PORTAL SULUT – Perkara satu ini wajib kita jauhi, sebab bisa membuat masalah saat di akhirat nanti.
Akibat satu perbuatan ini, amal baik seseorang habis alias bangkrut, saat di akhirat.
Perbuatan dosa satu ini tanpa sadar sering dilakukan kebanyakan orang.
Sekalipun orang yang rajin ibadah bisa bermasalah di akhirat, jika pernah melakukan perkara ini.
Lantas, perkara apakah yang membuat amal saat di akhirat menjadi bangkrut? Ikuti penjelasannya berikut ini.
Hal ini dijelaskan, Ustadz Adi Hidayat dalam ceramahnya, mengatakan taqwa dipahami membangun hubungan baik dengan mahluk.
Menurutnya, jangan hanya sekedar meningkat ibadah ritualnya, hal ini kisahnya banyak diadukan kepada Nabi SAW.
“Ada sahabat bertanya, ya Rasulullah si fulan sering mencela padahal dia rajin sholat, sering puasa. Lalu kata Nabi SAW kalau dia tidak bertobat neraka tempatnya,” terang Ustadz Adi Hidayat, dilansir portalsulut.pikiran-rakyat.com dari kanal YouTube Ceramah Pendek, diakses Minggu 22 Mei 2022.
Hal ini diriwayatkan dalam Hadist Muslim nomor 5611, menerangkan sifat-sifat orang yang rajin ibadah tapi senang menyakiti orang lain.
“Hadist Muslim 5611, ada orang sholat, ada orang puasa, ada orang zakat, tapi senang mencela orang lain, menuduh orang lain, mengambil hak orang lain, tanpa dibenarkan, berselisih, ada yang menumpahkan darah,” beber Ustadz Adi Hidayat.
Lanjut Ustadz Adi Hidayat mengatakan, Nabi SAW sangat melarang perbuatan menyakiti orang lain.
“Kata Nabi SAW kalu dia sholat kemudian dia mencela orang, maka pahala sholat dipindahkan seketika. Makanya dibangun taqwa dengan manusia seperti dalam QS Ali Imaran ayat 133 sampai 134,” jelas Ustadz Adi Hidayat.
QS Ali Imaran ayat 133:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Arab Latin: Wa Sāri’ū Ilā Magfiratim Mir Rabbikum Wa Jannatin ‘Arḍuhas-Samāwātu Wal-Arḍu U’iddat Lil-Muttaqīn
Terjemahan: “Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.”
QS Ali Imaran ayat 134:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Arab Latin: Allażīna Yunfiqụna Fis-Sarrā`I Waḍ-Ḍarrā`I Wal-Kāẓimīnal-Gaiẓa Wal-‘Āfīna ‘Anin-Nās, Wallāhu Yuḥibbul-Muḥsinīn
Terjemahan: “(yaitu) orang-orang yang berinfaq, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.”
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan, siapa orang taqwa di sini? amalanya, tidak sama dengan amalan yang disebutkan dalam surah Al-Baqarah, padahal sama-sama muttaqin.
Baca Juga: Terungkap! Jin Jahat Sangat Doyan Sama Wanita yang Tidurnya Seperti ini
"Hudalil muttaqiin, yang satu U’iddat Lil-Muttaqiin. Sama kalimatnya, tapi amalannya gemar berbagi dengan sesamanya, baik lapang atau sulit. Yang sanggup menahan amarah, dia maafkan orang," urai Ustadz Adi Hidayat.
Ternyata kata Ustadz Adi Hidayat, sikap atau sifat baik hubungan dengan manusia itu, salah satunya bisa menghasilkan surga di akhirat.
“Tapi selain itu, Allah akan anugerahkan, anugerah besar saat dia berada di dunia diantaranya mengentaskan dia dari kesulitan yang sedang menerjang,” kata Ustadz Adi Hidayat.
Lanjutnya, membangun hubungan baik dengan sesama harus dilandaskan dengan ikhlas, dalam berbuat.
“Jika anda ikhlas melakukan perbuatan, termasuk dengan mahluk, kata Quran itu bisa digunakan sebagai wasilah untuk bermohon kepada Allah, untuk mengentaskan kesulitan yang dialami,” terang Ustadz Adi Hidayat.***