Ternyata Inilah Penyebab Orang Beriman Tidak Akan Menyaksikan Dahsyatnya Tiupan Sangkakala di Hari Kiamat

- 2 Juni 2022, 23:51 WIB
Buya Yahya saat menjelaskan tentang orang beriman tidak akan menyaksikan dahsyatnya tiupan sangkakala di hari kiamat. (Foto Ilustrasi)
Buya Yahya saat menjelaskan tentang orang beriman tidak akan menyaksikan dahsyatnya tiupan sangkakala di hari kiamat. (Foto Ilustrasi) /Tangkapan layar /YouTube Albahjah TV

PORTAL SULUT — Alquran maupun Hadist memberikan gambaran dahsyatnya tiupan sangkakala di hari kiamat.

Peristiwa tersebut merupakan, tanda jika seluruh kehidupan di dunia berakhir saat itu atau hari kiamat.

Akan tetapi, orang yang beriman tidak akan menyaksikan peristiwa yang sangat mengerikan di hari kiamat tersebut.

Baca Juga: Baca Istighfar Ini, Apapun Hajat yang Diminta Pasti Dikabulkan, menurut Ustadz Khalid Basalamah

Mengapa demikian? Berikut ini penjelasannya lebih lengkap.

Seperti dalam salah satu kajian, Buya Yahya mengatakan, tanda dunia akan hancur yakni saat Malaikat Israfil meniup terompet Sangkakala.

Menurut Buya Yahya, tiupan terompet sangkakala pertama, saat itu semua kehidupan akan mati kecuali beberapa makhluk malaikat jibril Israfil dan yang lainnya.

“Tiupan ini semangat menakutkan, mengagetkan dan seiring tiupan nanti bintang-bintang jatuh, semuanya langit merah mengerikan,” terang Buya Yahya, dilansir portalsulut.pikiran-rakyat.com, diakses 2 Juni 2022, dari kanal YouTube Al-Bahjah TV diunggah 25 Mei 2022.  

Buya Yahya mengatakan, peristiwa mengerikan tersebut hanya dialami orang tidak beriman, sedangkan orang beriman sebelum kejadian tersebut, telah Allah wafatkan terlebih dahulu.

“Sebelum kejadian serem itu, Allah kirim angin dingin, yang masuk ke rumah-rumah orang beriman, tidak ada satu orang pun yang di hatinya ada iman, walau sekecil apapun dia akan menyium angin tersebut Lalu meninggal dunia,” jelas Buya Yahya.

Baca Juga: Tidur dengan Seperti Ini Bisa Menjadi Ladang Pahala dan Penghapus Dosa, Begini Caranya kata Gus Baha

Sehingga kata Buya Yahya, orang beriman tidak merasakan peristiwa luar biasa menakutkan tersebut.

“Sehingga akan tidak menemukan gonjang-ganjing, tidak tau. Makanya kita jaga iman, itu wajib kita imani gitu saja. Dan tidak harus ketemu kalau ketemu itu berarti kita nggak beriman,” terang Buya Yahya.

Lanjut Buya Yahya menerangkan, mushaf Alquran akan hilang dan Ka’bah dihancurkan Allah karena tidak ada lagi orang beriman.

“Nanti setelah Quran angkat mushaf, kemudian juga Ka’bah dihancurkan, tapi setelah tidak ada orang beriman. Mushaf Alquran hilang hilang dari hafalan, hilang dari permukaan bumi, maka itu berarti menunjukkan ada orang beriman,” jelas Buya Yahya.

Menurut Buya Yahya, makanya kiamat tersebut tidak perlu kita pikirkan sebab yang perlu dipikirkan adalah kiamat sugra.

“Yang perlu kita pikirkan, hari kiamat kita masing-masing yaitu kematian. Sudah punya persiapan apa untuk menghadapi kematian,” saran Buya Yahya.

Lanjut Buya Yahya menjelaskan, setelah tiupan sangkakala pertama tidak ada lagi kehidupan, lalu ditiupkan sangkakala kedua dan kondisi bumi saat itu tidak seperti sebelumnya.

Baca Juga: Lakukan Sungguh-sungguh, 3 Amalan Ini Mampu Melebur Segala Dosa, Sekalipun Dosa Masa Lalu kata Gus Baha

“Setelah ditiupkan sangkakala kedua, dibangkitkan manusia, menemukan bumi dalam bentuk yang baru, putih. Semua orang di hamparan itu,” ucap Buya Yahya.

Kata Buya Yahya, setelah itu menjalani proses panjang dihisab dan lain sebagainya.

“Cuman ada hamba-hamba Allah, disitu hanya sesaat, bahkan dikatakan seperti Dzuhur dan Ashar. Sampai ibaranya seperti orang perah susu belum selesai, sudah berakhir. Karena mereka orang-orang baik, orang-orang sholeh,” ucap Buya Yahya.

“Tidak pernah menemukan dahsyatnya padang mahsyar. Dan semoga itu, golongan kita,” sambung Buya Yahya. 

Menurut Buya Yahya, kunci selamat adalah kehidupan saat ini, sejauhmana persiapan iman kita.

“Kalau kita banyak masalah dengan orang, ya nggak dong pasti lama di situ, ribuan tahun,” kata Buya Yahya.

Buya Yahya mengatakan, bicara hari kiamat tujuannya menguatkan iman dan konsekuensi dari iman harus berbenah. “Harus damai, damai kepada Allah SWT, damai kepada manusia,” ujar Buya Yahya.

Wallahu a’lam bish shawab.***

Editor: Randi Manangin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah