Sejarah Sistem Kalender Masehi Oleh Ustadz Abdul Somad, Boleh Saja Tahun Baruan Tapi Akidah Dijaga

- 30 Desember 2022, 17:20 WIB
Ustadz Abdul Somad.
Ustadz Abdul Somad. /Tangkapan layar YouTube Dakwah Pendek./


PORTAL SULUT – Ustadz Abdul Somad menjelaskan hukum merayakan tahun baru terutama relevansinya dengan tahun baru 2023.

Dalam ceramah tersebut UAS memaparkan sejarah kalender Masehi serta menjaga akidah dalam perayaan tahun baru.

Pada malam pergantian tahun 2022 ke 2023, tentu saja banyak yang merayakan dengan sukacita tapi akidah jangan sampai rusak papar Ustadz Abdul Somad.

Baca Juga: Hajat Apapun di 2023 Akan Terkabul, Syekh Ali Jaber Beri Amalan Doa Tiap hari Jumat

Akan tetapi bagaimanakah supaya tahun baru tidak merusak akidah menurut Ustadz Abdul Somad?

Perayaan pergantian tahun baru sudah lama menjadi tradisi sebagian besar penduduk dunia, di negara manapun.

Pada malam tahun baru, banyak sukacita dan harapan dipanjatkan berbarengan dengan ledakan petasan di langit malam.

Dalam sebuah tausiyah, Ustadz Abdul Somad mengomentari perayaan tahun baru secara historis dan Islami.

Pada ceramah itu UAS pun menjabarkan sejarah perkembangan kalender Masehi yang kita gunakan sampai hari ini.

“Seorang kaisar Romawi bernama Kaisar Julian yang membuat kalender, dinamailah nama-nama bulan mulai dari Januari, Februari, Maret, April, dan seterusnya,” ujar UAS.

Hal tersebut sebagaimana dinukil portalsulut.com dari Youtube TAMAN SURGA. NET diakses 30 Desember 2022.

“Ada kaisar Agustinus dinamailah Agustus, ada patung yang memiliki dua kepala menghadap depan dan belakang, dinamailah patung itu Januari,: imbuhnya.

Baca Juga: Jangan Lupa Doa Ini di Hari Jumat, Rezeki 2023 Bakal Lancar Kata Ustadz Adi Hidayat

Ustadz Abdul Somad pun mengingatkan soal tasyabuh, yakni mengikuti tradisi dan kebiasaan non-muslim.

Kata Ustadz Abdul Somad, kita boleh kok pakai kamera yang bukan ciptaan muslim, kalender Masehi juga bisa kita pakai untuk menghitung hari, tapi ketika masuk ke ranah ritual, persoalannya berbeda.

“Ketika masuk dalam ritual, misalnya meniup terompet, lalu menyalakan lilin, itu tradisi non-muslim,” tegas UAS.

Alangkah baik untuk melalui malam tahun baru dengan dzikir serta berdoa dan beritikaf selepas waktu sholat Isya.

Ada juga keluarga yang merayakan pergantian tahun baru dengan memasak masakan lezat untuk disantap bersama.

“Membakar ayam itu sah-sah saja yang tidak boleh adalah meyakini semakin tinggi asap semakin banyak rezeki, itu merusak akidah,” pungkas uas.***

Editor: Harry Tri Atmojo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah