengan istilah Gragapi Awake Dewe. Intropeksi yang dimaksud adalah, Apakah  kita pernah meminjam barang orang, dan belum  pernah dikembalikan ?

Seandainya kita  benar-benar pernah meminjam barang  dan  belum pernah mengembalikan, maka barang yang hilang di dalam rumah, tidak akan kembali. Namun apabila kita merasa  belum pernah memiinjam dan barang kita hilang, maka barang yang hilang dianggap sedekah.

Ibarat tanaman, kita dianggap baru membersihkan  rumput- rumput  pengganggu tanaman, dallam Bahasa Jawa Tanduran sing lagi di watun.

Konon suatu saat barang yang hilang akan diganti oleh Tuhan Yang Maha Kuasa 10 kali lipat dari harga barang yang hilang,

Hal – hal yang harus diperhatikan dalam mencari barang yang hilang, yaitu Jam berapa , hari apa, pasaran apa dan tanggal berapa barang kita hilang.

Dalam perhitungan masyarakat jawa untuk mencari barang hilang berdasarkan pada  jumlah neptu.  Neptu sendiri berarti  hasil penjumlahan hari (dino) dengan pasaran, misalnya  Senin Wage, Senin nilainya 4 dan Wage bernilai 4, makai jumlah neptunya 8 (4+4).

Baca Juga: Salah Satunya Dinaungi Lakune Setan! 3 Neptu Beban Keluarga Karena Pemarah dan Pemalas

Dalam Masyarakat jawa  Jika saat kehilangan jumlah neptunya  genap maka yang mengambil  barang, seorang perempuan, Jika  jumlah neptunya  ganjil saat kehilangan maka yang mengambil barang  seorang laki-laki.

Selain itu, ada perhitungan lain untuk mengetahui  lebih spesifik, siapa yang mengambil  barang kita, yaitu jumlah neptu saat kehilangaan dibagi 3. Hasil dari pembagian itu sisanya berapa, misalnya neptunya 8 dibagi 3 sisanya 2.

Sisa 2 (dua) dalam masyarakat jawa dinamakan dalan artinya yang mencuri  adalah orang benar benar dalam keadaan susah, namun seandainya saat kehilangan jumlah neptunya 7, setelah dibagi 3 sisanya 1 (satu), maka ketemu dalam istilah tunggak.

Makna Tunggak berarti yang mengambil barang  tersebut adalah orang serumah atau saudara kita sendiri.

Jika sisanya pembagian tidak ada atau pembagian  pas. Seperti 15 dibagi 3, hasilnya pas, begitu juga  12 dibagi 3 sisanya pas, maka dinamakan  Pawuhan,artinya yang mengambil barang yang hilang orang satu desa.

Biasanya jika yang mengambil  Barang, orang dalam satu desa, dimungkinkan barang itu sulit kembali, sekalipun kembali barang itu  sudah dalam keadaan  rusak.

Baca Juga: Lima Neptu Weton Ini, Masa Muda Hidupnya Susah Tapi Masa Tua Bakal Sukses dan Kaya

Selanjutnya perhitungan  lain dalam mencari barang yang hilang adalah jumlah neptu  9, 13, 17.

Neptu 9,13,17 masuk dalam istilah Kiblat Papat  di arah timur, artinya yang mengambil barang rumah yang hilang, adalah orang sebelah timur dari rumah.  Dalam  kehilangan jumlah neptu 10,14,18 masuk dalam istilah kiblat papat di arah selatan, maka yang mengambil barang adalah disebelah selatan rumah kita.

Sedangkan jumlah  neptu  7,11,15  masuk dalam istilah kiblat papat arahnya barat, maka yang mengambil barang adalah disebelah barat rumah kita. Jumlah  neptu  8,12,14  masuk dalam istilah kiblat papat arahnya utara, maka yang mengambil barang adalah disebelah utara rumah kita.

Demikian bagaimana cara mencari barang yang hilang menurut perhitungan kepercayaan Masyarakat Jawa, namun sebelum mencari kita harus intropeksi diri terlebih dahulu dan tidak boleh menuduh sembarangan tanpa ada bukti yag jekas.***

 

Editor: Jaka Prasojo

Tags

Terkini

Terpopuler