Beliau berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beritikaf pada bulan Ramadhan, selama sepuluh hari. Namun pada tahun wafatnya, Beliau beri’tifak selama dua puluh hari.” (HR. Al-Bukhari no. 2044)
Lantas waktu itikaf yang paling utama sebagai berikut:
Jumhur ulama berpendapat bahwa itikaf dapat dilakukan kapan saja, dan tidak terbatas hanya pada bulan Ramadhan.
Namun, waktu itikaf yang afdhol adalah di 10 hari terakhir bulan Ramadhan, sebagaimana hadits ‘Aisyah radhiyallahu ta'ala ‘anha,
beliau berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri'tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya, kemudian istri-isteri beliau pun beri'tikaf setelah kepergian beliau.” (Muttafaqun ‘alaih)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beritikaf pada sepuluh hari terakhir dengan tujuan untuk mendapatkan Lailatul Qadar, untuk menghilangkan dari segala kesibukan dunia, sehingga mudah bermunajat dengan Rabbinya, banyak berdo’, dan banyak berdzikir ketika itu. (Latho-if Al-Ma'arif hal. 338)
Jika ingin beritikaf selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan, maka seseorang yang beritikaf mulai memasuki masjid setelah sholat subuh pada hari ke-21, dan keluar setelah sholat subuh pada hari ‘idul fitri menuju lapangan.
Namun para ulama madzhab menganjurkan untuk memasuki masjid menjelang matahari tenggelam, pada hari ke-20 Ramadhan.