Jika tak Pulang, Habib Rizieq Diprediksi Bakal Ikuti Langkah Politik Ulama Turki

- 6 November 2020, 21:13 WIB
Habib Rizieq Shihab
Habib Rizieq Shihab /Instagram/

Di sisi lain, ia melihat keplangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) ke tanah air pada 10 November 2020 akan meningkatkan popularitas kelompok politik kanan.

"Kedatangan Rizieq adalah redupnya akrobat politik Shobri Lubis, Haikal Hasan, Munarman, Bamukmin dan 212," ujarnya.

Rizieq, lanjut dia, akan melakukan "bargaining" politik FPI pada tingkat elite, bukan pada kelas politik menengah seperti yang dilakukan "para dayangnya" selama ini. "Sebelum 2024 semakin dekat, saatnya Rizieq pulang," ujarnya.

Baca Juga: Intip Gaji dan Fasilitas yang Didapat Jika jadi Presiden AS

Kedatangan Rizieq adalah sebuah euforia. "Ini pasti. Tapi Rizieq Shihab adalah manusia biasa, yang juga akan mengalami disorientasi pemujaan - dalam istilah psikologi: "vain cult" - dan penurunan popularitas akibat proses kognitif massa," ungkapnya.

Islah meyakini kepulangan Rizieq tidak akan bermakna apa-apa, meski tentunya akan menambah spektrum konstelasi politik di tanah air.

"Rizieq sebagai sosok andalan dari kelompok politik kanan, juga tidak akan berpengaruh secara signifikan," jelasnya.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Beri Wejangan ke Gibran Jelang Debat Perdana Nanti Malam

Secara elektoral sejak 2014, Islah meyakini angka prosentasenya tidak pernah berubah. "Massanya tetap yang itu-itu saja," jelasnya.

Dia menegaskan, kedatangan Rizieq, bukanlah kedatangan Khomeini yang muncul setelah api revolusi selesai. "Karpet merah digelar bagi Khomeini saat itu, karena sosok sang Imam harus muncul dari pengasingan politik demi menyatukan berbagai faksi yang ikut serta dalam revolusi Iran," imbuhnya.

Halaman:

Editor: Ainur Rofik

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah