Hal itu kata Ustadz Adi Hidayat selaras dengan salah satu ayat dalam kitab suci AL-Quran:
“Mereka katakana: wa qaluttakhazallahu walada, mereka berkata Allah punya anak. Subhanah: itu gak benar. Mereka berkata Muhammad Tuhanmu gila, bisa memperjalankan hambanya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha cuma semalam. Turun ayat: Subhanallazi asra, itu gak benar tuduhan kalian,” ujar Ustadz Adi Hidayat.
Dengan mengetahui konteks penggunakan ucapan Masya Allah dan Subhanallah, diharapkan kita tidak tertukar.
Karena persoalannya bisa gawat kalau kita memakai ucapan Masya Allah pada konteks yang tidak tepat ujar UAH.
Sebab bisa jadi seorang ibu yang sakit kepala melihat anak yang nakal justru mengucapkan ucapan yang keliru.
“Jangan tertukar. Kalau ada anak-anak, nakal, susah diatur, apa yang ibu katakan? Masya Allah,” contoh Ustadz Adi Hidayat.
Justru menggunakan ucapan Masya Allah kepada anak yang nakal bisa berakibat gawat.
“Itu artinya: Ya Allah saya kagum dengan kenakalan ini. Kalau bisa diteruskan!” pungkas UAH.
Karena itu jangan sekali-kali tertukar, seperti peribahasa umum, kata adalah doa, maka jangan sembarangan berdoa dengan salah pilih kata.