10 Tradisi Ekstrim di Indonesia

- 6 Desember 2021, 15:10 WIB
Ilustrasi Pertunjukan debus
Ilustrasi Pertunjukan debus /dispar.bantenprov.go.id

Adapun filosofinya, setiap pemain terkena tombak dan berdarah maka darah tersebut bisa menyuburkan tanah yang berarti akan panen dan sukses. Tapi sebaliknya jika ada salah satu pemain yang mati maka korban tersebut berarti mendapatkan hukuman dari para dewa karena telah melakukan suatu pelanggaran atau kesalahan.

6. Passiliran
Ditanah Toraja ada tradisi unik yaitu memakamkan bayi yang meninggal didalam batang pohon Tarra. Pohon ini dianggap suci oleh suku tanah toraja, tapi bayi yang dimakamkan hanya khusus bayi berumur dibawah 6 bulan saja.

Suku Toraja meyakini bahwa bayi yang meninggal sebelum tumbuh gigi adalah bayi masih paling suci sehingga perlu dikembalikan kepada rahim ibunya dengan cara memasukannya kedalam pohon Tarra.

7. Ritual Manene
Tradisi yang satu ini juga berasal dari tanah Toraja, tradisi ini sempat menghebokan pemberitaan dunia yaitu tradisi Manene.

Sebuah ritual permandian, perawatan sampai penggantian baju baru bagi para kerabat terdahulu yang telah meninggal dunia. Setelah itu para mayat akan diarak berkeliling kampung.

Tradisi ini digelar setiap 3 tahun sekali, adapun filosofinya mereka menganggap bahwa jasad orang yang telah meninggal perlu dirawat dan dihormati. Meskipun jasad tersebut sudah tidak berbentuk lagi.

8. Ritual Tiwah
Bagi suku dayak yang menganut kepercayaan agama kaharingan, setelah kematian orang yang meninggal dunia belum bisa masuk langsung kedalam surga. Maka dari itu sebuah proses kematian perlu dilanjutkan dengan ritual lanjutan penyempurnaan agar tidak menganggu ketentraman orang yang masih hidup.

Menurut suku dayak, Ritual Tiwah merupakan prosesi mengantarkan roh leluhur, sanak saudara yeng telah meninggal dunia ke alam baka, dengan cara menyucikan dan memindahkan jasad dari liang kubur menuju tempat bernama Sandung atau Rumah Kecil dengan tidak menyentuh tanah.

9. Kerik Gigi
Setiap wanita pasti ingin dirinya cantik, bagi wanita suku Mentawai kecantikan itu harus siap berkorban dan melewati rasa sakit. Salah satunya adalah proses kerik gigi tanpa alat bius yang dilakukan oleh pimpinan adat.

Filosofinya adalah dengan memodifikasi gigi seperti hiu, tradisi kerik menggambarkan sebagai pengantar jiwa gadis Mentawai menuju kedamaian.

Halaman:

Editor: Harry Tri Atmojo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x